12

138 23 0
                                    

Jakarta, 2 Maret 2020
GMM Grammy | 10:53 WIB

"Jadi, sekarang GMM Grammy itu punya lo?" tanya seorang pria yang kini duduk di hadapan Off dengan setelan jas abu-abu gelapnya.

"Yah, bisa dibilang gitu," jawab Off kikuk. Ia meneliti penampilan pria di hadapannya dengan seksama. "Lo sendiri, Vior Company punya lo?"

Pri itu menggeleng. "Masih punya bokap, cuma lagi gue urus bentar." Off mengangguk singkat tanda mengerti.

Ingat tentang perusahaan Off yang harus mencari relasi dari perusahaan busana? Ingat juga dengan saran Alice untuk mendaftarkan Vior Company pada lowongan GMM Grammy? Siapa sangka bahwa dua hal ini akan menjadi alasan pertemuan dua orang sahabat yang telah lama berpisah.

"Gimana kuliah di Amrik?" tanya Off basa-basi sekaligus penasaran akan kabar sahabatnya. Ya, kalian benar. Pria di hadapan Off saat ini adalah Singto, sahabatnya yang pergi menuntut ilmu di negeri tetangga.

"Seru kok, banyak hal baru yang gue temuin di sana," ucap Singto. "Lo sendiri apa kabar? Udah berhasil jadi penerusnya bokap ternyata."

Off terkekeh pelan, perkataan Singto barusan merupakan candaan mereka saat dulu masih di SMA. Mereka berdua bertaruh, siapa yang lebih dulu mewariskan perusahaan orang tuanya, dia lah yang menang. Dan kini, waktu membawa mereka pada kenyataan bahwa Off telah menjadi pemenangnya.

"Yah, kaya yang lo liat sekarang deh," canda Off diiringi kekehan tipis Singto. "Asal Lo tau aja nih, gue yang dulu otaknya cetek kaya kondangan aer ujan, mati-matian kuliah bisnis biar bisa menang taruhan dari lo."

Singto tertawa mendengar perkataan Off. Selera humor sahabatnya ini ternyata masih seperti dulu meski sudah menjadi pemimpin sebuah perusahaan besar.

"Gimana rasanya menang dari gue?" goda Singto yang dibalas senyum lebar dari Off.

"Rasanya tuh—" Off menepuk dadanya sendiri dengan bangga. "—mantap banget."

Mereka kembali tertawa bersama, hal yang sebenarnya tidak terlalu lucu menjadi terasa  amat menggelitik perut dan hati mereka.

"Anyway, gimana kabar yang lain?" tanya Singto saat tawa keduanya mulai mereda. Pertanyaan Singto membuat wajah Off kehilangan lekungan senyumnya. Off mendadak lesu dan menyandarkan tubuh pada sandaran kursinya.

"Gimana ya," ucap Off lalu memberikan jeda sesaat sembari mencari jawaban untuk pertanyaan Singto. "Panjang ceritanya. Intinya, gue juga gatau kabar mereka sekarang."

Singto menaikkan sebelah alisnya saat ia menangkap wajah Off yang mendadak tidak ceria seperti sebelumnya. Namun Singto hanya mengangguk singkat sebagai jawaban, mencoba menahan rasa ingin tahu yang memenuhi pikirannya.

"Mending sekarang kita bahas kerjaan aja, To. Nanti jam makan siang lo ada janji ga?"

Singto tampak berpikir sebentar lalu menggeleng.

"Bagus. Makan siang sama gue aja, nanti sekalian cerita-cerita," ucap Off yang dijawab anggukan oleh Singto. 

Seperti yang Off katakan, perbincangan mereka setelah itu hanya seputar pekerjaan, tentang kesepakatan diantara dua perusahaan mereka.

•••

Kokulo Caffe | 13:11 WIB

"Jadi gitu, To. Sorry gue block lo selama ini, biar lo ga kepikiran aja sama kita-kita," ucap Off mengakhiri seluruh ceritanya tentang keadaan persahabatan mereka selama Singto belajar di negara tetangga.

Mereka baru saja selesai menyantap hidangan masing-masing seraya bertukar cerita—ralat, Off yang bercerita, Singto hanya bagian mendengarkan saja. Off menatap gelisah pada reaksi Singto yang masih tampak tenang setelah mendengar masalah antara Tay dan New, serta tentu saja tak lupa ia juga menceritakan kebrengsekan dirinya terhadap Gun.

Tentang Kita [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang