Happy Reading
***
Kala jarum jam menunjukkan pukul enam pagi lewat empat puluh, kelas yang biasanya masih nampak sepi kini berbeda dari minggu-minggu kemarin, sebagian besar para siswa-siswi telah datang untuk memulai hari yang menyeramkan.
Hari ini adalah hari pertama UAS di kelas akhir, banyak dari mereka yang belajar dengan keras supaya dapat menjawab soal tanpa meminta contekan kepada teman, tidak banyak pula yang tengah menyiapkan hal-hal penting dari materi yang telah dipelajari. Dan mereka yang curang merupakan anak-anak malas belajar dan selalu tidur ketika kelas sedang berlangsung.
Berbeda dengan Farila Ceceliya yang terlihat segar serta ceria, dia duduk tenang di kursinya sambil memakan sandwitch yang tiba-tiba sudah ada di mejanya ditemani sepucuk surat jamet sebagai tanda siapa yang memberikan Rila sarapan.
Kakinya bergerak menuju pojok kelas, lalu meremas surat tersebut dan membuangnya seraya menyuap gigitan terakhir makanan gratisnya dari seseorang yang katanya sangat menyukainya.
Rila kejam. Dasar tidak tahu terima kasih.
"RILAAAA AJARIN GUE STATISTIKAAAA!!! GUE GAK NGERTI GIMANA GITUNG TABEL INI!!!" teriak Jannah terdengar frustasi dan sudah pasrah dengan kehidupan.
Rila menghampiri sambil berdecih, dasar Jannah si otak udang.
"Lo Phytagoras aja gue tebak gak tau," ucapnya ketika sudah di depan Jannah, duduk di samping kursi perempuan itu yang masih kosong sebab pemiliknya masih belum datang.
Jannah menyengir tanpa dosa sembari mengangguk malu-malu, lantas Rila menjitak kepala Jannah berharap jika dipukul sedikit dapat membuat gadis itu menjadi pintar.
Jannah ini wajahnya cantik, bahkan Rila saja kalah menyaingi Jannah dalam segi fisik. Dia merupakan trainee model yang ditunggu debutnya oleh banyak orang, Jannah pun selalu terpilih sebagai wajah sekolah yang sering dijumpai di spanduk-spanduk berisi mengajak calon-calon anak SMA untuk bersekolah di SMA Galaxy.
Namun, orang lain pikir Jannah ini selain cantik juga memiliki otak yang cemerlang. Nyatanya Jannah tidak pernah masuk dalam peringkat 10 besar, bahkan 20 besar pun bisa dihitung oleh jari Jannah mendapatinya.
"Nih kalo Kelas itu kadang udah ada di dalam soal, selain Kelas ada Frekuensi. Kita yang ngisi cuma perlu ngitung Batas Kelas, Frekuensi Kumulatif sama Titik Tengah. Sampe sini ngerti?" jelas Rila diberikan jawaban hanya acungan jempol saja.
"Lanjut, apa yang lo inget dari ngitung Titik Tengah?" Coba-coba Rila bertanya untuk menguji seberapa ingat Jannah memahami Matematika Umum.
"Ada titik di tengah-tengah?" tebaknya asal-asalan.
"Bukan, tapi misalnya di Kelasnya itu dari tiga puluh satu ke tiga puluh lima kan jaraknya ada lima, tiga satu tiga dua tiga tiga tiga empat tiga lima. Dari tiga satu ke tiga lima, titik tengah dari angka itu berapa?"
Jannah mulai menghitung menggunakan jari, setelah mendapat jawaban ia berujar, "Tiga puluh tiga."
"Iya bener." Di atas buku kosong Rila menulis apa yang ia jelaskan kepada Jannah.
"Ke bawahnya sama aja, kalo dari awal jaraknya lima maka yang lain juga sama. Gitu juga sama Titik Tengah, cari titik tengahnya aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity [New Version]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Judul lama: ABQARILA Al itu dingin. Al itu cuek. Al itu pintar. Sangat jauh berbeda dengan Rila yang memiliki sifat ceria dan hiperaktif. Keduanya tidak dekat, sampai sesuatu yang tak mereka ketahui, suatu insiden yang me...