Sifra Maree Victoria
Satu pekan telah berlalu. Kini, aku kembali ke istana untuk memenuhi panggilan. Tanggal pernikahannya akan ditetapkan. Itu berarti, setelah tanggal pernikahannya ditetapkan, aku tidak akan bisa melarikan diri lagi. Dan juga, mulai hari ini, aku akan tinggal di istana.
Aku akan benar-benar menikahi Jungkook. Or should I say . . . Prince Jungkook.
Sesampainya di istana, aku disambut oleh Putri Katherine—adik dari Pangeran Jungkook.
Dia bertanya padaku setelah kami berbincang cukup panjang di Guest Room. “Bagaimana menurutmu? Kau sudah siap untuk menerima ini semua?”
“Mungkin,” jawabku.
Aku dan Putri Katherine memang cukup dekat karena dia sangat menyetujui pernikahanku dan kakaknya. Bahkan dia yang membantu untuk merancang tema pernikahannya nanti.
“Dan bagaimana perasaanmu karena harus menikah dengan kakakku?”
“Um . . . bingung, sebenarnya. Aku tidak mengenal Pangeran Jungkook begitu dekat. Semua orang terus memerintahkanku untuk bersedia menikah dengannya. Aku dipaksa melakukan ini dan itu, but no one seems to care what I think. Pangeran atau tidak, tapi untuk menikahi seorang pria yang sama sekali tidak kuketahui bagaimana dirinya dan sifatnya, hal itu menakutkan.”
“Aku mengerti. Tentu hal itu menakutkan. Jika aku jadi kau, aku akan merasakan hal yang sama. Tapi kau tidak bisa berbuat apa-apa. Dan alasan mengapa kau harus tinggal di istana mulai dari sekarang, itu karena memang agar kalian berdua bisa menjadi dekat dengan satu sama lain.”
“Tapi Pangeran Jungkook itu orang yang sibuk. Aku juga tentunya akan jarang bertemu dengannya, meski sudah menikah nanti.”
“Well, I can vouch for him. He can be pretentious and conceited at times, but he has a good heart.”
Aku mengangguk. “Ya, semoga.”
-
Di sore hari, aku sedang duduk di balkon kamarku. Ya. Aku sudah resmi tinggal di istana sekarang dan aku memiliki kamarku sendiri.
Beberapa asisten kerajaan telah mempersiapkannya untukku.
Yang sekarang kulakukan adalah duduk dan menatap pemandangan lautan rumput yang begitu hijau dan pepohonan yang menyegarkan.
Jika dipikir-pikir, seharusnya Zara yang berada di sini. Bukan aku.
Seharusnya dia yang menikmati semua ini.
Ketika aku menoleh, aku mendapati Pangeran Jungkook berada di sebelahku dengan kedua tangannya berada di belakang tubuhnya.
Aku terkejut. “Oh, Pangeran Jungkook. Apa yang kau lakukan di sini?”
“Memeriksa keadaanmu dan menemui calon istriku. How have you been?”
“I have been well, considering the fact that I was dragged here without my consent.” Jawabku dengan sarkas.
Kupikir Pangeran Jungkook akan pergi setelah kukatakan itu. Namun, dia semakin mendekat dan bahkan berdiri tepat di sebelahku.
Lalu, Pangeran Jungkook bertanya, “kau sedang apa?”
“Kau tidak bisa lihat memangnya? Kau punya dua mata, tentu kau bisa tahu aku sedang melakukan apa.”
Pangeran Jungkook terkekeh pelan. “Kau masih kesal karena pernikahannya, ya? Sebegitu tidak inginnya dirimu menikah denganku. Kenapa, Sifra?”
“Aku tidak mengenal dirimu.”
“Apa itu penting?”
“Ya. Sangat penting. Aku seharusnya menikah dengan seorang pria yang kukenal, bahkan yang kucintai.”
Pangeran Jungkook mengangguk. “Sure. Tapi hal itu tidak akan terjadi karena kau akan menikah denganku dan menjadi istriku.”
“Dan itu alasan kenapa aku menolak pernikahan ini. Aku tidak ingin menikah denganmu.”
“Kenapa?”
“Tidakkah kau berpikir bahwa aku tidak layak menjadi istrimu? Aku tidak anggun, manners-ku buruk.”
“You can always be taught how to look and act your best,” jawabnya dengan senyum tipis di wajahnya itu.
Oh, astaga. Dia selalu bisa membuatku kehilangan kata-kata. Sulit beradu argumen dengannya!
Tapi aku tidak akan kalah. Jadi, kukatakan lagi padanya, “tidakkah kau menginginkan untuk menikahi seorang wanita yang kau cintai, Pangeran Jungkook?”
“Sebagai penerus kerajaan, aku tidak punya waktu untuk jatuh cinta. I have to marry for the benefit of my country, not for the sake of mine.”
“Marrying me would definitely not benefit you or the country.”
“Kenapa demikian?”
“Ya . . . kau perhatikan saja. Aku tidak pantas. Aku sudah mengatakan padamu tadi bahwa aku memiliki manners yang buruk. Ada baiknya jika kau menikahi kakakku, Zara.”
Tapi Pangeran Jungkook menggelengkan kepalanya. “Aku sudah membuat keputusan dan aku tidak akan menikah dengannya, Sifra.”
“Kenapa?”
“Dia tidak cocok.”
“Well, tapi dia memiliki etika yang bagus. Dia sudah dilatih menjadi seorang putri sejak usia sepuluh tahun. Dia lebih cocok dibandingkan aku.”
“Why haven’t you?”
Aku menaikkan alisku, “why haven’t I what?”
“Trained like your sisters.”
“Tidak. Ini mimpi mereka. Terlebih lagi ini mimpi Zara untuk bisa menikahi seorang pangeran. Sebaiknya kau ubah saja rencana ini dan menikah dengan kakakku. Ini belum terlambat.”
Lagi, Pangeran Jungkook menggelengkan kepalanya. “Sifra, kita akan tetap menikah meski kau suka atau tidak. Orang tuamu juga menginginkan pernikahan ini, jadi sebaiknya kau terima saja.”
“Well, aku tidak mau!”
“You are mine.”
“I’m not.”
“Tough luck, ma chérie.”
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD TO GET PRINCESS
FanficBelum pernah kutemui seumur hidupku ada seorang wanita yang menolak untuk kunikahi. Well, itu merupakan kali pertama. Entah dia bodoh atau dia memang benar-benar tidak menyukaiku sehingga dia menolak untuk kunikahi. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku...