13

280 32 10
                                    

Bandung, 3 Maret 2020
Kontrakan Tay | 21:15 WIB

Bandung selalu menjadi tempat yang memiliki daya tarik tersendiri sebagai tempat singgah atau menetap. Bandung dengan segala ceritanya telah menjadi latar tempat bagi banyak orang dalam melewati kisah hidupnya. Sama halnya dengan Tay, pemuda asal Jakarta yang memilih Bandung sebagai tempat pelariannya.

Hal ini bermula saat hubungan keluarga dan persahabatannya yang semakin renggang, rapuh dan hampir pecah. Tay yang saat itu hilang arah, ditawarkan sebuah hal menarik oleh Arm, salah satu teman kampusnya yang kini juga menjadi rekan kerjanya.

Arm adalah orang yang membawa Tay ke titik ini, orang yang selalu berada di samping Tay dan membantunya untuk berhenti memikirkan masa lalu. Bisa dibilang, Arm adalah sahabat terbaik yang ia punya saat ini.

Dan Bandung, ternyata bukan hanya sebagai tempat pelarian untuk Tay. Pada akhirnya Tay memilih Bandung untuk menjadi tempat singgah, entah untuk satu tahun, dua tahun, atau menetap di dalamnya.

Di Bandung, hidup Tay menyenangkan. Ia punya penghasilan yang cukup untuk biaya hidupnya yang dihasilkan dari pekerjaan yang memang ia sukai, bukan lagi atas dasar paksaan orang tuanya. Tay punya tempat tinggal yang layak meski harus berbagi kamar dengan Arm, satu-satunya sahabat yang Tay punya. Meski begitu, Tay merasa itu semua sudah cukup menyenangkan.

"Tay?" Seakan ditarik kembali dari pikirannya yang berangan jauh, Tay tersentak kaget atas sebuah tepukan ringan di atas bahunya. "Lo ngelamun ya? Daritadi di panggil ga nengok."

Tay memberikan cengiran khasnya lalu terkekeh pelan. "Sorry sorry, jadi gimana?"

"Hadeh, kebiasaan," delik Arm lalu kembali membuka kertas di hadapannya. "Dengerin anjir. Kita di Jakarta dua minggu, job pertama resmi, yang kedua non-resmi."

Tay menyimak perkataan Arm seraya menyantap nasi gorengnya yang baru saja Arm beli di depan gang kontrakan.

"Job pertama tanggal 12, nikahan orang kaya, gua foto pas opening sama closing, lo pas inti. Kalo yang kedua tanggal 21, lebih ke party bisnis gitu sih kalo yang ini, gimana? Jakarta loh ini," ucap Arm lalu kembali meletakkan kertas itu di atas meja kerjanya.

Tay dan Arm bekerja di salah satu Event Organizer yang ada di Bandung. EO ini sudah cukup terkenal, oleh karena itu sering mendapat job di luar Bandung. Tay dan Arm sendiri selalu mendapat job di bagian fotografi, karena memang keahlian mereka ada di sana. Tapi untuk Arm, dia juga ahli di bidang pengaturan busana. Yah, si Arm ini definisi serba bisa.

"Setuju aja sih, profesional gue mah," ucap Tay. Ia membuang bungkus nasi gorengnya yang sudah habis ke tempat sampah dan kembali duduk bersebelahan dengan Arm. "Berangkat kapan?"

"Lusa. Naik bis sama tim yang lain," sahut Arm yang dibalas anggukan oleh Tay.

"Di Jakarta nginep hotel apa gimana?"

"Kaga, tidur di kantor cabang yang ada di Jakarta lah. Ngarep amat lo di hotel, dikira liburan kali," ucap Arm sinis yang dibalas tawa ringan oleh Tay. "Ongkos, uang makan, dll kantor yang tanggung kok."

"Tay." Tay menoleh dan mengangkat satu alisnya. "Lo serius gapapa balik Jakarta?"

Tercipta hening sejenak diantara mereka hingga akhirnya Tay membuka suara. "Gue gabisa lari terus kan?" Tay tersenyum tipis lalu mengambil ponselnya dari atas meja. "Mungkin ini jalan dari Tuhan biar gue bisa pulang."

Arm menatap Tay yang sibuk dengan ponsel di tangannya. Arm menepuk pundak Tay sebagai tanda pemberi semangat. "Jangan lupa, lo masih punya gue."

Tay tersenyum hangat untuk beberapa detik lalu tertawa terpingkal-pingkal. "Jiji banget bangsat apaan dah? Gih sono mandi, bau banget lu anjir."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Kita [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang