Pagi ini, badan Junkyu panas sekali. Haruto saja tidak habis pikir dibuatnya.
"Bagaimana bisa badanmu sepanas ini..." lirihnya setelah menyentuh kening Junkyu dengan punggung tangannya.
Padahal kemarin istrinya ini terlihat baik-baik saja tuh?
"Aku tidak tau, tapi serius. Badanku hanya panas kok. Aku tidak sakit!"
Junkyu memaksakan dirinya untuk berdiri, ia harus membuatkan sarapan untuk Haruto sekarang!
"Akh, aduh..." Junkyu tiba-tiba saja terjatuh. Lalu tak lama kemudian ia lagi-lagi memaksakan dirinya untuk berdiri kembali.
Mendesah nafas pelan, Haruto beranjak dari tempatnya lalu memaksa Junkyu untuk mendudukkan dirinya di kursi.
"Biar aku yang masak dan kamu yang mengarahkan."
Junkyu memandang Haruto tak yakin. "Memang kamu bisa masak?"
Haruto menggeleng. "Makanya aku bilang kamu yang mengarahkan."
"Tidak usah, kamu pesan makanan saja. Aku takut nanti dapur terbakar," ujar Junkyu tanpa sadar membuat Haruto merasa tertantang secara tak langsung.
BRAK!
Teflon berwarna biru muda tersebut diletakan di atas kompor dengan kasar.
"Jangan meremehkan aku."
***
Hiks, rasanya Junkyu mau menangis saja.
Bagaimana tidak? Lihat saja keadaan dapur yang sekarang 11/12 mirip dengan area perang sekarang! Mana teflon biru favoritnya sekarang gosong lagi...
"Maaf, aku tidak tau kalau memasak mie harus pakai air..."
Junkyu menggeleng. "Apa separah itu skill memasak mu hingga masak mie saja kamu tidak tau?"
"Ya kan aku tidak tau!"
Siapapun yang melihat pertengkaran mereka mungkin akan tertawa sekarang. Bayangkan saja, mereka berdebat dengan Junkyu yang hanya mengeluarkan suara karena Haruto memakai bahasa isyarat.
Haruto terkadang juga bingung, kenapa disini ia mirip sekali seperti orang bisu?
"Sudahlah, kamu pesan saja makanan. Biar aku yang bereskan dapur."
Haruto pasrah, akhirnya ia memilih beranjak dari dapur menuju kamarnya. Meninggalkan Junkyu sendirian yang masih sedih meratapi bagaimana nasib dapur yang begitu berantakan sekarang.
TRINGGG!!!
Ponselnya bergetar, seseorang menelponnya.
Oh, Wonyoung ternyata. "Wony? Ada apa?"
"Haru, ketemuan yuk?"
"Oke, dimana?"
"Di kafe tante aku! Kamu tau kan?"
"Iya tau, yasudah tunggu sebentar ya. "
"Siap!"
Lalu panggilan tersebut diputuskan secara sepihak.
Beranjak dari duduknya, Haruto segera mengambil kemeja andalannya dengan topi sebagai tambahan.
'Junkyu, aku pergi sebentar'. Tulisnya pada selembar kertas lalu menempelkannya tepat di depan pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Nikah | Harukyu
Fanfiction❛❛Setidaknya, bahagiakan aku untuk satu kali saja.❞ Haruto sebenarnya tau jika ada seseorang yang terluka karena sikapnya. Dan Junkyu juga tau jika Haruto tidak pernah membuka hati untuknya walau mereka sudah menikah. Bukannya apa, tentu saja pern...