"Citra!" teriak Tyas, berusaha mengejar Citra yang terus berlari entah kemana.
Citra tidak menggubris seruan Tyas, ia terus saja berlari. Hingga tiba di taman belakang sekolah. Citra duduk di bangku dekat pohon yang rindang. Ia mengacak rambutnya berkali kali. Tyas pun ikut duduk di sebelah Citra, dengan rasa bersalah yang mulai membesar.
Mata Citra sudah berkaca kaca, memerah. Napasnya memburu. Perlahan air mata Citra meleleh, padahal sedari tadi Citra mencoba menahannya namun ternyata gagal.
Tertunduk, Citra menatap rerumputan hijau yang mulai meninggi. Tangannya bergetar, meremat kuat rok seragamnya.
"Serendah itu kah gue, Ty?"
Tyas menggeleng kuat, ia memegang lengan Citra yang terkepal. Masih meremat roknya.
"Enggak, lo gaboleh mikir gitu. Lo gak rendah."
"Tapi Dhiyana bilang gue murahan. Gue bener bener rendah di mata Dhiya. Gue...." Kata kata Citra tertahan di lidahnya.
Kelu, pecahlah tangis Citra. Dengan cepat, Tyas menarik Citra masuk ke dalam pelukannya. Memeluknya erat, mengusap rambut dan punggungnya begitu lembut.
"Apa yang Dhiyana ucapin itu gak beneran kayak gitu. Lo tau kan kalo kita lagi marah kita bisa ngomong sembarangan? Kita bisa ngomong apa aja yang kita mau. Jangan terlalu diambil hati. Gue yakin Dhiyana gak serius sama apa yang dia omongin," terang Tyas mencoba menenangkan Citra.
Citra terisak di dalam pelukan Tyas.
"Udah, jangan nangis. Maafin gue, Cit. Maaf."
•••
Sepanjang perjalanan, Dhiyana mengendarsi motornya dengan kecepatan yang begitu tinggi. Saat lampu merah pun dengan nekat Dhiyana menerobosnya. Hingga beberapa kali Dhiyana hampir menabrak pengemudi lain. Dhiyana tak peduli, ia ingin melampiaskan segala kekesalannya.
Dalam beberapa menit pun Dhiyana sudah sampai di base camp. Anggota Hiraeth yang sudah ada di base camp sedikit keheranan melihat kedatangan Dhiyana.
"Lo bolos, Na? Gak bareng sama Killa, sama yang lainnya juga?" Haikal, anggota yang paling sering berada di base camp dengan beraninya melontarkan pertanyaan.
Hanya dehaman yang terdengar, Dhiyana langsung masuk ke dalam base camp. Seragam yang semula ia pakai kini diganti dengan kaos hitam polos dan celana panjang. Dhiyana mengikat rambutnya yang semula terurai dengan telaten.
Dhiyana berjalan menuju tempat latihan beladiri yang biasa Akilla dan anggota lainnya pakai. Lebih tepatnya berada di luar, di samping base camp.
Sebuah kain yang Dhiyana bawa, ia lilitkan pada tangannya. Samsak yang menggantung dengan tenang pun mulai dipukul. Rasa kesal, benci, marah, yang Dhiyana pendam dua tahun lamanya, semuanya diungkapkan, semuanya diluapkan.
"Tata sayang," seru Jeffrey memanggil Dhiyana dengan panggilan sayangnya yang diambil dari nama belakang Dhiyana.
"Tata kalo jutek gitu Jeff tambah sayang loh, soalnya Tata makin cantik."
"Kalo ada yang macem macem sama Tata bilang ya? Meskipun Tata jago berantem, Jeff juga pengen lindungin perempuan yang Jeff cinta."
"Jeff gabakalan kemana mana, orang yang Jeff suka kan ada di sini di depan Jeff."
"Buat apa Jeff fokus liatin cewek di luar sana? Orang perhatian Jeff dicuri sama Tata, makanya Tata jangan cantik cantik. Ntar kalo orang lain suka sama Tata gimana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/245422844-288-k525188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria (On Going)
Fiction générale[ROMANCE - GENERAL FICTION] "Apa jantungmu pernah membeku karena merasa bahagia? Dan apa jantungmu pun pernah terasa begitu hangat jika kau terluka? Itu lah yang aku rasakan, itu yang aku alami. Jika kau ada diposisi ku apa yang akan kau pilih, mati...