Terima kasih pernah singgah
Temani hati melepas resah
Terima kasih untuk serangkaian kisah
Yang kau tulis dengan indah_Goresan Hati_
********
Banyak orang bilang, akan ada saatnya seseorang melupakan nuraninya.
Dulu, Kimberly merasa semua itu omong kosong penuh duri. Tapi, saat ini dia membuktikan sendiri. Jika harta dan kekuasaan, akan mampu membeli empati.
Tanpa uang, seseorang hanya bisa menjadi tumbal aniaya. Tanpa uang, seseorang hanya bisa menahan air mata.
Suka atau tidak, terima atau tidak. Uang adalah segalanya di muka bumi.
Kini, Kimberly pun menanamkan semua itu dalam pola pikirnya.
Perlahan tapi pasti, dia mulai menyusun rencana keuangannya. Meski dengan hati yang tidak menentu, dia mencoba untuk meraih semuanya.
Dia akan membuktikan kepada semuanya, jika dia akan mampu membalas semua air mata dan luka yang dengan paksa mereka sematkan kepadanya.
Masa itu akan datang, cepat atau lambat.
"Kim!" sebuah seruan dari ibunya membuat Kimberly melepaskan segala pikirannya.
"Iya, Bu. Ada apa?"
"Sudah malam, kamu harus beristirahat. Kasihan anak yang kau kandung."
Tanpa sadar, Kimberly membelai perutnya yang sudah membuncit.
Meski pada awalanya dia tidak mengharapkan semua ini, tapi saat ini dia mulai menantikan kehadiran sang buah hati.
"Sebentar lagi, Bu."
Anita hanya bisa menghela napasnya, dia tidak menyalahkan Kimberly. Keadaanlah yang dengan paksa membuat dia seperti saat ini.
"Ada yang bisa, Ibu lakukan ?"
"Tidak ada, temani saja, Kim."
Anita menangguk. Lalu duduk di samping Kimberly.
Dia membelai sayang, rambut putri semata wayangnya.
Melihat Kimberly yang sangat serius, sebuah keputusan mulai menyusup di relung hatinya.
Anita mulai memutar cincin putih di tangan kanannya, sebuah memori mulai bermain dan melompat tanpa dia sadari.
******
Anita POV
"Apa kamu bodoh, Anita?" Tegur seorang pria paruh baya. Wajahnya jelas menunjukkan ketidak sukaan terhadap gadis di hadapannya.
"Nita tidak bodoh, Ayah. Nita hanya mencintai dia," kilah Anita.
Bibirnya yang mungil, kini mengerucut manja.
Amara yang melihat kelakuan sang putri, hanya ikut menggelengkan kepalanya.
"Kamu yakin dengan keputusanmu? Kamu lebih memilih laki-laki kere itu dibanding keluargamu?" tanya sang Ayah.
"Nita yakin, dia adalah masa depan nita."
"Sayang---" Amara memanggil Anita dengan sayang. Langkahnya menapak dengan berat.
Sebenarnya, dia tidak ingin merestui hubungan sang putri dengan laki-laki tanpa asal-usul yang sejajar.
Tapi, melihat semua pemberontakan di mata sang putri. Membuat dia merelakan dengan berat hati.
"Peganglah ini, jangan pernah kau gunakan jika benar-benar tidak dalam keadaan putus asa." Amara memberikan sebuah cincin putih yang sangat sederhana kepada sang putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Revenge
RomanceNubar bersama #Karyasastraku #Virgopublisher A Cover by @Nizalesi. Tanx beib.😚 ******* Bagi Kimberly, tidak ada yang namanya kasih sayang ayah dalam keluarganya. Dia hanya memiliki kasih sang ibu, tidak ada yang lainnya. Meski terlahir dari keluar...