16. Hidup baru

18 3 2
                                    

Waktu akan selalu bergulir
Meninggalkan jejak yang terus terukir
Tak menunggu manusia yang berhenti berpikir
Atau mempercepat langkah untuk mereka yang berteriak dan mengusir.

_goresan hati_

******

Kimberly mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, dia seperti burung phoniex yang terlahir kembali.

Kepergian Anita, kedatangan orang-orang yang mengaku keluarga, kepergiannya ke negara asing, kedatangan buah hatinya. Datang secara bertubi-bubi. Membuat dunia Kimberly jungkir balik.

Meski hidupnya telah berubah, Kimberly tetaplah Kimberly. Dia tidak melupakan siapa dirinya atau bagaimana dia hidup dulu.

Dengan desain, dia mencoba meniti langkahnya secara perlahan. Tanpa bantuan siapapun.

Tidak mudah memang, membagi waktu yang tetap tidak bertambah. Namun kesibukan berubah berkali lipat.

"Kim, Anastasia terus menangis. Mungkin dia ingin berasa ibunya," ucap Nuri.

Kimberly menghentikan kegiatannya. Wajahnya yang biasa dingin, kini menampilkan sebuah senyum manis yang mampu melelehkan hati siapapun yang melihatnya.

"Uh--sayang ibu kenapa? Kangen ya. Sini ... sini ...."

Kimberly mengambil Anastasya dari pangkuan Nuri. Sejak kedatangannya ke negara asing ini, Nuri selalu berada di sampingnya. Berdiri dan membantu layaknya mendiang ibunya--Anita.

Dari Nuri jugalah dia mengetahui banyak hal, tentang bagaimana dulu ibunya tumbuh dan menjalani hari-harinya.

Kimberly akhirnya bisa memaklumi keputusan Kakek-Neneknya. Itu semua karena permintaan sang ibu.

Memang, setelah merasakaan nikmatnya menjadi seorang ibu. Kimberly banyak merubah pola pikirnya, hal itu juga berdampak positif untuk hubungannya dengan keluarga baru.

"Ibu, nana kangen, Ibu. Nana mau peluk," rengek Anastasia. Kedua tangan kecilnya, kini merentang manja ke arah ibunya.

"Suka?" tanya Kimberly.

"Nana paling suka, Ibu."

"Loh, terus Nana enggak suka dong sama nenek?" goda Nuri.

"Nana juga suka, Nenek Nuri. Tapi, nana lebih suka ibu." Anastasia mengecup pipi Kimberly.

"Ibu juga paling sayang sama, Nana." Kimberly balas mengnciumi wajah putri kecilnya.

"Nana kenapa nangis?" tanya Kimberly heran. Setahu dia, putrinya merupakan sosok kecil yang mandiri dan tangguh untuk anak seusianya.

"Habis nana kesel, mereka pada ngeledin nana. Mereka bilang, muka nana engak mirip sama, Ibu. Mereka juga bilang, kalau nana enggak punya ayah," adu gadis kecilnya.

Hati Kimberly sedikit sakit. Memang, wajah Anastasia tidak memiliki sedikitpun kemiripan dengannya. Dan jujur saja, hal tersebut membuat Kimberly marah.

Dia yang mengandung selama 9 bulan 10 hari. Tapi lihat buah hatinya, dia tidak mewarisi sedikitpun fitur wajahnya.

Meskipun wajah itu 100% milik lelaki bajingan yang tidak dia ketahui asal usulnya, tapi Kimberly cukup menyukai wajah anaknya.

Rambut yang pirang keemasaan, serta mata bulat dengan iris coklat madu. Membuatnya tampak seperti boneka.

"Itu karena ayah sangat tampan, hingga, Nana. Mengambil semua fitur ayah."

"Kapan ayah jemput kita?" tanya Natasya tiba-tiba.

"Ehemp ... itu--itu--ayah akan menjemput kita, kalau kerjaannya sudah selesai," gagap Kimberly.

"Ayah kerja apa sih? Kok lama banget. Nana juga kan kangen, pengen bisa peluk ayah."

" Sabar ya, nanti kalau ayah pulang. Nana bisa peluk ayah sepuasnya." Janji Kimberly.

"Oke, kalau gitu, Ibu lanjutin kerjanya. Biar kita bisa lebih cepat main bareng," ujar Anastasia.

"Oke."

Nuri yang melihat interaksi keduanya hanya tersenyum penuh rasa syukur.

"Aku janji, akan melindungi dan menjaga putri dan cucumu." Batin Nuri.

"Tolong jaga nana sebentar lagi ya, Bu."

"Serahkan nana sama ibu, kamu kerja saja. Ingat, nanti sore ada pertemuan dengan kelompok Mawar Merah."

"Oke." Kimberly merasa sedikit tidak enak.

"Ayo, Nana. Kita pergi. Jangan nagis lagi ya," ajak Nuri.

Anastasia mengangguk dengan antusias. Dia tahu, jika ibunya masih banyak pekerjaan. Karena itu, tidak mau mengganggunya lebih lama.

*******

Kimberly menatap sekelompok wanita dalam kostum merah darah. Matanya memancarkan kedinginan yang tercetak nyata di netranya yang berwarna biru.

"Apa kamu yakin?" tanya Kimberly.

"Saya sangat yakin, Nona," jawab seorang yang bernama Amelia.

Wanita itu mungkin besosok mungil, tapi jangan sekali-kali meremehkannya. Dia adalah kaki tangannya yang sangat terampil.

"Oke, lanjutkan terus rencana yang sudah ada. Lalu, segera lancarkan rencana kedua. Kita tidak bisa menunggu terlalu lama. Para wanita tua itu sudah hampir sampai di batas kesabaran mereka."

"Siap, laksanakan."

Amelia memberi hormat sebagai jawaban.

"Pergilah." Usir Kimberly.

Dia tidak sedikitpun melihat kepergian semua orang. Dia hanya memutar kursi dan menatap jauh ke luar jendela.

"Sudah lima tahun berlalu, betapa cepatnya waktu berjalan pergi." Batin kimberly.

Dia mengingat bagaimana keberatannya dia, tentang kelompok Mawar Merah. Yang seharusnya berada di tangan mendiang ibunya.

Tapi, para wanita tua itu tidak tinggal diam. Mereka sudah kehilangan satu pewaris, karena itu mereka tidak ingin kehilangannya untuk kali ini.

Dengan keras, mereka melatih dan mendidiknya menjadi wanita yang sama sekali berbeda. Tapi hal tersebut tetap tidak merubah kepribadiannya yang sederhana.

Pelatihan itu ibarat neraka dunia untuk Kimberly. Mereka bahkan tidak membiarkan dirinya yang baru selesai melahirkan untuk lebih bersantai lebih dari 40 hari.

Mereka benar-benar menumpahkan semua yang mereka punya untuk perkembangannya. Dan memang, usaha mereka tidak sia-sia. Kimberly akhirnha mampu membawa generasi baru dari Mawar Merah, untuk maju dan berdiri di barisan paling depan.

Saat ini, dunia bawah mana yang tidak mengenal kelompoknya. Bukan hanya karena kesadisannya, tapi juga karena keefisiennan mereka dalam menjalankan misi.

******

Huft ... lama enggak up. Maaf ya. Terima kasih untuk @Novamujur yang selalu setia mantengin kisah inim






The Sweetest RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang