Bagian Dua Puluh Empat

17 4 0
                                    

"Baru aja, Lan. Baru aja gue jatuh hati sama lo, gue udah hadapin masalah sebesar ini. Gimana jadinya kalo gue beneran jatuh sama lo sedalam mungkin? Apa gue sanggup?"

•••

Gea berlari sepanjang koridor tanpa melihat keadaan sekitar, menabrak beberapa orang yang kebetulan berjalan di depannya. Gea menggebrak pintu toilet, mengunci pintunya dan mulai menangis. Namun hanya air mata yang keluar, tidak ada suara yang terdengar.

Tanpa tahu Gea ada di salah satu bilik toilet, dua siswi masuk bersamaan. Di depan wastafel, mereka berdandan. Hingga salah satu diantara mereka mulai membuka suara.

"Ehh, lo liat kejadian tadi pagi gak?" tanya siswi yang memiliki rambut panjang terurai.

"Yang Kalandra bareng sama anak anak Hiraeth itu?" tebaknya sambil menepuk tangan.

Siswi yang melontarkan pertanyaan pun mengangguk. "Bener banget, dan lebih tepatnya itu Kalandra mimpin rombongan bareng sama Akilla. Sebelahan gitu."

"Iyaa iyaa, terus kabarnya Kalandra emang ada rencana buat jadi bagian dari Hiraeth kan? Soalnya yang gue denger ada dua cewek yang nanya langsung sama mereka gitu."

"Tapi yang gue heranin nih yaa, Kalandra itu orangnya pendiem, cuek. Paling males gitu berhadapan sama cewek. Dia juga gamau gitu dapet masalah, selalu ngehindar dari orang orang. Dia juga risih kan yaa kalo jadi pusat perhatian. Tapi kalo dia masuk ke Hiraeth otomatis apa yang tadi gue sebutin bakalan sering dia hadepin, dapet banyak masalah, jadi pusat perhatian. Aneh gak sih? Yaa kecuali kalo emang udah ada tanda tanda gitu, ada progresnya. Tapi ini tiba tiba banget loh," selidik gadis tersebut.

"Yaa kan bisa jadi mereka kayak backstreet gitu. Di sekolah mereka pura pura asing, gak saling kenal tapi pas diluar sering janjian. Siapa yang tau loh? Lagian banyak yang liat juga mereka pernah berangkat atau pulang sekolah bareng, dan itu lebih dari satu kali." Siswi itu menjelaskan sembari memoles bedak di pipinya.

"Bener juga sih, apalagi sekarang Killa udah putus sama Alex. Alex nya juga udah keluar kan dari Hiraeth?"

"Nah iyaa, itu doang sih yang masih bikin gue penasaran. Cowok sekeren Alex kok bisa putus sama Killa. Tapi Alan juga gak kalah ganteng sih," ujar siswi yang kini sudah selesai berdandan.

"Udah ahh ayo balik ke kelas."

Gea menutup mulutnya, meski kedua siswi tadi sudah keluar. Air matanya semakin deras mengucur.

"Bohong!" isak Gea, masih tetap di balik bilik toilet.

"Lo bohong sama gue, Killa."

Gea menghapus air matanya yang terus saja membasahi pipi. Sekuat mungkin ia menahan tangisnya.

"Waktu itu lo bilang sama gue kalo lo gasuka sama Alan, lo ngasih gue harapan buat gapai apa yang gue suka. Tapi lo sendiri yang ngancurinnya." Tangan Gea terkepal, ia merasa sangat kesal.

Sebuah smirk muncul di wajah Gea, masih dengan tangannya yang mengepal. "Gapapa, kalo gue gabisa dapetin apa yang gue mau secara baik baik, gue bisa berbuat sesuka gue sekarang. Gue bakalan dapetin apa yang gue mau, meski itu harus dengan cara kekerasan."

•••

"Lo masih mau ngeles? Masih mau boong?" desak Tyas berusaha membuat Akilla buka mulut.

"Apaan sih lo, lebay tau gak?" Akilla berusaha mengalihkan topik.

Citra mendecak malas. "Udah sih, Tyas. Kita gak dianggap sahabat dia kali. Makanya gamau ngomong, main rahasia rahasiaan."

Euphoria (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang