Chapter 3

519 95 30
                                    

Sifra Maree Victoria

Makan malam tiba.

Kami memang memiliki tradisi untuk makan malam bersama, meski sesibuk apa pun Ayah dan Ibu. Sayangnya tidak ada Brigitte di sini dan makan malam terasa kurang lengkap.

Aku tidak makan seharian sejak pagi tadi karena aku sibuk bermain paintball dengan anak-anak dari asisten rumah tangga yang usianya sama denganku. Kami bermain sejak pagi hingga sore sehingga aku tidak ada waktu untuk makan.

Ayah dan Ibu juga pergi ke istana karena mereka dipanggil oleh Her Royal Highness Queen Martha.

Ibu yang memperhatikan aku begitu terburu-buru saat makan, segera berkomentar, “slow down, young lady. No one is chasing you.”

Dengan mulut penuh, kukatakan padanya. “Maaf, Bu. Tapi aku lapar.”

“Oh, astaga, Sifra. Kau harus belajar banyak untuk memperbaiki etika makan dan bicaramu itu. Wanita harus terlihat anggun saat sedang melakukan apa pun. Apalagi dirimu.”

Aku memilih untuk tidak menggubris.

Aku bosan harus terus menerus diatur bagaimana cara aku menjalani hidup. Semua serba anggun dan sesuai etika. Tidak bisakah aku melakukan sesuatu sesuai keinginanku? This is my damn life!

“Biarkan saja dia seperti itu, Bu. Um, omong-omong, bagaimana dengan Pangeran Jungkook? Jadi, tanggal pernikahan kami sudah ditetapkan?” Zara mengalihkan pembicaraan.

Ayah dan Ibu bungkam secara tiba-tiba.

“Pangeran Jungkook . . .” Ibu terkesan agak ragu untuk menjawab, jadi dia hanya menggantungkan kalimatnya.

Ayah yang menimpali. “Maaf sekali karena sudah mematahkan harapanmu, Zara, tapi Pangeran Jungkook ingin menikahi Sifra.”

Aku beserta Zara terkejut dan kami berhenti dari kegiatan kami.

Aku menaikkan alisku, “wait, what? This must be some kind of sick joke!” ujarku dengan kesal.

Zara juga terdengar kesal saat dia mengatakan, “bagaimana ini bisa terjadi? Mengapa Pangeran Jungkook memutuskan hal demikian?”

Ibu menggelengkan kepalanya. “Ibu juga tidak tahu, Zara. Ibu sudah berusaha membujuk Pangeran Jungkook untuk menikahimu karena kau lebih cocok dan lebih beretika baik dibandingkan Sifra. Tapi sepertinya keputusan yang diambil Pangeran Jungkook sudah tetap.”

“Sifra juga bisa beretika dengan baik seperti Zara. Jika Pangeran Jungkook ingin menikahinya, maka itu keputusannya.”

“Tapi dia belum pernah melihatku, Ayah,” ujarku.

“Dia melihatmu, satu pekan yang lalu saat kau masuk dengan pakaianmu dipenuhi cat air. Kau tidak ingat memangnya?”

Zara menaikkan alisnya. “Jadi Pangeran Jungkook ingin menikahi Sifra? When she was that unkempt?”

“Well, katakan padanya bahwa aku tidak ingin menikah dengannya. Katakan bahwa aku menolak ini semua.”

Setelah itu, aku bangkit dan pergi meninggalkan ruang makan. Aku tidak peduli lagi apa yang akan Ibu atau Ayah katakan mengenai rencana pernikahannya.

Aku—sampai kapan pun—tidak akan mau menikah dengan si pangeran itu. Bahkan aku juga belum memiliki keinginan untuk menikah sama sekali.

Aku masih ingin menikmati waktuku dengan melukis, bermain paintball dan melakukan segala hal yang kusukai.

Di kamar, aku menghubungi Brigitte dan memberitahukan semuanya. Aku meminta solusi padanya untuk membatalkan rencana ini, namun yang kudapati adalah Brigitte tertawa bahagia.

HARD TO GET PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang