'23 - 3 vs 1 (YoungBlood)

394 79 8
                                    

Warning! !harsword !katatidakbaku !drama !brothership !fiksi

1 dari 10 manusia memilikinya, tapi kenapa aku tidak bahagia menjadi si nomor 1

July, 15th. 21

(23)

Kerjapan mata yang begitu pelan membuat keadaan Hansung terbilang runyam, sadar atau tidak sesuatu mengalir pada belakang kepalanya.

Hansung mengerang kecil, kelewat seperti gumam semata hingga netranya menangkap kedua sepupu Taehyung yang sedang berkelahi dengan brutal.

Namun seribu sayang, pengalaman bertahun-tahun sang preman tak sepadan dengan tubuh khas sekolah keduanya.

Sunyi lagi-lagi menyerang gendang telinga si Kim, tak patut mendengarkan segala macam umpatan dan reaksi yang Jungkook dan Jimin haturkan.

Efek sakit kepala yang ia dapatkan mengguncang tubuh, pening menerpa, rasa sakit menjalar tak memperkenankan dirinya untuk bertahan dalam kesadaran.

Di segi pandang Jimin yang mulai mencapai batasnya, pemuda itu termundur cepat. Keseimbangan mulai lenyap membawa tubuhnya jatuh terperosok paksa, nafasnya terengah, jelas beruntung tak ada luka serius selain rasa lelah dengan berbagai lecetan akibat balas-serang yang ia dapatkan.

Matanya yang buram menangkap intensitas Hansung yang terperangkap dalam ketidak sadaran, lantas pemuda Park itu menoleh pada Jungkook yang masih bertahan dalam serangan kuat yang dilayangkannya pada si preman.

Preman itu melirik kecil namun kembali beralih fokus pada Jungkook.

Tanpa babibu, Jimin beranjak mendekat gesit ke arah Hansung. Meraih tubuh ringkih yang semakin menampakkan nafas tercekat.

Jimin panik, mengangkat tubuh Hansung dengan tangan yang melingkar diarea lehernya.

"Tae ... Tae." lirihnya, tak sadar air mata menetes dari pelupuk indahnya, alis berkerut dengan bibir menciut, sungguh sebenci dan sebesar apapun ketidak sukaanya terhadap Taehyung telah sirna saat ini. Tak ada berunyak buruk yang bersender rapi pada hatinya ketika Taehyung (Hansung) telah mengubah persepsinya.

Ia takut, takut akan kematian yang akan menghampiri salah satu dari mereka. Dilihatnya kembali Jungkook yang telah termundur jatuh, darah segar keluar dari bibir batuk kesalnya.

Tak lantas untuk membantu, Jimin membawa tubuh Hansung menjauh ke sisi tergelap yang semakin membekap pada malam yang rindang. Namun, bunyi kajian selepas sholat magrib seakan menenangkan hati yang mulai risau, Jimin percaya bantuan apapun akan datang ketika kita percaya pada Yang Maha Kuasa.

"Buka mata lo, Tae buka mata!"

Hansung menangkap ucapan Jimin dari gendang rungunya, dengan susah payah pemuda itu membuka perlahan netranya menatap muka Jimin yang sudah menurunkan tubuh penatnya di sana. Tak lepas telapak yang yang lebih tua menahan aliran darah kecil yang mengucur pada bagian belakang kepalanya.

"Bang***! Bin***!" umpat Jungkook, pemuda itu melompat tanpa melepas netranya pada preman yang sudah mengambil satu balok kayu panjang yang tak mulus bentuknya.

Jungkook menerjang ulur hati si preman besar, namun tendangan itu hanyalah satu dorongan kecil yang ia rasakan.

Pengalaman dengan menyandang nama preman bukanlah suatu hal remeh, jelas pria besar itu memiliki lebih banyak hal pengetahuan mengenai pertarungan jalanan.

Bukan Keluarga?! | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang