***
"Assalamualaikum."
Dengan dua paper bag dan satu tas yang digendong, Rila masuk ke dalam rumahnya setelah seharian ini berpesta kecil bersama dua sahabat di kafe sepupu Nabila yang disewa, hanya mereka bertiga, tidak ada orang lain yang ikut.
Rambut panjangnya lupa Rila ikat sehingga milyaran helaian hitam itu menjuntai indah membuat Rila kerepotan akibat susah untuk dibenarkan.
Hari sudah malam, jam pun telah menunjuk ke angka 10, tapi lampu masih belum dimatikan? Rila ragu jika Al belum tidur di hari libur, atau dia sedang di luar?
Mengabaikan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab sendiri, Rila berjalan menuju dapur. Ia butuh air putih dingin, jalanan tadi sangat macet parah membuat mobil yang ia tumpangi sulit untuk bergerak leluasa selama hampir 2 jam.
Rila meneguk rakus air langsung dari botolnya tanpa dituangkan terlebih dahulu ke gelas, terlalu lama untuk melakukan itu. Rila keburu dehidrasi. Lantas berjengkit kaget ketika menutup pintu kulkas dan mendapati sosok laki-laki dengan rambut berantakan.
"Lo demen banget bikin gue kaget Al, muncul tiba-tiba mulu lagi, lo lagi cosplay jadi jin?" sungut Rila sebal, kakinya bergerak ke arah pantry hendak duduk di sana.
Sementara kehadiran Al tadi memiliki tujuan sama seperti Rila, yaitu membasahi kerongkongan dengan air dingin. Dilihat dari penampilan Al sekarang, lelaki itu pasti tengah mencoba tidur tapi sayangnya tidak bisa. Makanya terus berguling sampai wajahnya kusut.
"Kasian, gak gue kelonin jadi susah tidur yah?" goda Hayla diabaikan Al.
"Bener kan gue?"
Al pergi, sontak Rila mengekori. Masih dengan celoteh tidak berguna, Rila membututi Al sampai di ruang tengah di mana suasana depan televisi dan sofa dipenuhi bekas bungkus makanan ringan. Rila menganga lebar, kulit kacang pun berserakan di mana-mana.
"Abqariiiiiiiiiiii bisa gak sih lo rapih dikit? Lo ngapain nyampah sampe sebanyak ini?! Lo laper?! Itu kan lo beli pizza sama MCD, lo bisa masak juga, kan?!" teriak Rila mengacak rambutnya kasar, merasa frustrasi.
Coba bayangkan, paginya kita memperjuangan kemenangan, siang sampai petang merayakan sebuah keberhasilan, malamnya terjebak macet kota Jakarta. Lalu pas pulang? Disuguhi seberapa berantakannya keadaan rumah.
Bagi orang lain itu adalah hal yang biasa, namun untuk Rila sendiri yang baru merasakan, sangatlah menyulitkan. Rila tidak biasa capek hanya karena masalah rumah.
"Lo denger gak apa yang gue bilang?!" Rila menyentak, sayangnya Al justru asik menonton siaran langsung permainan sepak bola seraya memakan pizza yang tersisa.
"Al jangan pura-pura budeg yah! Gue tau gendang telinga lo baru direndem biar bersih kemarin pagi, gak mungkin lo jadi tuli!"
Buat stres, Al masih saja betah tutup mulut. Seolah segala lontaran kekesalan Rila bukanlah masalah besar, tidak perlu ditanggapi pun Rila akan berhenti sendiri. Al tidak perlu membalas omongan Rila yang terdengar menjengkelkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity [New Version]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Judul lama: ABQARILA Al itu dingin. Al itu cuek. Al itu pintar. Sangat jauh berbeda dengan Rila yang memiliki sifat ceria dan hiperaktif. Keduanya tidak dekat, sampai sesuatu yang tak mereka ketahui, suatu insiden yang me...