4

21 3 0
                                    

Satya kembali ke kantor setelah pertemuannya dengan Samara, perempuan yang dijodohkan dengannya. Satya kira perempuan itu adalah jenis perempuan arogan yang manja dan akan menolak mentah mentah perjodohan itu, tapi Satya salah, perempuan itu adalah perempuan yang sangat tenang dan terkendali.

Satya memang sudah diberitahu oleh mamanya beberapa hari sebelum pertemuan keluarga mereka, mamanya terus membicarakan tentang perempuan itu, tampak sekali mamanya sangat menyukai perempuan itu dan mungkin Satya bisa memahaminya.

Sebenarnya Satya bisa saja menolak perjodohan itu tapi dia sudah lelah dengan mamanya yang terus mengeluh karena ia tak pernah terlihat bersama perempuan dan mamanya kadang berpikir terlalu jauh dan mengira ia menyukai laki laki, kadang ia tak paham dengan isi pikiran mamanya, dan ia tidak akan lupa fakta bahwa mamanya sudah mengintai Samara selama beberapa bulan sebelum pertemuan keluarga mereka, jadi rasanya akan sangat sulit menolak permintaan mamanya kali ini.

Karena tak mau berlama lama di kantor, Satya kemudian menyelesaikan pekerjaannya dan akan langsung pulang kerumah untuk tidur karena beberapa hari ini ia tidur dengan nyenyak.

...

Satya sampai di apartementnya setelah membuka pintu ia di suguhi penampakan apartement yang tidak terlalu terurus, ia kemudian bertanya tanya kenapa Apartementnya seperti ini dan jawabannya sudah pasti karena Satya yang terlalu sibuk bekerja.

Karena memang sudah mengantuk Satya langsung menuju ketempat tidur, mengabaikan kekacauan disekelilingnya. Tapi baru saja merebahkan tubuhnya ponselnya berdering, ia merogoh saku celananya dan melihat kearah layar.

"Halo ma"

"Gimana tadi, lancar kan?" Tanya mamanya tanpa mengucapkan halo

"Yaampun ma, mama bahkan lupa bilang halo."

"Gimana menurut kamu tentang Semi, mama gak salah pilihin kamu kan" ucap mamanya jelas sekali kegirangan

"Dia kayaknya baik"

"Yaiyalah baik, pilihan mama" sombong mamanya sambil tertawa membuat Satya memejamkan matanya karena lelah

"Udah ya ma kalo mama cuman mau ngebahas Samara, Satya mau istirahat dulu"

"Kamumah gak seru, yaudah deh kamu istirahat aja"

Dan kemudian panggilan terputus menyisakan Satya yang menghela nafas dan menatap langit langit kamarnya sampai kemudian ia lama lama tertidur.

...

Seminggu berlalu setelah pertemuannya dengan Satya dan pagi ini sudah lima menit Samara mondar mandir di depan kamarnya, ia bingung apa ia memang harus menghadiri pesta pernikahan Eric atau tidak, selain karena ia masih bimbang karena ia tidak mempunyai pasangan kesana dan ia terlalu malu untuk mengajak Satya untuk ikut bersamanya. Rupanya kegelisahan itu dilihat oleh mamannya dan hanya tersenyum singkat.

"Kamu kan punya calon suami, kenapa gak ngajak Satya aja?" Suara mamanya mengatakan calon suami. Yang memang sudah diputuskan bahwa mereka akan segera menikah.

"Dia kayaknya sibuk." Itu hanya alasan karena sebenarnya Samara merasa sangat sungkan untuk bertanya.

"Tadi mama udah telepon, dia bilang bisa, malam inikan acaranya?" Ucapan mamanya membuatnya menatap horror sambil melotot.

"Mama apa? Mama telepon Satya?, mama kok gabilang bilang sih?"

"Yaudahlah, kamu pergi sana kesalon atau kemana kek, urusin aja diri kamu biar makin cantik dan biar lebih cantik dari pengantin nanti."

"Mama kok gitusih, kok gabilang dulu sama aku?"

"Inikan mama bilang sama kamu,katanya nanti jam 6 dia jemput."

SamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang