***
Si gadis berkepang satu mendengus kasar, lirikan tajam tanda tak terima masih dia layangkan untuk seseorang yang berkehendak sesukanya. Kedua lengan dia sedekap, memperlihatkan jika dia sama sekali tidak akan memenuhi permintaan aneh kedua orang tuanya.
"Norak banget, sih. Sampe kapan pun, Rila tetep gak mau," tegasnya.
"Norak dari mananya? Sejak kapan pernikahan itu norak, Farila?" Papa kembali membuka suara, membujuk Rila yang kadang kala keras kepala.
Cemberut, Rila menjatuhkan punggungnya ke sandaran sofa seraya mendesah halus. Wajahnya tidak sekeras tadi.
"Papa, orang tua macam apa yang nyuruh anaknya buat cepet nikah pas masih berstatus sebagai siswa? Kecuali kalo aku udah nginjak usia tiga puluh baru tuh Papa sama Mama bebas jodohin aku. Lah ini? Gak ada masalah apa-apa nyuruh nikah." Rila kembali duduk tegak. "Lagian perusahaan Papa kan lagi maju, maju banget malah, alesan apa yang bikin kalian berani nikahin aku?"
"Kamu tuh ya juaranya bales omongan orang tua, nurut aja sih jangan ngebantah. Toh enak di kamu juga," desis Mama.
"Enak apanya Mamakuuuuu?"
"Gak dosa kalo kamu tiba-tiba kebakar nafsu."
"Astaga, Mama ngomongnya."
"Lagi pula kamu mau nolak pun gak ada gunanya, pernikahan tetep dilanjutin."
"Tinggal kabur, gampang."
"Yaudah kabur aja sana, jadi anak jalanan tidur di kolong jembatan. Mama bakal blokir semua kartu kamu," ancam Mama buat Rila kian mendelik.
"Mama, tapi aku kan punya hak buat nolak!" Rila memekik, ia sangat tidak mau menikah di usianya sekarang. Sekali pun orang yang akan dijodohkannya tampan, Rila amat tidak peduli.
"Emang, tapi kita juga punya hak buat maksa," saur Papa, suara beratnya sukses membuat Rila nyaris jantungan.
"Ih kejam banget, sih. Kalo kalian lupa, kakek aja bahkan belum empat puluh hari, masa kita udah seneng-seneng." Mungkin alasan ini akan menggagalkan usaha mereka dalam menyuruh Rila untuk menikah.
"Kamu tau gak kenapa kita harus nikahin kamu?" tanya Mama, mimiknya berubah serius.
Rila menggeleng spontan.
"Kalo kamu udah nikah, nanti kita kasih tau."
Rila yang tadinya menahan napas sebab menunggu jawaban dari Mama seketika merenggut sebal ketika apa yang ia nantikan tidak terucap.
"Tau ah, pokoknya Farila Ceceliya ini gak akan pernah terima perjodohan ini. Titik!" tekan Rila. Kakinya diluruskan, berdiri lalu pergi.
Amarahnya bergejolak, hanya saja ia tahan. Apa yang ada di kepala Mama Papanya itu? Anak bukannya disuruh giat belajar, sekolah tinggi-tinggi dan bisa menggapai yang anaknya inginkan, ini justru sebaliknya. Diminta cepat nikah tanpa tahu apa motif di belakang ini semua.
Alas kaki yang Rila pakai berhenti saat suara Papa menguar, sontak Rila berbalik dengan alis tertaut.
"Kalo kamu gak mau, Papa kirim kamu ke Kanada dan sekolah di sana. Urus diri kamu sendiri," final Papa mampu bikin Rila menganga lebar.
What the... hell?! Ini bencana!! Rila tidak bisa bahasa Inggris, mau ngomong apa dia di sana?! Ha he hu he ho macam orang idiot dan kehilangan otak? Yang ada Rila bisa dicap sebagai orang gila!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity [New Version]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Judul lama: ABQARILA Al itu dingin. Al itu cuek. Al itu pintar. Sangat jauh berbeda dengan Rila yang memiliki sifat ceria dan hiperaktif. Keduanya tidak dekat, sampai sesuatu yang tak mereka ketahui, suatu insiden yang me...