Hana menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Haruto sama jeongwoo jangan disatuin sama jea. Bisa roboh satu sekolahan.
Nggak, terlalu hiperbola.
"duhh kalian gaada kerjaan lain apa?" ucapnya yang udah jengah liat kelakuan mereka bertiga,
Padahal mereka menghibah hanya bertiga tapi berasa satu rt. Iya memang se-heboh itu.
"ikut sini! Lo tau gak kakel-"
"bodoamat anjer ga peduli gue" ketus hana memotong omongan haruto, "denger dulu sapri, kemarin ada kakel nemuin gue nyuruh bilang ke lo nemuin dia di perpus"
Hana mengerutkan dahinya, "no pict, hoax"
Haruto berdiri, "ngapain gitu harus pake pict?!" lalu kembali duduk,
"si kecil terlalu aktif ya bun" ucap jea tersenyum sembari menepuk rambut haruto dan berakhir dijambak, sadis.
"gamau ah, ntar gue di apa-apain lagi" gumamnya. Seingetnya dia ga pernah cari masalah sama kakel juga.
Kringgg
Mereka ber-empat bergegas ke kantin namun sebelum sampai pundak hana ditepuk dari belakang,
"iya?" tanya hana bingung, "hana kan? Emm.. Di panggil pak aris di lobby"
Hana membuat raut wajah seolah bertanya-tanya, "masalah mading" barulah ia mangut paham,
"duluan aja, gue ada urusan" ucapnya lalu berjalan ke lobby diikuti oleh laki-laki tadi,
Di sepanjang jalan hana bertanya-tanya siapa laki-laki ini? Dia nggak pernah lihat kayaknya.
Lebih tepatnya dia yang enggan melihat sekitar. Bahkan saja lupa siapa ketua osisnya karena memang itu bukan sesuatu yang penting kan?
"permisi pak-"
"kamu itu gimana? Mading kok bisa sampai kosong begini, padahal sebulan ini banyak kegiatan" omelnya sebelum hana sempat menyapa,
Hana menggaruk tengkuknya pelan, "bulan lalu partner saya bilang akan mengurus semuanya pak karena sebelumnya saya dan karin terus yang mengurus-"
"tapi kan kamu itu ketua koordinasi lho.. Harusnya kamu bisa mengawasi partnermu. Terus ini gimana sekolah mau buat dokumentasi coba?"
'YA GAUSAH BUAT NGAB, susah banget hidup lo' sayangnya ia hanya bisa memaki dalam hati,
Pak aris menghela nafas, "siapa partnermu tadi?"
"rissa, pak"
"loh rissa? Dia kan ikut lomba basket, kok kamu malah membiarkan dia mengambil alih tugasmu?"
Hana yang merasa terpojokkan langsung angkat bicara, "saya gatau apa-apa soal rissa pak, kan dia yang nawarin" ujarnya sedikit nyolot, udah terlanjur kesel ya gini.
Park aris kembali menghela nafas, "karena minggu depan minggu keempat, saya mau dokumentasi mengenai kegiatan sekolah sudah lengkap! Terserah kalau kamu mau minta bantuan anak osis lain"
Hana hanya bisa mengangguk sehabis pak aris pergi, selanjutnya ia menghentakkan kaki kesal. Dia lupa kalau masih ada orang.
"e-eh masih disini?"
Pria itu terkekeh lalu menjulurkan tangannya, "kenalan dulu, gue juga osis"
Dengan ragu hana membalasnya, "gue doyoung, panggil aja dobby ato do aja. jangan doy, ntar dikira pak doyoung lagi" ujarnya lalu tersenyum,
Dobby?
Hana kayak pernah dengar..
"Ah! Kakak yang DJ radio sekolah yak?" ujarnya antusias, sedangkan doyoung terkekeh lalu mengangguk gemas.
Demi Tuhan hana akui doyoung ini tampan jika dilihat dari dekat. Dan memang ternyata suaranya tidak hanya lembut lewat speaker, tapi dari live emang lembut!
Kan jadi dag dig dug ser
"kok gue bisa baru sadar ya kak? Hahah" katanya yang tanpa sadar menunjukkan raut wajah yang berbeda,
"kirain lo cuek, ternyata asik juga"
Kali ini hana yang terlihat kesal, "heran, orang-orang selalu lihat gue dari covernya. Image gue sejelek itu apa?"
Giliran doyoung yang kaget, ternyata perempuan ini cukup cerewet padahal disini konteksnya mereka baru saja berkenalan. Walau doyoung sering melihatnya dari jauh.
"lo cerewet ya ternyata?" hana mengulum bibirnya malu karena ia rasa ia terlalu banyak bicara pada orang baru.
"mau ke kantin?" hana menggeleng sebagai jawaban,
"em.. Mau coba ikut gue ke ruang siaran?"
"hari ini ada jadwal siaran?" doyoung mengangguk sebagai jawaban,