Sifra Maree Victoria
Dua hari kemudian, masalahnya belum juga selesai.
Putri Katherine memanggilku ke Guest Room. Aku menemuinya di sana karena dia mengatakan ada hal penting yang ingin dikatakannya padaku.
“Sebenarnya apa yang terjadi, Sifra? Mengapa masalah ini menjadi begitu besar?”
“Entah. Aku tidak melakukan apa pun. Maksudku, ya, memang, aku pergi ke sebuah pesta di country club. Tapi itu dulu, saat aku masih berkuliah. Dan aku hanya datang dan duduk saja. Aku tidak menyentuh alkohol atau yang lainnya. I never smoked, drank or took drugs. And I was certainly NOT promiscuous.”
“Tapi Sifra, tidak akan ada asap jika tidak ada api.”
“In this case, there is no fire. Someone is deliberately trying to tar my image for some sick reason.”
“Mungkin. Tapi Ibuku benar-benar kesal akan permasalahan ini. Ibu sudah menyiapkan surat perceraianmu dengan kakakku.”
Aku menaikkan alisku. “Apa? Surat cerai?”
“Ya. Orang tuamu sudah dipanggil ke istana. Perceraiannya akan diselesaikan pekan ini.” Lalu, Putri Katherine menyapa seseorang yang baru saja memasuki Guest Room. “Oh, Kakak.”
Jungkook masuk ke dalam. Dia mengatakan pada adiknya, “aku ingin bicara dengan Sifra.”
“Baiklah.” Putri Katherine pun keluar.
Aku menyapanya. “Hai.”
Jungkook bertanya. “Bagaimana keadaanmu?”
“Oh, you know, like I’ve been raked over the coals.”
“I understand.” Lalu, Jungkook memberikan sebuah dokumen padaku. “Ini surat cerainya.”
Aku menatap dokumen itu. “Oh,”
“Kupikir kau akan senang.”
“Kenapa?”
“Karena kau yang ingin bercerai.”
“Then why are you snapping at me?”
Jungkook tidak mengatakan apa pun, tapi dia mengeluarkan pena dari dalam jas nya, kemudian dia menandatangani surat cerainya.
Setelah itu, dia berjalan keluar dari Guest Room, tapi aku mengikutinya.
“Jungkook!”
“It is, your highness, to you,”
Para asisten yang berkumpul pun melihat kami. Aku segera memerintahkan mereka untuk pergi. “Tinggalkan kami.” Setelah mereka pergi, aku bertanya pada Jungkook. “Sebenarnya apa yang terjadi padamu?”
“Tanda tangani saja suratnya agar percerainnya cepat selesai.”
“Aku tahu bahwa aku yang meminta bercerai. Tapi bukan seperti ini.”
“Lalu seperti apa?”
“Kenapa kau begitu marah padaku? Bukankah ini semua keinginanmu sejak di awal? Kau yang memintaku untuk menikah denganmu!”
Tiba-tiba, dia menyudutkanku pada dinding dan dia menciumku. Dia mengunci tubuhku dengan kakinya sementara kedua tangannya menangkup wajahku dan memperdalam ciumannya.
Di sela-sela ciuman kami, Jungkook berbisik, “why don’t you want me, ma chérie?”
“I do.” Ujarku, pada akhirnya.
Mendengar itu, Jungkook membawaku pergi dari Guest Room menuju ke kamar kami.
Di sana, dia membaringkanku di ranjang dan melepaskan pakaianku, lalu bibirnya mencium dadaku. Tangannya menyusuri perutku dan pinggangku.
Dia bertanya. “Kau yakin?” aku mengangguk. “Say it.”
“Do it.”
“Do what?”
Aku melepaskan jas dan kemejanya, lalu aku mengecup bahunya dan mengatakan, “bercinta denganku, Jungkook,”
Kami sama-sama terbawa suasana yang begitu panas sehingga tidak memerlukan waktu lama bagi kami tidak mengenakan pakaian apa pun.
Jungkook berada di atas tubuhku. Bibirnya mencium bibirku, lalu dia menggigit leherku.
Ketika bibirnya sampai di dadaku, dia mengecupnya terlebih dahulu. “I’ve dreamt of these,” dan dia pun menghisap payudaraku. Aku meremas rambutnya dan mendesah.
Ciuman Jungkook pun beralih pada kakiku. Dia menciumi seluruh bagian kakiku, kemudian sampai pada pahaku.
Mulut Jungkook pun tiba pada vaginaku. Dia mengecupinya sekali sebelum akhirnya menjilati klitorisku. Oh, astaga. Rasanya luar biasa menakjubkan. Ini sangat nikmat.
Is this what I have been missing?
Satu jarinya masuk ke dalam vaginaku agar lebih mudah untuk dimasuki oleh penisnya nanti.
Setelah dirasa aku hampir orgasme, dia menarik jarinya dan mulai memposisikan penisnya di hadapan vaginaku.
Jungkook mengatakan. “Look at me, wife.”
Aku melakukannya. Kutatap matanya.
Jungkook menaruh kakiku pada pinggangnya, lalu dia mulai memasukkan penisnya perlahan-lahan.
Mulutnya mencium bibirku ketika pada akhirnya dia mendorong lebih dalam dan melewati bagian tersulit, yaitu selaput daraku.
Dia bertanya. “Kau baik-baik saja? Sakit, ya?”
“Tidak.”
“Serius?”
“Move, Jungkook.”
Dia mengangguk. “Baiklah.”
Penisnya bergerak dengan begitu cepat dan membuatku meremas bisepnya. Aku tidak bisa berhenti mendesah karena ini terlalu nikmat.
Mengapa tidak ada yang memberitahuku bahwa seks begitu nikmat?
Jika aku tahu, mungkin sejak awal aku tidak akan menolak Jungkook.
“Jungkook!”
“Yes, ma chérie?”
“Ini . . . begitu nikmat.”
Jungkook tersenyum.
Dia semakin mempercepat pergerakannya itu, sehingga beberapa menit kemudian, aku orgasme dan Jungkook menyusulku.
Spermanya memasuki vaginaku hingga tak tersisa. Setelah itu, dia mencabut penisnya dan dia berbaring di sebelahku.
Kami berhadap-hadapan dengan satu sama lain. Jungkook membelai rambutku. “Aku sangat mencintaimu, Sifra.”
“Hmmm.” Jungkook pun memelukku erat. “Jadi ternyata itu rasanya bercinta.”
“Yes, ma cherie and it will be better,” bibirnya mengecup keningku.
Kami saling memeluk satu sama lain tanpa mengatakan apa pun. Hanya menikmati apa yang sudah terjadi di antara kami.
Percayakah kalian bahwa pada akhirnya aku dan Jungkook bercinta juga. Padahal sejak awal aku yang selalu menolak.
Sekiranya beberapa menit kemudian, pintu kamar diketuk. Jungkook memakai boxer nya, sementara aku membalut tubuhku dengan selimut.
Kami berdua berjalan ke arah pintu.
Jungkook membukanya dan mendapati salah satu penjaga istana yang datang. “Saya meminta maaf apabila saya mengganggu waktu Anda, Yang Mulia Pangeran Jungkook. Please turn on the news.” Lalu, penjaga itu pun pergi setelah memberitahu Jungkook.
Kami kembali ke dalam dan menyalakan televisi.
Ada berita baru lagi, tapi dengan topik yang berbeda.
Dan yang mereka bicarakan adalah . . . Brigitte!
Tertera di sana; ANOTHER WINDSOR SCANDAL. The former intended crown princess is pregnant with another man’s child. That must be the reason why she did not marry Prince Jungkook.
—
a/n: what’s gonna happen next?
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD TO GET PRINCESS
FanficBelum pernah kutemui seumur hidupku ada seorang wanita yang menolak untuk kunikahi. Well, itu merupakan kali pertama. Entah dia bodoh atau dia memang benar-benar tidak menyukaiku sehingga dia menolak untuk kunikahi. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku...