Bagian Empat Belas

23 8 0
                                    

"Jadi berhenti berharap atau melakukan sesuatu yang bisa bikin lo bahagia. Semuanya sia sia."

•••

Kelas mulai sepi, satu per satu murid mulai meninggalkan kelas. Gea masih duduk dengan manis di bangkunya. Tangannya menggenggam sebuah foto polaroid yang berukuran kecil. Gea tersenyum memandangi foto tersebut. Foto tersebut mulai lusuh, warna di dalamnya sedikit memudar.

Gea berdiri, kakinya berjalan meninggalkan kelas yang benar benar sudah kosong dan hanya tersisa dirinya. Namun di luar ternyata masih tersisa beberapa murid yang iseng duduk sedang mengobrol. Gea hanya menyapa singkat lalu kembali fokus berjalan.

Angin berhembus, genggaman Gea pada fotonya yang kurang kencang membuat foto tersebut terbang dan jatuh di lantai yang berada tak jauh dari pijakannya saat ini. Gea berlari kecil, dan saat ingin meraih foto tersebut seseorang telah mendahuluinya.

Kalandra menatap foto yang terbalik di tangannya. Alisnya kembali terangkat sebelah seperti biasanya. Kalandra hendak membalikkan foto tersebut, namun terlambat karena Gea sudah merebutnya.

"Makasih kak, aku duluan yaa?"

Gea berlari membuat Kalandra terdiam heran. Kalandra menggeleng, untuk apa dia memikirkan hal seperti itu. Tidak ada gunanya bukan?

Dan sekarang Kalandra lupa tadi ia akan pergi kemana. Mata Kalandra berputar, rambut depannya yang menjuntai ditiup. Lebih baik kini ia pulang, mengganti seragamnya, lalu tidur dengan lilin aromatherapy yang baru saja Kalandra beli kemarin lusa.

Ting.

Sekarang apa lagi? Kalandra menghela napasnya gusar. Ia juga lupa untuk kembali mengatur ponselnya dalam mode getar.

Dr. G

| Jangan lupa jadwalnya
| Saya tunggu di ruangan ya
| Jangan terlambat

"Kenapa gue bisa lupa jadwal hari ini sih?" rutuk Kalandra.

Saya akan datang |
Secepatnya |

Kalandra buru buru menuju parkiran, menaiki motornya dan membelah jalanan. Seharusnya Kalandra tidak boleh melaju secepat ini, tapi Kalandra tidak mau terlambat. Kalandra harus tepat waktu.

"Selamat datang, Tuan Kalandra. Silahkan, dokter sudah menunggu di dalam ruangannya," sambut seorang wanita - yang bisa jadi merupakan asisten dokter G - saat Kalandra baru saja selesai memarkirkan motornya.

"Mari ikuti saya. Saya sengaja diutus dokter untuk menunggu anda di sini. Berjaga jaga agar hal yang tidak diinginkan tidak terjadi."

Hanya satu anggukkan Kalandra jawab, ia pun mengikuti setiap langkah wanita tersebut yang terus melewati lorong lorong rumah sakit. Sesekali Kalandra melirik pada anak kecil yang menangis dan merengek meminta pulang, dan ibunya mengelus menenangkan anak kecil tersebut dengan penuh kasih sayang. Kalandra tersenyum pahit.

Sang wanita berhenti di dekat sebuah pintu berwarna putih bertuliskan Dr. G. "Sebelah sini, silahkan masuk. Dokter sudah menunggu di dalam."

Kalandra mengangguk, ia membuka pintu tersebut dan masuk kedalamnya. Sang dokter yang tengah duduk di kursinya sembari menulis sesuatu di kertas pun melepas kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Silahkan duduk, atau kamu mau diperiksa sekarang juga?" tawar dokter G tanpa berbasa basi.

Tas yang Kalandra gendong disimpan di kursi yang baru saja dokter G tawarkan untuknya. "Periksa langsung aja."

Euphoria (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang