TCHWDDP: Percakapan Dibawah Bulan

472 114 78
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taraka masih menunggu uluran tangannya tersambut tapi gadis itu menolaknya sambil menggelengkan kepala lalu menangkup kedua tangannya di depan dada sebagai pertanda jika dia masih bisa berusaha untuk berdiri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taraka masih menunggu uluran tangannya tersambut tapi gadis itu menolaknya sambil menggelengkan kepala lalu menangkup kedua tangannya di depan dada sebagai pertanda jika dia masih bisa berusaha untuk berdiri sendiri.
"Aku tidak apa-apa." dengan sedikit kepayahan dia mencoba menggerakkan kakinya yang terkilir. Putri Juwina, gadis yang dikenalnya melalui lukisan itu terlihat meringis. Taraka menghembuskan napasnya perlahan, bukan hanya kecantikan bak bidadari yang nyata namun juga sifat keras kepala yang diceritakan Dyah Netraja sepertinya memang benar adanya.

Bukankah disaat seperti ini Juwina harusnya mengesampingkan egonya? Dia sedang terluka dan menurut Taraka tak apa meminta bantuan orang lain agar luka di kakinya tak semakin parah.

Karena tak sabar, pemuda itu memutuskan berjongkok di depan Juwina. Dia membantu Putri menyingkirkan semak-semak belukar yang melilit kakinya. Dengan sedikit memaksa, Taraka kemudian melihat kondisi kaki Juwina. Dia menekannya hingga terdengar Juwina meringis akibat perbuatannya, "Aww..."

"Kakimu terkilir." ujar Taraka setelah memastikan kondisi kaki Juwina.

"Aku tak apa, Kisanak," tukas Juwina.

"Jangan membantah, biarkan aku menolongmu Putri." ujarnya membuat Juwina terdiam. Gadis itu merasakan atmosfer yang begitu kuat hanya dengan tatapan tajam dan nada suara Taraka yang terdengar tegas.

Tak ingin mendengar bantahan yang keluar dari mulut sang putri, Taraka langsung melakukan pertolongan pertama. Untung saja dia pernah mempelajari bagaimana mengatasi kaki yang terkilir dari seorang tabib ternama di Majapahit saat perang dulu.

Juwina yang sekarang sedang pasrah hanya bisa memperhatikan bagaimana Taraka mencoba mengobati luka di kakinya. "Coba gerakan lagi kakimu, Putri."

Dia mengangguk menuruti perintah Taraka dengan menggerakkan kakinya secara perlahan. Ajaib, Juwina tersenyum senang saat tak lagi merasakan nyeri di kakinya. "Terima kasih Kisanak, semua berkat bantuanmu." ucap Juwina tulus.

Taraka terperangah dengan senyuman manis yang diberikan Juwina. Saat tersadar telah menatap gadis itu dalam waktu yang cukup lama, Taraka berdehem kemudian mengalihkan perhatiannya mencoba menetralkan detak jantungnya.

30 Days With FolkloreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang