Doctor's 11

288 33 1
                                    

Luhan sedang menikmati sore harinya dengan menonton TV diruang  tengah dilantai 2 rumahnya. Ruangan yang beberapa waktu lalu menjadi ruangan favorit Chanyeol dan Baekhyun untuk bersantai karena tempatnya yang dekat dengan air terjun buatan di belakang rumah.

"Hyung,"

"Hmmm ?"

Luhan sedang memanggil Sehun yang sedang duduk disofa sembari membaca buku. Beberapa waktu lalu pria dewasa itu meminta Luhan untuk berbaring dan meletakkan kepalanya diatas pangkuannya saat melihat wajah Luhan pucat selesai mereka bermain catur bersama.

"Kau tidak kembali kerumah sakit ?"
Luhan memainkan remote TV ditangannya sembari bertanya kepada Sehun yang masih membaca buku kedokteran miliknya.

"Hyung tugas sore hari ini, jam 7 ada otopsi korban kecelakaan."

"Kau pindah kebagian forensik ?"

"Hmmm,"

"Berarti papa sudah tidak menjadi pembimbingmu ?"

"Hmmm,"

"Dokter HaeJin pembimbingmu ?"

"Hmmm...,"

"Aaah...,"

Hening, Luhan tidak lagi bertanya kepada Sehun karena sepertinya calon dokter itu sedang serius belajar karena sejak tadi hanya menjawab pertanyaan Luhan dengan deheman dan anggukan kecil.

"Sepertinya kau banyak mengenal para dokter DiGG ?"

"Huh ?"

Kali ini Sehun yang bertanya, menutup buku yang dia baca untuk mengantikan dengan buku lain diatas meja didepan sofa.

"Aaahhhhhh....Ya,mungkin 99% dokter dirumah sakit itu mengenalku. Dan mungkin 80% dokter tetap dirumah sakit itu aku mengenalnya."

Sehun masih mendengarkan apa yang Luhan beritahukan, sembari tetap membaca buku ditangannya.

"10 tahun, bukan waktu yang singkat. Dan mungkin jika dihitung sudah ratusan kali aku keluar masuk dirumah sakit itu."

Sehun menghentikan acara membacanya, sebenarnya sedikit terkejut mendengar waktu yang Luhan katakan untuk dia berada diGG hospital sebagai pasien tetap.

"Aaah...,karena papamu menjadi direktur disana karena itu kau terkenal."
Kata Sehun berpura-pura tidak tahu.

"Hmmm..., benar."

"Dan dia adalah dokter yang sangat hebat. Karena terlalu hebat menjadi dokter dia sampai mengorbankan keluarganya untuk menyelamatkan nyawa mereka yang ada disana."

Luhan mengubah posisi berbaringnya menjadi miring menghadap kedepan membiarkan setetes air mata jatuh membasahi celana denim yang Sehun kenakan.

"Ya, Ayahmu sangat hebat. Karena itu, kau harus bangga memiliki ayah sepertinya."

Kali ini Sehun menutup dan meletakkan bukunya. Tangan kanannya dia taruh diatas kepala Luhan untuk mengelus lembut rambut halus bocah yang berbaring dipangkuannya.

"Tapi aku benci mereka. Karena mereka aku selalu kesepian." Adu Luhan bergetar.

Hemmhhhh

"Kau tau Lu, terkadang kita memang harus mengorbankan sesuatu untuk mencapai kebaikan. Pola pikir orang tua itu berbeda dengan kita para anak. Apa yang mereka fikirkan sudah jauh kedepan beribu-ribu kilo dibandingkan kita. Jadi, berusahalah menjadi anak yang baik untuk papamu. Karena kau tau ? Papamu pasti sedang berusaha menjadi ayah yang baik untukmu."

Nasihat Sehun lembut, menerawang kedepan membayangkan masalalunya, bagaimana perjuangan orang tuanya untuk bisa menyembuhkan penyakit sang adik. Sampai akhirnya remaja itu menyerah setelah melewati pergantian usianya yang ke 15.

Bedanya, dulu orang tuanya melewati semua perjuangan itu bersama. Sedangkan ayah Luhan melakukan perjuangan itu seorang diri dan takdirnya lebih berat dari orang tuanya dulu. Dan adiknya tidak sekuat Luhan yang bisa melewati setiap tahunnya dengan berbagai penyakit bersarang ditubuh kecilnya.

Hiks

Sehun menunduk, mendengar isakan kecil dan tubuh bergetar Luhan. Membuatnya menarik pundak kecil remaja itu untuk mengubah posisi miringnya kebelakang agar dia bisa memeluk tubuh kecil yang begitu rapuh didepannya.

"Menangislah, selagi menangis bisa membuatmu merasa lebih baik. Tapi jangan pernah marah dan menyakiti dirimu sendiri atau ayahmu. Perjuangan kalian masih panjang."
Kata Sehun memeluk dan mengusap punggung kecil didepannya sembari mengatakan kalimat penguat yang bahkan dia sendiri tidak mengetahui akhirnya akan benar panjang atau tidak.

Sampai hening kembali menyelimuti mereka dengan pemikiran mereka masing-masing.
















♡Doctor's♡




Chanyeol sedang membasuh wajahnya didepan kaca wastafel kamar mandi IGD. Wajahnya terlihat lelah karena harus menangani banyak pasien kecelakaan yang terjadi siang tadi. Bahkan koas muda itu harus menjadi asisten bedah secara darurat. Ditambah beribu pertanyaan tentang profesor pembimbingnya membuat kepala Chanyeol sakit.

Hahhhh...,

Terakhir Chanyeol membasuh kasar wajah tampannya kemudian berjalan keluar dari kamar mandi.

Tap

Chanyeol berhenti melangkah tetap didepan pintu saat profesor pembimbingnya membuka pintu kamar mandi.

Klakk

Pria berwajah dingin itu tersenyum lebar hingga mengeluarkan sedikit lesung pipi dari pipi kanannya. Berjalan menghampiri Chanyeol lantas menepuk bahu kanan si koas tampan.

"Kerja bagus hari ini. Istirahatlah."

Lalu pria itu masuk kedalam salah satu bilik toilet disana.

Chanyeol melangkah keluar dengan ragu, sebenarnya ada banyak pertanyaan dikepalanya untuk pria didalam sana.

Sampai akhirnya chanyeol memilih menyandarkan punggungnya ditembok dekat pintu luar kamar mandi untuk menunggu Sunghoon keluar darisana.

Klakk

Terlihat Dokter Lee Sung Hoon keluar dari pintu kamar mandi. Awalnya Chanyeol ragu untuk memanggil pria berstatus pembimbingnya itu.

"Profesor Lee."
Sampai dengan segenap keberanian dihatinya Chanyeol memanggil pembimbingnya.

"Chanyeol-shi ? Sejak kapan kau disitu ?" Tanya Sunghoon saat memutar tubuhnya.

Tidak menjawab Chanyeol hanya terus berjalan kedepan menghampiri pembimbingnya.

"Eumm...,bi-sa kita bicara sebentar ?"

Tampak berfikir profesor muda itu membuat Chanyeol menunggu jawaban darinya sampai sebuah anggukan kepala sebagai persetujuan Sunghoon lakukan.

[BL] Doctors || HUNHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang