12

1K 105 3
                                    

Pyarrrrrr

Celengan tanah berbentuk ayam jago sudah hancur di lantai. Berhamburlah isi perutnya yang sebagian besar berbentuk koin. Taehyung langsung mengumpulkannya dan menghitung satu persatu.

Bibirnya tersenyum kala uang yang sudah terkumpul dirasa cukup. Ia lalu menaruhnya di sebuah dompet berukuran besar dan memasukkanya ke dalam tas sekolah.

~~~

Try out kedua berakhir, Taehyung meminta izin pada tata usaha untuk pulang lebih dulu karena ada kepentingan. Senyumnya mengembang saat didapatinya surat izin bercap sekolah itu.

"Taehyung-ah..." Suara Jimin menghentikan langkah semangat Taehyung. Sebelum keluar dari gerbang, Jimin melihat sahabatnya itu bergegas pulang tanpa memberitahu padanya.

"Kau mau kemana? Ini belum saatnya kita pulang. Ingin dimarahi Lee Seongsaenim lagi apa?" Jimin uring-uringan. Dia ingat saat Taehyung meninggalkan kelas tanpa izin guru dan berlari pulang kesetanan hingga menerobos gerbang, keesokan harinya dia dimarahi dan dihukum seharian penuh berdiri disamping tiang bendera ditengah lapangan dengan kaki tertekuk sebelah dan kedua tangan menyilang menjepit telinganya sendiri. Jimin tidak ingin itu terjadi lagi pada sahabatnya. Taehyung itu sudah cukup menderita dengan hidupnya, tidak etis jika membiarkan sahabatnya lebih teraniaya.

Taehyung yang melihat kekhawatiran di raut wajah Jimin lantas tertawa puas. Wajah Jimin yang panik sangat unik dilihat. Lubang hidungnya melebar dan mata sipitnya membelalak.

Jimin bingung. Kenapa Taehyung malah menertawakan dia.

"Yak kau kenapa? Kesurupan?"

"Kau itu Jim, lucu sekali. Coba mengaca, kau pasti akan tertawa. Hahaa..." Taehyung tak bisa menahan tawanya. Dan Jimin bertambah bingung.

"Hey jawab pertanyaanku yang pertama. Kenapa kau disini? Kau mau bolos lagi?" Tanya Jimin dengan merubah raut menjadi serius.

"Aku tidak membolos. Lihatlah." Taehyung mengangkat surat izin didepan wajah Jimin. Jimin langsung menyambar dan membacanya dengan seksama.

"Kau izin kemana? Aku ikut."

"Kembalikan. Aku akan ke suatu tempat. Sampai jumpa." Taehyung segera menyambar kertas itu lagi dan melenggang keluar gerbang setelah ia menyodorkan izin pada satpam. Jimin mendecih kesal. Sahabatnya itu tak bisa berkomplot untuk bolos bersama apa.

Taehyung menunggu bis di halte depan sekolah. Bersama dengan para penumpang lain, ia naik ke badan bis saat bis sampai di depan mereka.

Perjalanan lumayan memakan waktu. Taehyung duduk sembari mengedarkan pandangannya ke luar jendela. Melihat pemandangan Busan yang masih asri kemudian tak lama berganti pemandangan gedung-gedung besar menjulang tinggi. Taehyung telah sampai di kota metropolitan Busan. Agak berbeda dari Busan yang ia tempati karena memang pusat pemerintah Busan ada di kota.

Taehyung turun di terminal pemberhentian bus terakhir di kota Busan. Dia lalu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru tempat luas ini, sembari tangannya memegang kertas bergambar denah yang ia rentangkan.

"Disini tertera kantor Bank Mata Koreanya disebelah rumah sakit kota Busan, jadi dari sini aku kemana ya?" Gumannya sendiri sembari berpikir arah keluar dari terminal menuju jalan raya yang tepat.

Taehyung lalu melihat seseorang berjalan kearahnya dengan lap handuk kecil melingkar di lehernya.

"Haksaeng, apa ada yang bisa saya bantu?" Bapak itu bertanya dengan wajah khawatir. Sepertinya bapak itu tahu jika Taehyung sedang tidak tahu arah.

"Ah ini ahjussi, saya ingin ke kantor Bank Mata Korea, tapi saya bingung harus kemana." Taehyung menyodorkan denah itu pada bapak tadi sembari telunjuknya menunjuk gambar kantor Bank Mata, ia pun menyaksikan dengan seksama.

My Eyes is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang