"Hidup lo itu udah rumit, jadi jangan dipersulit."
•••
Seorang laki laki dengan hoodie nya melaju di jalanan. Menaiki sebuah motor dengan warna hitam-hijau, ia menjalankan motornya dengan cepat hingga kini ia pun sampai di tempat parkir. Ia melepas helmnya, lalu mengacak rambutnya asal sambil berjalan di koridor. Menuju kelasnya, kelas 12 IPA 5.
"Kak Alan, tunggu." Seorang gadis manis berlari kecil menghampirinya.
Laki laki itu hanya diam, menunggu sang gadis kembali bersuara. "Ini, kak. Aku buatin bekal. Makan ya, kak?" Tangan gadis tersebut terulur, memberikan sebuah kotak bekal berwarna putih.
"Gak nerima pemberian orang asing," balas laki laki itu sekenanya.
Ia pun kembali melanjutkan langkahnya. Kalandra Abraham, siswa kedua yang sering menjadi bahan perbincangan orang orang setelah Akilla. Bukan karena posisinya atau apa, Kalandra dijadikan bulan bulanan karena sikapnya yang begitu dingin dan menusuk. Kata katanya yang tajam mampu melukai siapapun, meskipun begitu tetap saja ada siswi yang nekat mendekatinya. Seperti contoh tadi. Dan meski mereka sama sama menjadi orang populer disekolah, Kalandra tak pernah mengenal Akilla, begitu pun dengan Akilla. Keduanya asing, namun diam diam sering dijadikan bahan gunjingan hingga tak tanggung tanggung mereka sering menyandingkan keduanya.
Selain sifatnya yang seperti es itu, Kalandra memiliki otak yang cerdas, wajahnya pun tak main main Tuhan ciptakan. Tampan, menggoda. Namun dingin tak tersentuh. Gadis mana yang merasa tak tertantang untuk memiliki Kalandra? Ditambah auranya yang begitu kuat dan tatapannya yang begitu menindas.
Kalandra duduk dikursinya yang berada di pojokan, paling belakang. Kalandra malas jika ia dijadikan bahan ujian atau dijadikan sasaran percobaan oleh para guru. Apalagi jika mereka tahu kelebihan otaknya. Tak sedikit yang mencoba menantang Kalandra untuk menyelesaikan soal soal rumit. Selain itu Kalandra pun tak suka jika ada yang mengusiknya. Ia lebih suka tempat yang tenang.
"Woy, ada kabar baik nih," teriak si ketua kelas di depan.
"Apaan?"
"Hari ini kelas kita free, ada dua guru yang gak masuk. Jadi sampe istirahat nanti kita bebas."
"Asik."
"Mantap bos."
"Akhirnya kita terbebas dari siksa dunia ini."
"Kantin gaskeun."
"Mabar kita cuk!"
Kalandra mendengus sebal, respon mereka terlalu berlebihan. Dengan beberapa buku ditangannya, Kalandra melengos meninggalkan kelas yang semakin ricuh tak terkendali.
Kalandra kini ada dirooftop. Biasanya dia memang sering diam ditaman belakang, namun jika disaat jam pelajaran seperti ini, selalu ada guru pengawas yang mengelilingi sekolah. Dan Kalandra malas jika harus menjawab pertanyaan mereka yang menurutnya hanya buang buang waktu. Jadi Kalandra lebih memilih diam dirooftop.
Dan jika kalian berpikir bahwa Kalandra ini sosok yang begitu kutu buku, kalian salah. Nyatanya kini ia sedang merebahkan tubuhnya dan buku yang ia bawa dijadikan sebagai bantal dan juga penutup mata.
Kalandra mencoba untuk tertidur. Angin yang berhembus pelan membuatnya sedikit mengantuk. Sedikit demi sedikit, Kalandra larut dalam tidurnya, ia kini terlelap. Namun ketenangan itu tak berlangsung lama, Kalandra terusik dengan sebuah suara.
Entah bagaimana bisa, kini ada seorang gadis tengah menangis tak jauh dari posisi Kalandra. Ia memunggungi Kalandra, dan gadis itu tak sadar jika ada orang lain disitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria (On Going)
Ficción General[ROMANCE - GENERAL FICTION] "Apa jantungmu pernah membeku karena merasa bahagia? Dan apa jantungmu pun pernah terasa begitu hangat jika kau terluka? Itu lah yang aku rasakan, itu yang aku alami. Jika kau ada diposisi ku apa yang akan kau pilih, mati...