0.6 Home

630 81 11
                                    

Vote komennya!^^

Vote komennya!^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Maaf Mama sama Bundanya Al gak bisa anter kamu, setengah baju kamu sama Al udah dipindahin kok, dirapihin juga udah."

"Iya, Ma."

"Baik-baik sama Al, jangan berantem, belajar masak kamu. Jangan kasih Al makan yang asin-asin! Jangan racunin Al juga!"

"Iya, Mama."

"Yaudah Mama tutup."

Seusai sambungan terputus, Rila mendesah kecil. Di depan rumah yang cukup besar, matanya menatap ke depan dengan pandangan gamang.

"Gede banget gusti, gue takut kalo ada setannya." Rambutnya ia acak, tak peduli penampilannya akan mirip dengan makhluk yang ia katakan tadi.

"Mana gue lupa nanyain ada ART-nya atau nggak, Mama bisa-bisanya deh. Kalo gue encok gegara nyapu di rumah segede itu gimana?!" Kepalanya berputar, menoleh ke kanan dan ke kiri dengan helaan napas lega.

"Untung gak ngasingin diri dari rumah-rumah tetangga," ucapnya seraya mengelus dada.

Kakinya melangkah sempoyongan, tingkahnya pasti akan memalukan diri sendiri jika dilihat orang. Rila yang kalut karena pindah rumah, beserta harus mengurus dirinya juga Al.

Oh god, Rila mengurus diri sendiri saja masih belum becus. Istri macam apa yang kubluk dan seperti gembel kalau jauh dari sang Mama? Rila malu pada Al, nanti jika ia dimaki bagaimana?

Pintu utama Rila buka lebar, kepalanya mendongak melihat isi rumah yang syukurnya terkesan biasa saja. Tidak mewah dan tidak memberatkan Rila untuk bersih-bersih nantinya.

"Huh, Mama masih ada sisi baiknya juga. Alhamdulillah."

Gadis dengan rambut panjang lurus itu berjalan manaiki tangga, sesekali bersiul sambil melihat suasana rumah barunya yang begitu nyaman. Jika diteliti, hanya ada dua AC di dalam rumah yang agak besar seperti ini. Tak tahu kalau di ruangan lain. Beruntung, Rila jadi tidak mudah masuk angin.

Mengitari pintu-pintu yang tanpa perlu menghitung satu-satu—karena ada tiga pintu—Rila membuka benda berbahan kayu jati tersebut sesuai perkataan Mama tadi ditelpon.

"Ada tiga pintu di lantai atas, dua warna coklat satu warna putih. Nah yang warna putih itu kamar kamu. Inget yah nenek, kamu kan pelupa, masih muda udah pikun!"

Rila jadi berdecak ketika mengingat ucapan Mama, memang salah kalau sering lupa? Dirinya juga, kan, manusia, tempatnya salah dan berbuat dosa.

Bokongnya mendarat di sisi ranjang yang empuknya melebihi empuk kasur Rila di rumah dulu, sampai tubuh Rila mengampul. Cewek itu jadi kegirangan sendiri dibuatnya, hingga melakukan berulang kali seraya tertawa.

Felicity [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang