1

38 2 0
                                    

Siang yang mendung tengah menemani makan siangnya calon detektif, Qaroline Nuralita. Qaroline menghabiskan istirahatnya untuk makan siang, setelah pagi tadi, dia menjalankan training hari pertamanya.
"Siang, kamu bawa bekal?" sapa seorang lelaki seusianya, yang baru dia kenal di kelasnya. Namanya Adit, dia berasal dari negara Indonesia.
"Iya, memang kenapa?"
"Ya beda saja, kebanyakan orang seusia kita kan tidak mau repot gitu. Aku saja tidak mau bawa bekal." ucap Adit sembari membuka buku menu yang ada di meja. "Permisi, saya pesan baksonya satu, sama es jeruknya ya." ucap dia kepada pelayan kantin yang menghampirinya.
"Kamu dari Indonesia ya?"
"Iya, asli Indonesia." pelayan itu mengantarkan makanan yang dipesan Adit. "Terima kasih, kalau kamu asal mana?"
"Aku tinggal di negara ini si, baru lima tahun. Entahlah, aku lupa asal negara ku." sebenarnya Qaroline merasa seperti sudah akrab sekali dengan negara Indonesia, tapi saat dia berusaha mengingatnya, tidak ada gambaran sama sekali, semuanya gelap.
"Oh kamu nomaden?"
"Bisa jadi, nomaden yang modern, hahahaha. By the way, Indonesia itu seperti apa? Bolehlah, aku diceritakan sedikit." Qaroline menengguk minumannya yang tersisa sedikit itu.
"Bagus, orang berkata seperti itu. Kalau bagiku si, sudah membosankan."
"Aku lihat di internet, Indonesia itu negara yang bagus, banyak pulau, banyak tradisi, apalagi Lombok, bagus banget."
"Sudah pernah ke Lombok?"
"Belum si."
"Detektif Roline, detektif Adit." sedang asiknya mereka mengobrol, tiba-tiba mr. Jhon, pembimbing mereka, memanggilnya.
"Siap pak."
"Training selanjutnya, kalian satu tim. Kalian akan diajarkan bagaimana cara menghindari peluru." mr. Jhon berjalan masuk ke tempat ujian, diikuti oleh Roline dan Adit. "Kalian akan dibimbing langsung oleh mr. Dico."
"Semangat pagi!"
"Semangat pagi!"
"Silahkan kalian pakai alat pelindung diri yang ada di tengah itu." waktu mereka selesai memakai alat pelindung diri, sebuah anak panah melesat ke arah mereka. Roline melompat untuk menghindarinya, menyadari hal itu, Adit langsung waspada, berjaga-jaga jika ada anak panah yang melesat lagi, dan benar, untung Adit menyadarinya. Jadi dia bisa selamat dari anak panah itu.
"Tiga puluh detik." teriak mr. Dico dari lantai dua, kemudian dia turun dan memberi applous untuk Roline. "Rekor untuk anak baru, selamat Roline, lompatan kamu sangat tepat. Kalian bisa istirahat."
"Hebat sekali reflekmu Line, aku saja tidak menyadarinya." Qaroline masih bingung, pasalnya, dia bisa melompat jauh karena didorong oleh seseorang. Tapi waktu dia menengok ke belakang, disana hanya ada Adit, dia, dan pelatihnya. "Hebat kamu Line."
"Eh, iya terima kasih." dia menengok ke atas, dan bayangan itu muncul lagi. "Kita ke kelas yuk."
Adit dan Qaroline kembali lagi ke kelas, setelah mereka mengikuti training pertama mereka. Kelas mereka terdiri dari siswa yang berasal dari berbagai negara.
"Hai Line, congrate ya, training pertama, berhasil kamu lewati." Orang yang biasa dipanggil Nathalie itu, adalah teman dekatnya Line saat ini. Dia berasal dari negara Thailand, dan dia berusia sembilan belas tahun. "Kamu sudah mencuri strategiku, Line."
"Oh ya?" Line duduk di sebelahnya Nathalie "Sorry, sudah ku pakai strategimu, hahaha. Tapi darimana kamu tahu?"
"Coba kamu hadap ke depan." seketika Line mengikuti perintahnya Nathalie. "Itu cermin dua dimensi, jadi siswa yang di kelas, bisa melihat praktek yang sedang berlangsung."
"Kalau begitu, enak dong?"
"Ya tidak enak, karena kita tidak boleh pakai strategi yang sama." Desy ikut bergabung dengan Line dan Nathalie.
"Oh begitu."
Waktu Line dan yang lainnya sedang mengobrol, terlihat bayangan hitam itu melintas lagi. Chlowi yang sadar akan hal itu, dia langsung mengalihkan perhatiannya Line.
"By the way, kalian sudah belajar apa saja?" tanya Desy memecah keheningan.
"Aku belajar yang paling dasar dulu, itu pun aku masih belum paham."
"Ya sudah, nanti kita belajar bersama saja."
"Siap."

***
"Selamat siang anak-anak."
"Siang pak."
"Baik, sebelum saya mulai pelajaran kita, saya akan menyampaikan satu hal, akhir tahun nanti, mulai angkatan kalian, siswa akan diikutkan menyelidiki kasus secara langsung. Kasusnya bermacam-macam, dan setiap kelompok akan mendapatkan kasus yang berbeda." guru yang sedang menjelaskan itu bernama mr. Roy. Dia sudah belasan tahun mengajar di kampusnya Line. Rambutnya sudah banyak yang memutih, tapi semangatnya sama seperti siswanya. "Hanya itu yang bisa saya sampaikan, sekali lagi, saya ucapkan selamat, karena sudah lolos tes masuk ke kampus ini. Selamat siang."
"Mau kemana Clow?"
"Aku mau ke toilet."
"Ikut ya, aku juga mau ke toilet."
Waktu mereka keluar dari toilet, dan ingin kembali lagi ke kelasnya, Clow dikejutkan dengan kedatangan sosok bayangan hitam itu. Awalnya dia biasa saja, tetapi waktu bayangan hitam itu menatapnya, Clow ketakutan, kemudian dia memejamkan matanya, dan membayangkan sosok yang cantik.
"Kenapa kamu tidak berubah? Padahal aku sudah membayangkan sosok yang cantik."
"Aku hanya bisa dirubah oleh Line."
"Kenapa?"
"Karena aku, masih ada urusan sama dia."
"Hei, ngomong dengan siapa?" bayangan hitam itu hilang, Line yang baru saja keluar dari kamar mandi, merasa aneh. Karena Clow berbicara sendiri. "Hei."
"Eh iya. Kamu sudah selesai?" Line sekilas melihat bayangan hitam itu lagi. "Tenang saja, dia lumayan baik. Yuk ke kelas." ajak Clow

Detektif Qaroline (I remember it) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang