SISTER 5

715 67 0
                                    


Karna khawatir bakal ngompol, rose milih kamar mandi yang ada di kamarnya. Alasannya.....karna kamar mandi di kamarnya labih dekat, jadi kalau ada apa-apa bisa langsung lari ke kasur nutupin muka pake selimut.

BRUUKK

AAKHH

---------------------------------------

07.30 pagi

Saat ini jennie lagi masak di dapur, udah dari jam 7 jennie di dapur tapi rose belum keliatan juga. Biasanya setengah tujuh rose udah ribut karna lapar, tapi sekarang udah mau jam delapan rose belum keliatan.

Jennie khawatir terjadi hal buruk pada adiknya, tapi ia juga nggak mau ngajak ngomong duluan. Sekarang udah jam 8 dan rose belum juga keliatan.

Akhirnya setelah berperang dengan batinnya selama setengah jam jennie menyerah juga. Jennie memilih naik lantai dua buat liat kondisi adiknya, ntah karna apa jennie merasa khawatir sejak tadi membuka mata pagi tadi.

Kreekk

"Rosie"
Jennie menyusuri kamar rose saat nggak ada suara yang nyahutin panggilannya.

"ROSIE......"
Jennie teriak dengan khawatir saat nggak menemukan rose di dalam kamar. Padahal ia sudah memeriksa semua bagian di kamar rose tapi nggak ketemu juga.

Ada satu tempat yang jennie lupa.....kamar mandi.

Tok tok

Jennie ngetuk kamar mandi tapi nggak ada suara. Karna khawatir, jennie nerobos masuk yang ternyata pintunya nggak di kunci.

"ROSIE....."
Jennie teriak histeris ngeliat tubuh rose yang pucat dengan darah yang sudah mengering di lantai bagian kepala rose.

"Rosieeee........hikss...bangun hikss...hikss. rosieeee....."
Jennie mendekati rose yang tergeletak di tengah kamar mandi. Ia mengelus pipi rose menyuruhnya bangun dengan air mata yang nggak berhenti mengalir di pipinya.

RUMAH SAKIT

Jennie menangis sendirian di depan ruang ICU, ia terus menggumamkan nama rose juga penyesalannya yang mengabaikan adiknya. Ia nggak tau berapa lama rose berada di kamar mandi dengan keadaan pingsan juga kepala yang berdarah. Yang pasti rose udah lama di kamar mandi dengan keadaan pingsan ngeliat kondisinya yang pucat pasi saat jennie menemukannya tadi.

Jennie benar-benar akan khawatir terjadi hal buruk pada adiknya. Ia nggak mau ditinggal sendiri di dunia ini. Ia nggak mau rosienya pergi ninggalin dirinya sendirian. Ia sayang baget sama rosienya, ia cuma punya rose yang bisa ngertiin dirinya.

"Rosieee....maafin kak jenn hikss...jangan tinggalin kakak hiksa....hiksss...kakak cuma punya rosie hikss..." jennie terus mengulang kata itu sampai dokter keluar dari ruangan.

"Dok, gimana keadaan adik saya ?" tanya jennie nggak sabaran.

"Pasien dalam keadaan kritis, luka yang ada di kepalanya cukup parah. Pasien cukup beruntung karna tidak mengalami mati otak. Tapi meski nggak membuatnya mati otak, luka itu membuatnya mengalami geger otak yang bisa saja membuatnya lupa ingatan."

"Tapi adik saya bakal sembuhkan dok ?" jennie bertanya khawatir.

"Berdoa saja semoga pasien segera melewati masa kritisnya, kami akan berusaha sebaik mungkin"

Jennie berusaha tenang, ia bersyukur meskipun kritis yang penting adiknya masih selamat.

"Boleh saya melihatnya ?"

"Silahkan, tapi jangan terlalu berisik karna pasien bituh ketenangan"
Setelah kepergian dokter, jennie masuk ke ruanga rose.

Air matanya kembali mengalir ngeliat kondisi adiknya yang dipenuhi alat medis di seluruh tubuhnya.

"Rosieee..." jennie jalan mendekati rose dengan perasaan bahagia saat melihat jarinya bergerak, serta matanya yang perlahn terbuka.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang