Ketika matahari telah kembali ke singgasananya, itu artinya tugasnya telah selesai dan akan digantikan oleh sang bulan yang memantulkan cahayanya. Suara jangkrik yang bersahutan-sahutan ikut mengisi keheningan di malam hari. Juga suara ranting yang bergesekkan dengan udara membuat suasana menjadi tidak begitu sepi.
(Y/n) berlari melewati pepohonan yang rimbun. Kakinya menginjak dedaunan yang berserakan di atas tanah. Saat ini ia sedang mengerjakan misi yang baru saja diberitahukan oleh Gin tadi siang. Kali ini, perjalanan yang harus ditempuh (Y/n) dari rumahnya ke desa tujuannya benar-benar memakan waktu yang lama. Tidak seperti hari itu, yang ternyata merupakan cara Kagaya untuk merukunkannya dengan Sanemi. Dan, yah, saat itu mereka menikmati waktu bersama mereka. Atau bisa dibilang hanya (Y/n) yang menikmatinya.
"Sudah berapa lama aku berlari?" gumam (Y/n) saat setetes peluh turun dari pelipisnya ke dagu.
Masih sambil berlari, (Y/n) mencium bau tak sedap yang berasal tak jauh dari dirinya. Ia merasa waspada karena bau itu sama persis dengan bau milik Iblis Bulan Atas. Sambil menambah kecepatan berlarinya, (Y/n) berusaha untuk memfokuskan penciumannya agar tidak kehilangan bau itu. Ia semakin yakin jika dirinya sudah hampir sampai di desa yang dimaksud oleh Gin.
Semakin waspada, (Y/n) mengurangi kecepatan berlarinya. Ia menatap ke sekitarnya. Ia tidak tahu Iblis Bulan Atas yang keberapa yang akan ditemukannya di depan sana.
Suara teriakan nyaring memecahkan kesunyian di malam hari. (Y/n) merasa kaget ketika mendengarnya. Namun, ia langsung berlari ke asal suara itu. Semakin dekat ke sumber suara teriakan tadi, bau tak sedap itu semakin pekat.
Darah berceceran di mana-mana. Sekitar lima orang pemburu iblis tergeletak di atas tanah. Darah berwarna merah pekat merembes keluar menodai seragam pemburu iblis mereka. (Y/n) tahu satu hal: mereka sudah meninggal.
Gadis itu berdiri di tengah hutan itu. Ia yakin dirinya masih belum sampai di desa tujuannya. Namun, dari sini aura milik Iblis Bulan Atas itu semakin terasa. Membuat rasa waspada (Y/n) tidak menghilang justru semakin bertambah.
Sampai seorang Iblis Bulan Atas muncul di hadapannya. Iblis Bulan Atas yang sudah membuat prinsip untuk tidak pernah memakan seorang wanita pun.
Akaza.
Ia sedang berdiri di atas sebuah pohon yang menjulang tinggi. Membuat (Y/n) harus mendongak untuk melihatnya dengan jelas. Tatapan gadis itu berubah waspada. Ia yakin para pemburu iblis yang telah menjadi mayat itu adalah akibat dari ulahnya.
"Kita bertemu lagi, (Y/n)."
Akaza melompat turun ke bawah. Berdiri dengan jarak sekitar lima meter dari depan (Y/n). Melihat Akaza yang berdiri di hadapannya, (Y/n) segera memasang kuda-kudanya.
"Apakah kita tidak bisa berbincang seperti saat itu lagi?" Ia bertanya pada (Y/n).
"Sepertinya tidak, Akaza. Pertemuan kita kali ini bukan untuk berbincang hangat, melainkan untuk menentukan waktu yang tepat untuk kematianmu," ucap (Y/n) sambil menggenggam nichirin-nya lebih erat.
"Ah, kau berubah menjadi orang lain, (Y/n). Baiklah, aku anggap saat itu adalah pertama dan terakhir kalinya kita berbincang. Sekarang, bersiaplah, (Y/n)."
Akaza meninju udara kosong. Pada detik selanjutnya, gelombang kejut yang besar menyerang ke arah (Y/n) dalam waktu yang sangat singkat. (Y/n) dengan tubuhnya yang lincah menghindari semua serangan itu.
"Hoshi no Kokyu: Hachi no Kata: Kako no Genjitsu!"
Dalam kecepatan sepersekian detik, (Y/n) sudah berpindah ke belakang Akaza. Ia langsung memasang kuda-kudanya lagi dan melancarkan serangan selanjutnya.
"Hoshi no Kokyu: Ni no Kata: Hoshi no Nai Yoru!"
(Y/n) mengayunkan nichirin-nya ke arah leher Akaza dalam waktu yang sangat singkat. Namun sayang, Akaza berhasil menghindarinya dengan mudah seperti saat (Y/n) menghindari gelombang dari tekanan tinju Akaza.
Kini Akaza berdiri jauh di hadapan (Y/n). (Y/n) sendiri masih dalam posisi waspadanya.
"Aku tidak menyangka kau bisa menghindari seranganku tadi," puji Akaza.
(Y/n) mengernyit heran ketika mendengar kalimat pujian itu terucap dari bibir Akaza. Itu... aneh, pikirnya.
"Aku yakin kau tidak bisa menghindari serangan ini, (Y/n)!"
Akaza bersiap di tempatnya. Demikian pula dengan (Y/n). Aura di sekeliling mereka mulai berubah. Menandakan sesuatu yang berbahaya akan muncul dalam waktu dekat. (Y/n) pun bersiap dengan kuda-kudanya yang ia buat sesempurna mungkin sampai tidak terlihat celah di manapun.
"Tenkai Kikku: Messhiki!"
Di saat yang bersamaan, (Y/n) pun melancarkan serangannya. Serangan terkuat miliknya.
"Hoshi no Kokyu: Ju no Kata: Seiza!" (Rasi Bintang)
Di saat itulah, tumbukan antara serangan Akaza dan (Y/n) pun terjadi. Mengakibatkan sebuab guncangan yang sangat besar. Juga asap yang mengepul dan menghalangi pandangan di sekitar membuat tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sedang terjadi. Di saat asap itu mulai menghilang, pemandangan yang sangat mengejutkan terlihat di baliknya.
Tinju milik Akaza menembus tubuh (Y/n). Tepat pada tulang rusuk palsu sebelah kiri milik gadis itu. Keadaan itu membuat (Y/n) terkejut seketika. Darah mulai mengalir dari tempat tinju Akaza bersarang di tubuh gadis itu.
(Y/n) pun terbatuk. Darah keluar dari mulutnya di saat ia batuk. Ah, ternyata seperti ini rasanya batuk berdarah, pikirnya.
"Perkataanku tadi benar, 'kan? Saat itu, aku juga ingin melakukan hal seperti ini pada Hashira Api itu, Rengoku Kyoujurou. Namun, kedatanganmu yang tak disangka itu telah menggagalkannya. Sepertinya sekarang kaulah yang akan merasakannya, (Y/n)."
Tidak mempedulikan ocehan Akaza, (Y/n) mengayunkan nichirin-nya ke leher Iblis Bulan Atas itu. Namun, karena kekuatannya yang sudah hampir habis dan tidak sanggup melakukan gerakan selanjutnya, Akaza menangkis nichirin (Y/n) dengan mudah. Yang mengakibatkan nichirin (Y/n) patah menjadi dua bagian.
Matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur. Melihat matahari yang sebentar lagi akan terbit, Akaza menarik tangannya dari tubuh (Y/n). Meninggalkan bekas lubang yang menganga di tubuh gadis itu. Darah pun mengalir dengan deras di saat Akaza menarik tangannya.
"Sampai jumpa, (Y/n). Kuharap kita bisa berjumpa lagi," ujarnya sebelum berlari menjauh dari pandangan (Y/n).
Dengan haori-nya yang sudah berdarah di mana-mana dan luka di tubuhnya yang menganga, (Y/n) pun terjatuh ke atas tanah. Ia menyeret tubuhnya dengan sangat pelan. Berusaha mendekati nichirin-nya yang telah patah. Ia berharap agar bisa mengambil nichirin itu dan melemparnya ke arah Akaza dengan sisa tenaganya. Tetapi sayang, harapan hanyalah harapan. Tidak terwujud sama sekali meskipun (Y/n) berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya.
Gadis itu pun terlentang tak berdaya. Tangan kirinya berusaha mencegah darah mengalir lebih banyak dari lukanya yang terbuka lebar itu. Pandangannya mulai kabur ketika ia menatap langit yang sebentar lagi berubah menjadi warna biru cerah. Suara burung yang berkicau memberikan rasa ketenangan pada dirinya.
"Apakah... aku akan mati sekarang?" gumamnya sangat pelan seperti berbisik pada angin.
Darah masih saja terus mengalir meskipun (Y/n) sudah menekan lukanya dengan tangannya. Cairan berwarna merah pekat itu menggenang di sekitar tubuh (Y/n). Memberikan rasa hangat seketika pada tubuhnya. (Y/n) tahu perbuatannya menahan lukanya itu sia-sia saja. Tetapi, meskipun demikian, ia tetap melakukannya.
"Tetapi, aku belum berhasil menyelamatkan mereka semua," lanjutnya.
Wajah seseorang yang sangat dirindukannya dahulu tiba-tiba muncul mengisi kekosongan di kepalanya. Namun kini, (Y/n) bertemu lagi dengannya. Di dimensi lain yang tak seorang pun akan menduganya.
"Ah, Kazuo ada di sini. Berarti... ia bisa menyelamatkan dunia ini menggantikan... diriku," ucapnya lagi.
Pikirannya mulai kacau. Manik (e/c)nya perlahan menutup. Suasana di sekelilingnya kini menjadi terasa lebih tenang.
Pada akhirnya, di pagi yang damai itu, sang Hashira Bintang menghembuskan napas terakhirnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Unexpected ✧ Kimetsu no Yaiba
FanficKala dingin menusuk epidermismu, kau pun terbangun. Dengan pemikiran mengapa kau bisa berada di sana. Tanpa alasan dan juga penyebab yang pasti. Namun, rasa tidak percaya atas apa yang kau lihat saat ini pun perlahan memudar. Bersamaan dengan muncul...