5

19 3 0
                                    

Keesokan harinya Samara terbangun dengan perasaan lega luar biasa, alasannya tentu saja karena ia sudah menghadiri pernikahan Eric yang berarti ia sudah tak ada lagi hal yang berhubungan dengan laki laki itu.

Ann sudah memberitahunya jadwal pemotretannya untuk hari ini dan jadwalnya kosong dipagi hari, bulan bulan ini ia memang tidak terlalu sibuk. Jadi karena itu Samara berniat untuk tidur atau menonton film dari layar laptopnya sampai siang nanti.

Samara kemudian mandi dan bersiap siap untuk kembali ke kasurnya lagi ketika ia mendengar ponselnya berdering, ia dengan cepat mengangkatnya karena nomor itu adalah nomor yang tidak diketahui.

Nomor yang tertera adalah nomor baru yang mana tentu, Samara tidak tahu siapa yang menelpon sampai terdengar suara wanita berbicara dengan lembut dari balik telepon.

"Halo, Semi sayang!" sapa wanita yang ternyata tante Vina itu yang tentu saja calon mertuanya.

"Iya tante, ada apa ya?" Tanya Samara karena memang tidak tau ada apa sehingga pagi-pagi ia di telepon.

"Sayang, bisa gak hari ini kamu jagain Satya? Kamu sibuk gak hari ini?"

"Satya kenapa tante?" Samara bingung ada apa dengan laki-laki itu sampai ia yang di telepon.

"Dia demam, dan tante lagi diluar kota jadi gak bisa jagain dia dulu, kamu bisa kan sayang?"

"Emm, bisa kok tante, tante kirimin alamatnya aja ya"

"Maaf ya Semi, tante repotin kamu hari ini. Tante terimakasih banget ya."

"Gapapa kok tante, nanti aku kesana."

"Iya sayang, tante kirimin alamatnya ya, makasih ya."

"Iyaa." Lalu setelah itu sambungan telepon terputus menyisakan Samara yang menghela nafas karena hari ini rencananya lagi-lagi batal dan ia harus ke Apartment calon suaminya yang katanya sakit.

Bukannya gimana, tapi Samara tidak pernah berkunjung ke kediaman orang yang masih terasa asing, dan ia harus menjaga orang itu. Itu langsung memusingkan Samara tentang bagaimana harus bertingkah nanti.

Ia memang sering kerumah Eric mantan pacarnya, tapi tentu itu berbeda karena Eric masih sering tinggal bersama orang tuanya sehingga membuat Samara lebih nyaman ketika berbincang dengan ibunya, ketimbang berada disuatu tempat bersama satu orang yang masih terasa asing meskipun, memang benar orang itu adalah calon suaminya. Yang belum genap ia kenal satu bulan.

Tapi Samara sudah setuju dan menyanggupi, ia tak bisa menghindar kecuali tiba tiba ia serangan jantung dan gabisa kemana mana, tapi tentu karena ia tak pernah punya riwayat penyakit jantung jadi Samara harus tetap pergi kesana.

"Vina ngabarin kalo kamu mau ke Apartnya Satya, ini mama udah buatin bubur buat dia." Rupanya mamanya sudah tau, jadi Samara tidak perlu repot repot pamitan.

"Apasih yang nggak mama tau, aku pergi dulu ya" Samara sempat berdecak sebelum pamit.

"Kamu gak sarapan dulu?"

"Nanti aja!"

"Cie mau sarapan sama calon suami ya?"

"Jangan pikiran macem macem mah, inget umur!" Lalu Samara hilang dibalik pintu.

Tidak sampai setengah jam, Samara telah sampai kealamat yang dituju ternyata memang benar cafe dan apartment ini berjarak tidak terlalu jauh, ia masuk kedalam lift karena katanya unit apartment Satya berada dilantai lima.

Dan disinilah Samara berdiri menenteng tupperware yang kata mamanya berisi bubur, ia masih merasa enggan untuk memencet bel pintu tapi daripada ia harus berdiri terus disini, akhirnya ia memberanikan diri memencet bel.

SamaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang