10

15 3 0
                                    

Jadi acara minum teh itu tidak berlangsung dengan baik, dan saat ini Samara hanya berdiam di dalam kamarnya, Satya keluar karena ada urusan di kantornya, Samara lega karena mereka hanya akan canggung jika ada di kamar berdua.

Samara merenungi banyak sekali hal yang terjadi akhir-akhir ini, ia dijodohkan dan sekarang sudah jadi istri orang, ia berfikir apakah ia bisa melalui ini semua, ia khawatir jika pernikahan ini tidak berjalan lancar seperti harapannya.

Mungkin karena terlalu lama melamun sampai Samara tak menyadari Satya masuk kedalam kamar dan sekarang berdiri di depannya.

"Ada apa? You look sad."

"I'm just missing my home."

"Saya pikir ada masalah, kamu terlihat murung setelah pertemuan minum teh dan keliatan gak berselera makan tadi." Satya menyebutkan semuanya karena ia memang memperhatikan tingkah Samara yang murung.

Lalu hening, tidak ada yang berbicara lagi, Samara naik keatas ranjang dan bersiap untuk tidur walaupun ini masih jam delapan malam, masih terlalu pagi untuk pergi tidur.

Satya mengikutinya naik keatas ranjang dan duduk disamping Samara, wajah laki-laki itu terlihat tak seperti biasanya.

Satya akan melakukan seperti yang sudah Mas Surya sarankan tadi sore, ia lelah bagaimana cara berbicara agar ia tak terkesan mesum.

"Boleh saya nanya?" Tanyanya retoris sambil menatap Samara yang menaikkan alis.

"Can I aks you for my right as a husband now?"

Mendengar itu, jantung Samara rasanya ingin melompat karena sangat terdengar bertalu-talu saking kencangnya, Samara lupa bahwa ia punya kewajiban sebagai seorang istri sekarang, mereka tidak mungkin tidak melakukan hal itu, jadi mustahil jika berfikir bahwa Satya tidak akan meminta haknya sebagai seorang Suami.

"You mean, that things?." Cicit Samara karena memang tenggorokannya terasa sangat kering, momen horror sudah ada di depan matanya dan ia tak bisa mundur lagi jadi.

"Yes, tapi kamu bisa menolak jika kamu tidak mau." pernyataan Satya hanya membuat Samara makin gugup karena walaupun ia menolak sekarang, akan ada malam malam berikutnya.

"Its okay, lets do it" terkutuklah mulut Samara, sekarang ia yang terlihat bersemangat.

Lalu semuanya terjadi dengan pelan, seakan waktu berjalan perlahan, Satya maju dan mencium bibirnya dan Samara hanya mengikuti sebisanya dan terjadilah semuanya pada malam itu, Setelah malam itu Samara secara utuh sudah menjadi istri dari Arisatya Wijaya.

.....

Seperti biasa Samara bangun lebih dulu dan mendapati dirinya tidak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya, ia kemudian mengingat apa yang terjadi kemarin malam dan membuat mukanya langsung memerah.

Tak lama setelah itu Satya juga terbangun dan pemandangan pertama yang ia lihat sama seperti kemarin yaitu Samara yang tertidur di sampingnya tapi yang berbeda adalah perempuan itu sekarang sedang menutupi wajahnya dengan selimut.

"Saya sudah liat semuanya, untuk apa kamu tutupi?, terimakasih karena tidak menolak semalam." ucapnya sambil tersenyum kearah Samara, Samara yang mendengarnya semakin menutupi semua wajahnya karena sangat malu.

"Kamu mandi duluan, nanti aku belakangan." ucap Samara seperti mengusir Satya dari tempat tidur, Satya hanya tertawa lalu beranjak bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Samara membuka wajahnya ketika ia sudah mendengar pintu kamar mandi di tutup, ia bangun dan duduk sambil masih menutupi tubuh polosnya, ia menatap kearah seprai putih yang sekarang sudah ada noda bekas darah disana, Samara tak pernah suka melihat darah karena ia punya pobhia darah.

SamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang