6

22 3 0
                                    

Jadi Satya hari ini harus mengganggu Samara yang bisa saja sedang sibuk, kalau bukan karena di paksa ia tidak akan pergi keluar dan mengemudi menuju kediaman Samara.

Hari ini mereka harus fitting baju pernikahan yang sudah direncanakan untuk dilaksanakan dua bulan setelah pertemuan keluarga dan ini adalah dua minggu sebelum pernikahan mereka.

Semua persiapan sudah dilakukan dan Satya dan Samara hanya harus fitting baju, jadi ini alasan Satya pagi pagi menuju rumah Samara.

Satya sampai tiga puluh menit kemudian, dan ia sekarang sedang berdiri didepan pintu dan memencet bel selama beberapa kali sampai terdengar suara pintu dibuka.

"Tuan cari siapa?" Yang membuka pintu sepertinya adalah asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Samara, setelah mengatakan bahwa ia mencari Samara wanita paruh baya itu mempersilahkan Satya masuk dan menyuruhnya untuk duduk menunggu di sofa ruang tamu.

"Hai!" Sesosok perempuan yang masih memakai piyama berwarna biru muda sedang berdiri diatas anak tangga menyapanya.

"Hai,sepertinya saya salah waktu datang" Sosok perempuan yang ternyata Samara itu hanya tertawa dan berjalan menuruni tangga.

Satya hanya bingung bagaimana bisa perempuan itu masih terlihat cantik ketika rambutnya hanya diikat sembarangan dan dengan muka khas orang bangun tidur.

"Mama saya bilang hari ini kita fitting baju"

"Oh ya?, saya pikir bukan pagi ini tapi siang ini." Samara terlihat terkejut karena ia lupa.

"Kamu gak ada pemotretan hari ini?" Tanya Satya karena Samara memang agak sibuk akhir- akhir ini.

"Saya udah ngosongin jadwal buat hari ini, tapi kamu mau nunggu karena saya baru bangun tidur dan harus bersiap siap dulu"

"Its okay, I'll wait. Oh ya sepertinya rumah kamu sepi, tante Jenaya kemana?"

"Mama ada urusan baru aja berangkat tadi pagi beberapa jam sebelum kamu datang, saya tinggal dulu ya gak lama kok"

"Okay, take your time" Lalu Samara kembali menaiki anak tangga dan berjalan menuju kamarnya.

Ungkapan bahwa tak lama benar benar Samara tepati, tidak sampai 45 menit Samara sudah selesai berdandan dan segera keluar kamar, Satya pikir ia akan menunggu beberapa jam agar perempuan itu untuk bersiap siap

Hari ini Samara mengenakan dress berwarna pink pudar, dress itu tampak sangat manis dan pas sekali dengan tinggi Samara yang Satya tebak 175 cm dan wajah perempuan yang diatas rata rata itu.

Sebelum berangkat mereka sempat sarapan bersama karena memang sudah disiapkan oleh Asisten rumah tangga, setelah berbincang sebentar mereka berangkat menuju alamat butik yang sudah dikirim oleh Devina.

Tidak lama mereka sampai dan disambut oleh Devina yang terus tersenyum dan bersemangat melihat Samara.

Hanya beberapa menit mereka sudah selesai dengan jas yang cocok untuk Satya dan mereka hanya akan mencari gaun untuk Samara.

"Gimana?" Tanya Samara ketika sudah selesai mengenakan gaun yang hampir membuat Satya melotot karena V shape dan dress itu hanya bertali spagetti

Bahkan ia juga menolak keras ketika Samara mencoba gaun kedua yang mempunyai robekan yang hampir sampai paha dan belakangnya hampir telanjang, sementara mamanya yang dari tadi tertawa terbahak bahak melihat reaksi Satya yang tak habis pikir ada gaun seperti itu

Disana juga terlihat Samara yang hampir tertawa juga melihat Satya yang terlihat sangat polos.

Sebenarnya Devina sudah menyiapkan gaun untuk pesta pernikahan yang akan dikenakan oleh Samara, tapi ide jahil muncul diotaknya dan Samara mau membantunya untuk menjahili putranya itu.

Setelah selesai, Devina berpamitan untuk pulang dan mempersiapka hal hal lain dan menyuruh Satya untuk mengantarkan Samara pulang

"Kamu mau makan siang dulu sebelum saya antar pulang?" Tanya Satya ketika mereka sudah masuk ke mobil

"Sure, kamu bisa drop saya di toko bunga gak nanti setelah makan siang?"

"Okay"

.....

Setelah makan siang Satya kemudian mengantarkan Samara ke toko bunga terdekat dan sekarang ia sedang menunggu perempuan itu yang tadi masuk ke toko bunga tersebut.

Perempuan itu keluar dan Satya melihat beberapa bunga tulip putih ada ditangan Samara.

"Maaf ya, kamu bisa gak nganterin saya kesini" setelah masuk kemobil Samara langsung menunjukkan sebuah alamat kepada Satya yang hanya dijawab oke oleh laki laki itu.

Mobil audi berwarna hitam milik Satya berhenti di depan pemakaman umum, tampak sekali bahwa ia kebingungan karena Samara yang meminta kesini.

"Kamu bisa pergi kalo ada urusan, nanti saya pulang naik taksi aja" ucap Samara membuka pintu mobil.

"Saya boleh ikut?, tempat ini menyeramkan untuk didatangi sendirian"

"Memangnya kamu gak kerja?"

"Ini udah siang Samara,saya udah minta cuti."

Lalu mereka masuk kedalam pemakaman itu, Angin berembus pelan, dedaunan kering yang ada dirumput hijau bergerak pelan searah angin yang berembus, lalu Samara tampak berhenti didepan sebuah makam.

Satya melihat dengan jelas bahwa di nisan itu bertuliskan nama Gama Aditama, Satya menatap Samara yang duduk dan mengelus elus nisan itu.

"Hai,Gama" ucap Samara , jelas sekali matanya memancarkan kesedihan mendalam.

"Its been seven years right?, and its finally your birthday again, so happy birthday"

Satya hanya mematung mendengar suara Samara yang terdengar sangat lirih, ia sangat sangat penasaran tentang laki laki yang bernama Gama Aditama ini tapi sepertinya ia akan tidak sopan ketika bertanya sedangkan melihat perempuan itu terlihat sangat sedih, jadi ia hanya diam saja dan mungkin akan bertanya nanti.

....

"kamu pasti bertanya tanya dia siapa" itu adalah kata pertama yang diucapkan Samara setelah keheningan panjang bahkan ketika mobil sudah meninggalkan pemakaman umum itu.

"You right, you can explain me if you dont mind" jawab Satya masih memperhatikan jalan

"Well, dulu kami sahabatan, dekat sekali, he is so kind and nice, we met in high school and its end seven years ago"

Satya tau arti dari kata kata itu, jadi dia hanya diam karena terlihat sekali perempuan itu terlihat masih sedih atas kepergian laki laki bernama Gama itu

"So do you love him?" Satya bertanya dengan suara kecil, matanya melirik kearah Samara yang terlihat tercekat karena pertanyaan itu, dan Satya tau jawaban dari pertanyaannya tadi tanpa mendengar langsung dari mulut Samara.

Bahkan setelah sampai di depan gerbang kediaman Samara, keheningan masih menyeruak diantara mereka berdua. Samara ataupun Satya tak saling berbicara lagi setelah percakapan tadi.






Mohon permakluman atas semua typo.

SamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang