Tanganku masih bergemetar setelah kejadian tadi. Jemari-jemariku saling meremas, kepalaku tertunduk ke bawah. Dan tanpa ku sadari air mataku telah mengalir, bahkan mengalir sangat deras.
Aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku, lalu aku mengatakan; "Masuk."
"Laura?" ibu langsung menghampiriku yang duduk di ujung kasur, "Ada apa denganmu?"
Dengan itu, aku semakin terisak. Air mataku berjatuhan semakin deras, aku mengerjapkan mataku beberapa kali agar pengelihatanku tidak kabur, "Dia bajingan," aku terisak. Dia membawaku ke dalam pelukannya, lalu membelai rambutku. "Harry brengsek, dia bersenggama dengan sahabatku, Ava. Dia bajingan, dia brengsek."
Ibu mempererat pelukannya. "Kau melakukan self-harm lagi?"
Aku mengangguk, "Aku mengiris lenganku, namun ternyata Harry datang. Lalu dia mengambil pisau itu, dia memelukku. Namun, persetan dengan itu, bu. Aku tidak peduli, dia sudah menyakiti hatiku. Jadi untuk apa aku peduli dengannya?
"Aku sungguh mencintainya, persetan dengan cinta. Aku melepaskan pelukannya dan mengambil pisau itu, aku kembali mengiris tanganku namun dia mencegahku. Dan tololnya, pisau itu malah mengenai perutnya. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam otakku, lalu aku mengambil pisau itu dan pergi. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya lagi."
Aku kembali terisak, aku tahu bahwa aku sedang berbohong saat ini. Namun, jika aku berkata sejujurnya, itu berarti aku akan masuk ke dalam penjara. Aku tidak pernah mempercayai siapa pun untuk menyimpan rahasiaku, dan itu juga berlaku untuk ibuku.
Aku tidak yakin bahwa ibu akan mengunci mulutnya rapat-rapat jika aku memberi tahu kejadian yang sebenarnya.
*
gue mau nanya dong, kan chap selanjutnya udah habis. gue mau buat cerita semacam ini, tapi tentang indigo gitu. ada yang mau baca? makasih xx