13- Alasan

223 50 26
                                    

Hi!! Jangan lupa makan dan minum air putih ya~

~||~

Kebanyakan penghuni kosan ini tidak tau kalau sebenarnya Jangjun dan Jibeom itu adalah saudara tiri.

Loh? Loh? Loh?

Iya, yuk kita flashback sebentar.

Flashback on

Bau obat-obatan menyeruak di indra penciuman ketiga orang yang berada didepan pintu bernuansa putih itu dengan kaca transparan ditengahnya.

Jibeom berdiri tidak jauh dari mereka, lelaki itu duduk menyendiri di bangku yang memang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit.

Tiba-tiba pundaknya terasa lebih berat, dengan perlahan Jibeom menoleh dan mendapati seorang pemuda asing yang tengah tersenyum getir kearahnya.

"Tenang aja, gua yakin bunda lu pasti kuat."

Darisana lah awal mula pertemuan Jangjun dan Jibeom.

Seminggu kemudian mereka bertemu lagi sampai ke minggu minggu berikutnya, hal itu membuat keduanya mulai nampak akrab.

Dimana Jibeom menangis disitulah Jangjun datang dengan tangan yang terbuka dan memeluknya dengan hangat, tidak lupa memberikan kata-kata penyemangat.

Namun takdir tuhan membuat Jibeom sangat membenci Jangjun.

Kenapa? Karena baru saja dia ditinggalkan oleh seorang wanita yang sangat ia sayang, dua bulan setelahnya pria yang dia sebut sebagai 'ayah' itu membawa seorang wanita dan lelaki yang sangat dia kenal, tembok pertahanannya runtuh begitu saja saat ayahnya mengenalkan mereka berdua sebagai keluarga barunya.

Jibeom yang masih tidak terima itupun pergi dari rumah membawa kunci motor serta jaket kulit, berniat kabur.

Sedangkan Jangjun yang merasa bersalah hanya diam sembari mendengarkan alasan dari kedua orang yang lebih dewasa darinya.

Hari demi hari pun berlanjut dengan Jibeom yang tak kunjung pulang, sudah 4 hari semenjak kedatangan Jangjun ke rumah barunya dan di hari itu pula Jangjun tidak melihat keberadaan Jibeom.

Jangjun pun meminta ijin untuk mencari Jibeom, namun sang ayah tidak mengijinkannya dan hanya bilang kalau nanti Jibeom akan pulang dengan sendirinya.

Tidak lama setelah penolakan itu
Pintu rumah utama terbuka dan menampakan sosok Jibeom dengan wajah dan rambutnya yang berantakan, melihat itu Jangjun segera menghampiri adik tirinya itu.

"Beom? Are you okay?" tanya Jangjun, nampak jelas kekhawatiran di wajah tampan nya.

Namun lelaki tadi duduk bersimpuh dengan kedua lutut nya sebagai tumpuan, menundukan kepalanya dalam-dalam, isak demi isakan pun terdengar, secara tidak sadar Jangjun ikut menangis dalam diam.

Jelas mereka adalah korban disini, korban dari permainan takdir tuhan yang nampak ironis ini mengharuskan mereka terlibat di kesalah pahaman panjang.

"T-tolong ijinin Jibeom pergi dari rumah ini y-yah, t-tolong biarin Jibeom nenangin diri dulu, Jibeom mohon." Pinta lelaki itu dengan suara yang sedikit bergetar karena menahan tangis.

Ibu Jangjun yang sedari tadi sudah menangis itupun menghampiri Jibeom dan Jangjun, lalu memeluk kedua putra nya memberi kehangatan dan membuat kedua lelaki itu merasa nyaman, namun yang ia dapatkan hanyalah tangisan lirih yang semakin kencang.

Baby? || GNCDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang