Prolog

912 19 0
                                    

     Seorang guru pernah berkata: "Kita tidak pernah memiliki apapun, lalu mengapa kita takut akan kehilangan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Seorang guru pernah berkata: "Kita tidak pernah memiliki apapun, lalu mengapa kita takut akan kehilangan?"

     Semestinya kita paham bahwa setelah mendengar retorika tersebut—semua yang telah kita miliki hanyalah titipan. Maka, mestinya juga kita perlu berlaku sebagai 'peminjam'.

     Akan tetapi, bagaimana jika kita benar-benar berada pada situasi kehampaan, lalu mendapatkan apa yang selama ini kita butuhkan?

     Terkadang apa yang kita butuhkan tidak selalu hal-hal yang baik, itulah kenapa manusia kerap kali berbuat jahat.

Karena mereka mengejar apa yang mereka butuhkan!

Lalu, saat kita tahu semua akan berakhir buruk, apakah kita sanggup melepaskan semuanya saat terasa indah?

     Bukankah kita tidak ingin melepaskannya, meskipun harus?

Seperti yang kualami saat ini...

Jatuh cinta padanya bukanlah bagian dari rencanaku. Karena aku tahu bahwa melangkah lugu dalam kehidupan romansa sepasang suami istri merupakan suatu kejahatan.

Aku tidak pernah bermaksud, dan tak mau menyakiti siapapun.

Namun menjadi orang ketiga tidak sesederhana itu. Meskipun aku menyadari hal yang pasti bahwa—bukanlah seorang narapidana atau seorang penjahat hanya karena jatuh cinta. Mungkin aku telah mencuri, tapi yang kucuri adalah perasaan hati, bukan benda mati. Sejatinya perasaan tidak dimiliki siapapun bahkan oleh pemilik raganya sendiri bukan?—sampai 'ia' memilih kepada siapa 'ia' dimiliki. Andai perasaan cinta bisa memilih, kepada siapa ia akan terjatuh.

Apa mulanya semua ini bisa terjadi?

Ini bukan perkara jatuh cinta biasa, ini semua berawal saat jiwa yang merasa tersesat, dan akhirnya terbiasa dengan kesendirian. Aku telah meregang kekosongan hidup melalui kesepian.

Kemudian datang sesosok anak manusia yang berlaku senyaman rumah. Aku merasa ia adalah rumah; tempat aku pulang dalam menjalani hidup di dunia yang sunyi ini. Sehingga untuk mebayangkan aku kehilangannya saja, aku tidak akan bisa. Pastinya hidupku akan kehilangan arah.

Aku tak tahu apa yang benar dan salah, yang aku tahu aku mencintainya. Seketika aku buta. Karena aku adalah seorang laki-laki yang mencintai suami oranglain. Seorang polisi sekaligus seorang kepala dalam keluarga kecilnya. Ketika egoku kian membara, aku ingin memilikinya utuh dan menghancurkan segalanya.

Akankah Arga menjadi sosok 'rumah' selamanya untukku?

🌈🌈🌈

[BL] Red VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang