15

1K 92 6
                                    

Semakin hari kondisi Jungkook semakin memburuk. Tidak seperti dugaan dokter, Jungkook bahkan tak mau makan dan minum yang menyebabkan ia bertambah lemas. Pikirannya hanya fokus pada Taehyung, sosok kakak yang sampai kini belum juga pulang.

Polisi masih mencari keberadaan Taehyung. Informasi nomor telepon Taehyung tak berarti apa-apa karena nomor itu tak tersambung sama sekali. Butuh tenaga ekstra bagi para detektif polisi mencari siapa saja yang pernah terlibat permusuhan dengan Taehyung. Mereka menyimpulkan kasus ini bukanlah semata kasus anak remaja yang kabur dari rumah saja melainkan ada hal lain yang menyebabkan Taehyung belum juga ditemukan.

"Saya curiga ini merupakan pembalasan dendam. Kim Taehyung tak pernah kabur dari rumah, membolos sekolah dan kerja saja hanya sekali itupun saat adiknya sakit. Berdasarkan penuturan teman dekatnya, Kim Taehyung sering diserang oleh teman kelasnya. Itu bisa kita jadikan praduga." Tutur salah satu anggota polisi yang tengah ikut berunding di sebuah ruangan.

Yang lain nampak manggut-manggut. Mereka membenarkan apa yang diucapkan atasan.

"Benar, komandan. Saya juga berpikir demikian. Anak muda banyak menyimpan dendam, mereka sering tersulut emosi hanya karena hal kecil. Bisa saja Kim Taehyung terlibat perang mental dengan teman-temannya." Sahut seorang intel.

Polisi tahu adanya keganjilan antara Taehyung dengan teman-temannya terutama Yoongi karena Jimin datang kemari. Ia bermaksud membantu memberi titik terang pada para polisi untuk mempermudah pencarian Taehyung karena ia sendiri curiga pada geng Yoongi. Polisi pun merasa terbantu, polisi memang sudah mencari Taehyung lewat para haksaeng di sekolah Taehyung, tapi mereka tak mendapat informasi yang cukup. Beruntung Jimin datang dan mengutarakan semuanya.

"Tapi kita juga harus menyelidiki kedai sederhana itu. Disana adalah tempat kedua setelah sekolah yang Kim Taehyung singgahi. Dan aku pernah mendengar pemilik kedai itu sangat perhitungan dan keras." Sahut yang lain juga.

"Kita bagi tugas. Dua ke sekolah, dan dua ke kedai sederhana. Paham?"

"Paham, komandan."

***

Sebuah mobil hitam melaju menyusuri jalanan Busan. Penghuninya seorang supir dan seorang yeoja cantik. Yeoja itu selalu memandang keluar jendela dengan wajah yang khawatir. Matanya mengedar mencari sesuatu yang tampak dari pemandangan luar.

Irene gelisah, duduk pun tak tenang. Ia sudah mencari Taehyung kemana-mana, tapi belum juga ditemukan. Para asisten rumah tangganya yang seorang namja semuanya sedang mencari Taehyung, dan sampai sekarang mereka belum pulang lantaran Irene tak mengizinkan mereka kembali tanpa membawa temannya.

Hari ini Irene mencoba mencarinya sendiri. Ia bolak-balik kawasan Busan hingga ke kota namun belum juga menemukan Taehyung. Cemas selalu ada dalam hatinya, mengingat Taehyung bukanlah anak yang suka kabur dan sengaja menghilang. Apalagi sudah tiga hari ini.

Hingga Irene berhenti di sebuah kedai tempat bekerja Taehyung. Irene sebenarnya sudah kesini sampai berkali-kali, tapi dia selalu ingin memastikan mungkin saja Taehyung kembali ke tempat kerjanya. Lagi-lagi Irene tak menemukan Taehyung, para pekerja pun belum melihatnya pulang.

"Belum, noona. Bahkan polisi sudah berkali-kali kemari dalam dua hari ini." Sahut ahjumma yang tengah mengepel lantai.

"Ah begitu ya?" Irene tak bisa menyembunyikan wajah sedihnya. Ahjumma itu pun sama, sedih dan mencemaskan Taehyung.

Baginya Taehyung sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Setiap hari ahjumma selalu menyisihkan lauk yang lebih bergizi untuk Taehyung tanpa sepengetahuan bos nya. Terkadang ahjumma membantu pekerjaan Taehyung jika ia sudah selesai membersihkan kedai. Ahjumma juga sering memberi Taehyung uang untuk membeli jajan adiknya.

My Eyes is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang