Haruto membanting gitarnya. Alat musik tersebut sekarang terlihat hancur tak beraturan tercerai kemana-mana di atas lantai kamarnya.
"Ayolah, fokus Haruto!"
Mungkin ini cuma perasaannya saja atau memang dia menjadi tidak fokus dalam menulis lagu semenjak Junkyu tidak tinggal serumah dengannya?
Untuk sarapan juga ia selalu pesan online, makanan instan yang tidak sehat. Berbanding terbalik dengan masakan Junkyu yang sehat untuk dimakan.
Bundanya juga selalu mengingatkan soal perceraian semenjak nenek Junkyu meninggal.
Dan Haruto tidak tau harus membuat keputusan apa, dia bingung.
Pada awal pertemuan mereka memang dia ingin secepatnya cerai sama Junkyu, tapi untuk sekarang... tidak tau kenapa rasanya berat.
Bahkan dari kemarin ia selalu menyempatkan diri untuk masuk kedalam kamar Junkyu barang sebentar saja.
Ia malu, tapi tidak bisa berbohong kalau sebenarnya dia rindu.
Apa mungkin ini karma karena dia selalu menyakiti perasaan Junkyu?
Lirik lagu yang ia buat juga tiba-tiba saja berantakan, klien-kliennya marah. Terkadang Haruto juga lupa untuk mengecek keadaan bar nya yang memang harus di cek seminggu sekali.
Ia hancur dan tidak fokus dengan perasaan yang semakin lama semakin dilema.
Tidak mau terlalu larut dalam pikirannya. Haruto memilih untuk meminum soda favoritnya. Hal tersebut sepertinya akan ampuh untuk mengembalikan fokusnya.
Setelah meneguk dua botol kaleng soda, matanya melirik. Menatap kamar yang dulu pernah menjadi miliknya disaat masih bayi.
Kamar tersebut minimalis, pas untuk ditinggali seorang bayi sepertinya dulu.
Tapi sekarang tidak, kamar itu sekarang telah berubah menjadi kamar usang, yang ia sendiri juga tidak tau apa kegunaannya.
Melangkahkan kakinya pelan, ia bawa dirinya menuju kamar tersebut.
"Uhuk!"
Sial, banyak sekali debu.
Setelah menahan nafasnya, Haruto membawa langkah kakinya untuk mendekati lemari kecil berdebu yang mungkin dulunya dipakai untuk menyimpan pakaiannya.
Dan ternyata hal tersebut benar, banyak pakaian bayinya dulu bertumpuk di sana.
'Badannya dulu kecil banget ya?'
Mungkin karena faktor sedang melihat baju masa kecilnya, tiba-tiba saja pikiran aneh mulai menggerayanginya.
"Kalau ada anak kecil pasti baju ini bakalan berguna lagi..."
Awalnya biasa saja, tapi setelah sadar maksud dari perkataannya barusan. Haruto langsung nampar pipinya keras.
"Gila, apa-apaan pikiran itu?"
Dengan cepat Haruto melemparkan baju lusuh tersebut dan beranjak pergi dari sana.
KREK!
Matanya menoleh kebawah, kakinya menginjak sebuah album foto. Album tersebut berwarna biru muda, ukurannya juga tidak terlalu besar.
Diambilnya album tersebut lalu membawanya ke kamar untuk dibersihkan.
"Album punya bunda dulu?" tebak Haruto ketika melihat album tersebut ditempeli dengan stiker nama bundanya.
Haruto terkekeh, menurutnya lucu sekali tingkah bundanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Nikah | Harukyu
Fiksi Penggemar❛❛Setidaknya, bahagiakan aku untuk satu kali saja.❞ Haruto sebenarnya tau jika ada seseorang yang terluka karena sikapnya. Dan Junkyu juga tau jika Haruto tidak pernah membuka hati untuknya walau mereka sudah menikah. Bukannya apa, tentu saja pern...