Netra gadis itu masih terpejam. Belum ada keinginan bagi dirinya untuk membukanya. Sudah tepat dua belas jam berlalu setelah pertarungan kemarin malam. Namun, si pemilik surai (h/c) itu masih sibuk di alam bawah sadarnya. Seolah mencengkeramnya dan menahan dirinya di dalam sana.
Kerisauan masih menghantui Muichirou. Wajah lelaki itu memang selalu terlihat datar. Namun, di dalam benaknya ia merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Bahkan kemarin malam ia belum memberikan laporan kepada Kagaya berkaitan dengan misi yang ia lakukan bersama (Y/n). Tujuannya hari ini adalah melapor pada Kagaya. Setelahnya ia akan mengunjungi (Y/n) di Kediaman Kupu-kupu.
"Selamat siang, Oyakata-sama."
Sapaan yang Muichirou ucapkan membuat sebuah kurva melengkung terbuka ke atas terpatri pada wajah Kagaya. Lelaki itu menatap ke arah Muichirou yang duduk dengan tegap di hadapannya seusai membungkuk memberi salam.
Dengan nada yang terdengar lembut di telinga, Kagaya bertanya, "Selamat siang, Muichirou. Apakah ada hal yang ingin kau sampaikan?"
"Saya ingin melaporkan misi kemarin malam." Muichirou diam sejenak. Ia menyusun kata-kata di dalam benaknya. "Memang benar bahwa di desa itu terdapat seorang iblis. Kami telah berhasil membunuhnya. Namun, sayangnya (Y/n) terluka."
Tersirat keterkejutan pada air muka Kagaya. Namun, sesaat kemudian wajahnya kembali normal disertai sebuah senyuman. "Kerja bagus untuk kalian berdua. Aku hanya bisa mendoakan agar (Y/n) cepat pulih. Aku ucapkan terima kasih karena kalian sudah menyelesaikan misi itu, Muichirou."
Dianggukkan kepalanya. Pamit pun diucapkan oleh Muichirou. Tujuannya telah tercapai. Kini ia hanya perlu mendatangi Kediaman Kupu-kupu dan menemui (Y/n).
***
Selama di perjalanan, lelaki itu tampak merenung. Memikirkan apakah (Y/n) sudah siuman ataukah belum. Rasa bersalah itu kian berkembang di dalam relung hatinya. Ia merasa bersalah karena tak dapat melindungi gadis yang lebih tua empat tahun darinya itu.
Dalam benaknya, Muichirou bertanya-tanya bagaimana cara gadis itu tersenyum. Senyumannya yang dapat menenangkan siapapun itu. Juga manik (e/c)nya yang selalu berbinar dan memancarkan kehangatan di sana.
Lamunan Muichirou pun buyar kala ia tiba di Kediaman Kupu-kupu. Niatnya untuk membuka pintu setelah mengetuknya pun pudar ketika pintu tersebut terbuka dengan seorang diri.
"Apakah kau ingin menjenguk (Y/n)-chan, Tokito-san?" todong Shinobu. Kini sebuah senyum menyapa wajah datar Muichirou.
Kepalanya ia anggukkan. Sekaligus berperan sebagai jawaban atas pertanyaan Shinobu.
"Bagaimana keadaannya?" Muichirou bertanya di sela perjalanan mereka menuju tempat di mana (Y/n) berada. Rasa khawatir terselip di ucapannya. Bersamaan dengan kedua tungkai kakinya yang masih melangkah.
"Syukurlah karena (Y/n)-chan masih bisa diselamatkan tepat waktu. Ada sebuah racun yang menggerogoti tubuhnya. Sepertinya racun itu didapatkan dari serangan iblis yang kalian hadapi," jelas Shinobu.
Mendengar kata 'racun' membuat Muichirou tertegun. Lagi-lagi, perasaan bersalah itu menggelayut di hatinya. Apa yang akan dikatakan oleh (Y/n) padanya nanti? Apa gadis itu akan marah dan menjauhinya karena ia tidak bisa melindunginya? Atau justru menganggap dirinya tak ada?
"Itu bukanlah salahmu, Tokito-san."
Lamunan Muichirou buyar seketika. Ia sontak menoleh pada Shinobu yang rupanya sedang tersenyum menatapnya.
"Kau pasti berpikir seperti itu, 'kan? Rasa bersalah karena kau gagal melindunginya," tebak Shinobu yang dibenarkan oleh Muichirou dalam hati.
"Ah, sepertinya kau belum mengenal (Y/n)-chan dengan baik, ya." Shinobu menatap menerawang ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no Yaiba
FanfictionKala dingin menusuk epidermismu, kau pun terbangun. Dengan pemikiran mengapa kau bisa berada di sana. Tanpa alasan dan juga penyebab yang pasti. Namun, rasa tidak percaya atas apa yang kau lihat saat ini pun perlahan memudar. Bersamaan dengan muncul...