18

1.1K 104 9
                                    

Seorang yeoja tengah mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia menggigit jari seraya memikirkan tindakannya kemaren. Irene tak tahu jika bocah berkursi roda ternyata adiknya Taehyung. Jika saja dia tahu, dia tak akan melakukan hal itu padanya.

Irene mengacak rambutnya frustasi. Ia bingung harus bagaimana. Mungkin saja Jungkook tahu jika dia yang telah memarahinya di depan resepsionis. Mungkin Jungkook masih mengingat suaranya.

Irene sebenarnya memarahi bocah itu lantaran dia tengah gugup ingin segera sampai di ruangan Taehyung. Dia yang memang sedang panik dan cemas itu tak bisa mengendalikan emosi kala seorang bocah entah dengan sengaja atau tidak menabraknya dengan kursi roda. Irene kesal, Irene jengkel karena dirinya hanya memikirkan Taehyung seorang, bukan bocah itu.

"Bagaimana kalau dia mengatakan pada semua orang jika aku pernah memakinya? Aish... Bodohnya aku..." Irene menghempaskan tubuhnya ke ranjang hingga memantulkannya keudara.

Irene memutar otaknya lagi.

"Apa aku datangi lagi saja dia, aku bersikap baik dan pura-pura tidak tahu apa-apa." Irene duduk, memikirkan rencananya untuk mendekati Jungkook.

"Kalau dia tahu bagaimana? Aish... Itu artinya aku harus meminta maaf. Ne, meminta maaf. Oke." Irene mengatur nafas bak wanita beryoga. Dia lalu beranjak dan bersiap ke rumah sakit menemui Jungkook.

Kini Irene sudah sampai di depan kamar Jungkook, membawa tentengan buah-buahan yang amat banyak. Dia mengatur nafas dahulu lalu menyemangati diri sendiri.

"Kau pasti bisa Irene-ah."

Irene memutar kenop pintu pelan, melangkah maju satu tapakan. Ia melihat suasana kamar Jungkook sepi, tapi ada seseorang yang terbaring diatas brankar. Itu pasti Jungkook, pikirnya.

Irene langsung berjalan santai kearah Jungkook, meletakkan parsel buah di nakas.

Jungkook tidak tidur, dia membuka mata. Saat bunyi tapakan kaki masuk ke telinganya, dia mendengar.

Tapi Jungkook tidak langsung menyuarakan suaranya, dia mengamati lebih dulu siapa yang datang ke kamarnya. Bau wanginya tidak asing, tapi sepertinya baru ia hirup belakangan ini.

"Apa kau suster?" Tanyanya. Irene hanya meringis kecil, lalu duduk disamping Jungkook.

"Aniya, aku Irene noona."

Jungkook mengerutkan dahi, berpikir ada apa gerangan sehingga teman Taehyung hyung datang kesini bukan ke kamar Taehyung. Dan kenapa dia tahu ruangannya.

"Ada apa noona kesini?"

"Ah, noona hanya ingin menjengukmu, Jungkook-ah." Jungkook belum juga menampakkan ekspresi bersahabat. Dia tahu Irene lah yang ditemuinya kemaren, yang tak sengaja ia tabrak kakinya dan kemudian ia mendapat umpatan menyakitkan.

"Oh iya, kemana bibi dan sepupumu?" Tanya Irene.

"Bibi sedang keluar bersama Yugyeom dan Taeji, sedangkan paman masih di kamar Taehyung hyung." Jawabnya datar.

"Oh begitu."

Setelah itu suasana diantara mereka menjadi canggung. Tak ada yang mau memulai percakapan lagi. Mereka saling diam dengan sendirinya.

Hingga Irene memutuskan memulai pembicaraan meski ia pun ragu.

"Ehmm... Jungkook... Apa kau sudah pernah bertemu denganku sebelumnya?" Irene bertanya dengan kehati-hatian.

Jungkook diam, memikirkan apakah benar yang ia duga dari Irene. Irene mungkin memiliki suara yang sama dengan wanita itu. Bisa saja begitu.

Tapi Jungkook menduganya kuat. Bau tubuh Irene sama persis dengan bau tubuh wanita itu jika diamati. Dan kembali pada suaranya, dia yakin itu suara yang sama.

My Eyes is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang