05

1.3K 119 9
                                    

Taehyung menghitung lembaran uang di dompetnya yang terlihat sudah lusuh. Beberapa bagiannya sudah mengelupas dan robek. Matanya menelisik lebih dalam ke kantung dompetnya, berharap masih ada sisa uang yang terselip disana.

Dibawah lampu temaram, Taehyung menghitung berlembar-lembar hingga berkoin-koin satu persatu uangnya.

"Tiga puluh ribu, empat puluh ribu, empat puluh lima ribu won." Taehyung bergumam sendiri. Dilihatnya lembaran uang itu sudah ia hitung semuanya dan berjumlah empat puluh lima ribu won. Jumlah yang tak begitu banyak jika ia gunakan untuk makan dan membayar try out.

Waktu sebelum ia mendapat gaji bulan berikutnya masih dua belas hari lagi. Sedangkan jika ia membayar try out sebesar sepuluh ribu won maka uangnya sisa tiga puluh lima ribu won. Bisakah ia bertahan hidup dengan mengandalkan uang sebesar itu? Tidak mungkin dia mengambil tabungannya.

Demi sekolah, ia rela menyisihkan uang sepuluh ribu won untuk ia gunakan membayar try out besok. Sisanya ia masukkan ke dompet lagi untuk biaya makan Jungkook dan dirinya.

Taehyung berbalik hendak menaruh dompetnya di dalam tas yang ia letakkan di atas nakas kecil. Disampingnya, Jungkook sudah tertidur lelap dengan mulut sedikit terbuka. Wajahnya damai dan terlihat manis. Membuat bibir Taehyung melengkung seketika.

Taehyung mendekati Jungkook. Disibaknya surai sang adik yang menutupi kening. Taehyung beralih menatap tubuh Jungkook, ada sebuah buku yang masih tergeletak diatas perut adiknya.

Buku braille pemberian Taehyung masih terbuka, jari kanan Jungkook masih menempel diatasnya. Terlihat sekali Jungkook membaca buku sebelum ia tertidur.

Mata Taehyung berkaca, melihat betapa Jungkook sangat senang dengan pemberiannya yang sangat sederhana. Hanya sebuah buku braille yang sangat tipis namun mampu membuat Jungkook bahagia.

"Kook, Kookie tak perlu membaca pun hyung akan selalu berada di dekat Kookie. Hyung akan selalu membacakan apa yang hyung lihat, hyung akan membacakan apapun yang Kookie inginkan. Karena mata hyung adalah matamu juga. Seluruh penglihatan hyung juga penglihatan Kookie." Taehyung menarik pelan buku braille itu. Diletakkannya di atas nakas dan selimut Jungkook ia naikkan sebatas dada kemudian ia kecup kening sang adik lama.

"Jaljayo, Kookie-ah. Mimpi indah." Taehyung tersenyum lantas memposisikan tubuhnya disamping sang adik dan mulai memejamkan mata. Taehyung sengaja menggunakan kasur ukuran besar agar ia bisa selalu berada dekat dengan Jungkook. Jungkook pun sama, ia akan nyaman jika ada hyung nya didekatnya, apalagi saat ia tertidur sangat senang mendusel di dada sang kakak karena baginya suhu tubuh kakaknya sangat hangat dan membuatnya nyenyak.

***

Taeji berlari pulang dengan girang. Menghambur tubuh Jungkook yang tengah membantu bibi memarut singkong untuk membuat keripik kesukaan Yugyeom. Jungkook tentu terkejut dan menghentikan kerjaannya.

"Hyuuuuung." Sapa Taeji dengan suara melengking.

"Wae Taeji-ah, kau membuatku terkejut."

"Hyung aku punya berita bagus. Kata Yujin, nanti sore akan ada pertunjukan barongsai di depan gang. Kita lihat, yuk." Ajak Taeji dengan sumringah masih dengan pelukannya yang erat.

"Ah rupanya imlek sudah tiba ya. Ayo kita lihat nanti." Jawab Jungkook tak kalah sumringah. Taeji melompat bahagia. Hyung nya itu mau menemaninya melihat barongsai. Ia lalu pergi ke kamar untuk menyalin seragamnya dengan kaos biasa.

Jungkook biasa diajak ke acara seperti itu meski ia tak bisa menyaksikannya. Setidaknya ia bisa mendengar dan merasakan kebahagiaan orang yang tengah menonton. Biasanya moment seperti itu selalu ada Taehyung yang menemani. Tapi tahun-tahun terakhir ini Taehyung jarang menemani Jungkook menonton karena ia sibuk dengan kerja paruh waktunya.

My Eyes is YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang