9. Tidak Berharga

166 20 2
                                    

"Untuk apa aku bersusah payah menghargai diri sendiri, jika orang lain saja tidak menghargaiku?"

Laura Chintya Bella
*****

"Vikram, Laura di mana? Kenapa dia tidak menemaniku belajar?" Angkasa menatap Vikram yang tampaknya bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah insiden di rumah sakit, Laura menyuruh Angkasa untuk belajar ilmu pengetahuan karena Angkasa sudah tertinggal banyak. Suara Angkasa sudah terdengar jelas, walau terkadang suaranya akan terbata-bata di waktu-waktu tertentu.

Vikram merapihkan kerah seragamnya, jemarinya menyisir rambutnya. Matanya melirik Angkasa melalui cermin. Pria yang dibawa Laura itu menatapnya dengan tatapan sayu. Tampak begitu menantikan kedatangan Laura.

"Laura nyuruh gue mengawasi lo untuk giat belajar. Sebelum lo selesai membaca dan memahami materi yang ada di semua buku itu, lo enggak boleh bertemu dengan Laura." Vikram berdecih, kenapa ada pria yang begitu bergantung pada Laura?

Bukan, Vikram bukan merasa cemburu. Jujur saja, selama ini dia tak punya rasa romantisme walaupun sudah bersama Laura bertahun-tahun lamanya. Hubungan persahabatannya dengan Laura itu terjalin atas dasar keterpaksaan. Dulu, mungkin Vikram menghabiskan waktunya untuk memikirkan bagaimana cara melepaskan dirinya dari Laura. Namun sekarang, Vikram menikmati hubungan palsu mereka. Yah, setidaknya Vikram memiliki sahabat yang tak memanfaatkannya dari segi materi.

Manik hitam pekat Angkasa terbelalak. "L-Laura tidak mau bertemu denganku?" Suara Angkasa bergetar samar, sorot matanya berubah menjadi sendu. Wajahnya seketika mendung seolah akan ada air mata yang mengalir.

Vikram menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Kenapa pria ini sangat cengeng? Padahal saat Vikram melihat masa depan Laura melalui mimpinya, di sana Angkasa tampak seperti pria yang menakutkan. Pria yang walaupun diam tapi membawa aura yang menakutkan. Sampai sekarang, Vikram masih merasa merinding saat merasakan hawa dingin Angkasa yang dia lihat dari mimpinya.

Couple yang satu ini... menyusahkan orang lain saja.

"Lo itu merepotkan, makanya Laura enggak mau mengurus lo." Vikram meraih tas sekolahnya lalu menyampirkannya pada bahu kanannya. Kakinya melangkah menuju pintu kamarnya. Yah, Angkasa diinapkan di rumahnya, bahkan di kamarnya. Sekali lagi, Laura dan Angkasa adalah couple yang selalu menyusahkannya.

"Sampai lo keluar dari kamar ini walau hanya satu langkah, jangan harap lo bisa bertemu dengan Laura."

Blam!

Vikram menutup pintu kamar, dia tak mau repot-repot melihat respon yang Angkasa berikan. Vikram tak mengunci Angkasa di kamarnya sesuai permintaan Laura. Vikram yakin Angkasa tidak akan keluar dari kamar jika Vikram sudah memberi ancaman atas nama Laura.

"Bodo amat kalau dia nangis, gue gak mau repot." Berbeda dengan ucapannya, hati Vikram merasa gelisah. Dia takut jika Laura akan menghabisinya jika membuat Angkasa menangis seharian. Laura itu gadis yang nekad, ancamannya bahkan tak main-main.

Di kamar Vikram, Angkasa mulai membaca buku dengan tangan gemetar. Dia menggigit bibir bawahnya menahan tangisan yang hendak keluar. "H-harus bertemu... A-aku harus bertemu dengan Laura."

Mata Angkasa bergulir menatap buku-buku yang ada di sekitarnya. Ada puluhan buku tebal yang belum dia baca, buku memuat materi Sekolah Dasar, SMP, dan SMA. Angkasa harus menyelesaikannya secepatnya.

"A-aku mau Laura."

*****

Sebuah mobil Lamborghini berwarna merah menyala terparkir di tempat parkir yang dikhususkan untuk guru. Pemiliknya tak merasa takut apabila ada guru yang melihat kelakuan kurang ajarnya. Laura, pemilik mobil itu keluar dengan seragam ketat. Panjang rok yang seharusnya di bawah lutut menjadi sebatas pahanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Angkasa : My Pet Boyfriend (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang