20

1.3K 102 8
                                    

Hari terakhir ujian nasional membuat semua siswa bersemangat. Sebentar lagi mereka akan lulus dan beralih menimba ilmu di perguruan tinggi.

Taehyung bersama Jimin tengah bertukar pikir mengenai rencana mereka setelah lulus sekolah. Jimin yang hidup dalam keluarga berada sudah pasti akan mendaftar ke perguruan tinggi. Sementara Taehyung lebih memilih bekerja, dia memutuskan tidak lanjut sekolah meskipun dia yang mendapat beasiswa ke Seoul.

Sekali lagi, Taehyung tidak ingin mengecewakan adiknya. Dia tidak ingin Jungkook sedih karena kepergiannya ke Seoul. Hidupnya hanya untuk Jungkook, bukan sekedar meraih cita-cita. Jika adiknya saja tidak senang, maka Taehyung tak akan lanjut bersekolah dan memilih bekerja di sekitar rumahnya. Dengan begitu, Taehyung akan tetap menjaga Jungkook sampai tua nanti.

"Kau yakin tidak akan mengambil beasiswa itu jika kau yang terpilih?"  Tanya Jimin yang tak mengerti dengan pikiran Taehyung.

Taehyung tersenyum kecut. "Kalau Jungkook saja tidak nyaman, aku juga tidak akan mengambilnya."

Jimin menepuk punggung atas Taehyung. Dia tahu kehidupan sahabatnya sangat sulit. Kekhawatiran adiknya bukan tanpa alasan. Adiknya itu tidak sempurna, dia butuh banyak perhatian dari Taehyung. Jika Taehyung pergi ke Seoul, maka akan sulit bagi Jungkook untuk menjalani hari-harinya bersama paman dan bibi.

Jika Taehyung membawa Jungkook ke kota pun tidak mungkin. Taehyung pasti akan disibukkan oleh tugas perkuliahan. Dia juga akan mondar-mandir kesana kemari karena masalah kuliah. Disaat seperti itu, bagaimana Jungkook bisa menjaga dirinya sendiri?

"Aku mendukungmu, Tae. Kau pasti sudah memikirkan pilihanmu." Ucap Jimin. Taehyung mengangguk dan tersenyum.

Drttt...

Ponsel Taehyung berdering. Dia segera meraihnya di saku celananya. Nomor yang tidak tersimpan menelepon dirinya.

"Yoboseyo?"

.....

"Ye, saya sendiri."

.....

"Mwo? K-kau bilang apa? J-jungkook ku?"

.....

"Gamsahabnida... Gamsahabnida..." Ucap Taehyung kegirangan seraya membungkuk berkali-kali seolah ia sedang berterimakasih kepada seseorang yang berada didepannya.

Jimin yang melihat tingkah laku Taehyung menjadi penasaran. Aneh sekali Taehyung mendapat telepon lalu kegirangan seperti itu.

"Kau kenapa, Tae?" Tanya Jimin pada Taehyung yang semakin kejingkrakan.

"Jim... Jungkook, Jim... Dia akan segera melihat... Dia sudah mendapat pendonor..." Ucapnya sumringah.

Jimin terbelalak. Dia terkejut juga senang. Akhirnya adik sahabatnya akan segera memiliki mata.

Tak terasa manik Jimin mulai menggenang. Terharu dan terenyuh dengan rezeki yang Jungkook dapatkan. Jimin tahu bagaimana perasaan Jungkook dan Taehyung, apalagi mereka masih sangat muda, pasti menginginkan kehidupan yang sempurna setelah penderitaan yang dihadapi mereka berdua.

"Yasudah... Kau cepat pulang. Beritahu Jungkook jika dia akan segera dioperasi." Ucap Jimin.

"Ne, Jim.. Hiks... Aku sangat senang, Jim.. Aku pulang dulu ya, Jim." Ucap Taehyung yang sudah menangis bahagia. Taehyung lantas bergegas meninggalkan sekolah menuju halte depan. Jimin hanya bisa menatap punggung sahabatnya yang semakin menjauh seraya mengelus dada. Semoga kehidupan sahabatnya itu akan membaik setelah ini.

Taehyung memutuskan untuk berlari ke halte. Operasi adiknya harus dilaksanakan sebelum jam dua siang ini. Tiga jam dari sekarang.

Lama menunggu, bis tak kunjung datang. Taehyung semakin tak sabar. Padahal rumah sakitnya sangat jauh, berada di pusat kota Busan. Taehyung tak ingin terlambat, dia pun menelepon bibi, namun nomor teleponnya tak tersambung. Taehyung pun menelepon Namjoon.

My Eyes is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang