Vote komennya!^^
***
Pagi-pagi di rumah pengantin baru itu nampak sibuk dalam aktivitas wajibnya. Suara teriakan, decakan, gerutuan serta kekesalan menjadi awal menyambut hari indah ini. Sebenarnya hanya Rila saja yang repot, sementara Al sama sekali santai menjalankan kegiatan biasanya.
Di dapur, Rila pusing harus melakukan apa. Dengan rambut yang masih disanggul acak-acakan, kemeja yang belum terkancing—Rila mengenakan kaos putih sebelum memakai seragam, tak lupa kondisi ruangan khusus memasak itu bisa dikatakan seperti kapal pecah.
"Gue harus gimana ini? Al kalo pagi sarapan apa, sih? Mana gak ada roti lagi, bahkan goreng telor aja gue masih amatir!" Rila berkacak pinggang, memikirkan apa yang harus ia masak. Simple dan cepat.
Ingin membuat nasi goreng, tapi Rila belum mahir. Beli sarapan di luar keburu telat, ditambah Al malah diam saja seakan tidak ada niatan untuk membantu Rila yang kerepotan.
"Apa gue coba ceplok telor aja kali yah? Biar gak lama, mana gue belum siap-siap lagi," monolog Rila.
Sesuai rencana, alhasil Rila mengambil dua butir telur dari dalam kulkas. Setelah itu, wajah kecil ia letakkan di atas kompor, beruntung kompor yang ia gunakan kompor listrik jadi tidak susah untuk menyalakan api.
Sedikit minyak Rila masukkan, sayangnya karena pengetahuan yang minim Rila terlalu banyak menuangkan minyak, seperti hendak menggoreng tempe.
Kata Mama, kalau ingin memastikan bahwa minyak itu sudah panas atau belum, telapak tangan kita harus dilayangkan di atas wajan. Rila pun melakukan hal tersebut, namun karena api yang agak besar dan minyak cukup banyak, telapaknya terkena perentelan minyak panas.
Bibirnya mendesis perih, dalam hati ia merutuk sesusah apa menjadi seorang istri.
"Sabar Rila sabar, lo pasti bisa. Lo gak boleh nyerah, ini perjuangan lo. Iya, semangat!" ucapnya menyemangati diri sendiri dengan tekad besar, menyedihkan.
Perlahan Rila membenturkan telur itu ke sisi meja dapur. Kesialan pun berlanjut, telur itu meleber ke mana-mana dan terkena punggung kaki saat Rila ingin membuka cangkang dan tidak tepat objek ketika akan ia tumpahkan ke dalam minyak.
"Ya Allah susah banget, nyesel deh suka nolak suruhan Mama buat bantuin masak." Rila berjongkok hendak mengambil cangkang tersebut untuk ia buang ke tempat sampah.
"Ai kamu teh kenapa Rila ih, geblek amat jadi cewek!" kesalnya dengan logat sunda.
Bersamaan itu, terdengar suara bel menggema. Rila mendengkus, lalu berdiri bersiap-siap untuk berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity [New Version]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Judul lama: ABQARILA Al itu dingin. Al itu cuek. Al itu pintar. Sangat jauh berbeda dengan Rila yang memiliki sifat ceria dan hiperaktif. Keduanya tidak dekat, sampai sesuatu yang tak mereka ketahui, suatu insiden yang me...