Midoriya POV
Aku duduk di bangku sambil sesekali mencatat kalimat yang akan ku utarakan nanti, aku tidak mau kena ledakan dari Bakugou hanya karena aku salah bicara. Aku harus memaksa Bakugou mengatakannya. Aku tidak mau terlibat dalam percintaan yang tak lazim ini, aku harus bertindak. Tapi... secara tidak sengaja ini juga adalah salah satu impianku yaitu bisa berdekatan lagi dengan Bakugou seperti saat masih kecil dulu. Tapi aku juga tidak mau bercintaan dengan Bakugou. Aku hanya ingin menjadi temannya saja, tidak lebih. Aku selalu takut untuk memulai percintaan. Walaupun terkadang aku terlihat sedang menyukai wanita tapi sejujurnya aku kurang tertarik untuk memiliki hubungan saat ini, menjadi pahlawan nomor satu adalah targetku saat ini.
BRAK!
Seseorang membuka pintu kelas dengan sangat kasar membuat suara bising dari pintu itu. Aku segera menatap sang pelaku pembuat kebisingan itu, ku pikir itu Bakugou namun ternyata itu Todoroki. Wajahnya terlihat kesal. Apa mungkin dia punya masalah? Pikirku.
"Selamat pagi Todoroki," sapaku.
"Iya selamat pagi Midoriya," balasnya sambil berjalan kearah tempat duduknya tanpa melirik sedikit pun kearahku.
"Ada masalah?" Tanyaku memberanikan diri.
"Ya," jawabnya dengan nada kesal.
Apa aku salah bicara ya? Batinku.
"Kau tau? Tadi aku melihat Bakugou bersama Uraraka," jelasnya.
Mendengar hal itu aku langsung menatap Todoroki dengan tatapan tidak percaya.
Jangan bilang kau suka Bakugou, Todoroki.
"Huh? Midoriya?" Todoroki menatap diriku dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Oh maaf, maaf," ucapku secepatnya.
"Ada masalah?" Tanya Todoroki dengan nada bingung.
"Oh tidak. Tidak ada, lanjutkan saja ceritamu," ujarku.
"Ehh? Tidak. Ceritaku sudah selesai," balasnya.
"Kalau begitu bolehku bertanya?" Tanyaku, jujur aku bingung dengan situasi seperti ini. Maksudku tadi Todoroki terang-terangan bukan... mengatakan dia suka Bakugou.
"Ya? Apa?"
"Apa kau suka dengan Bakugou?"
Brak.
Kenapa harus sekarang sih? Batinku kesal sebab entah itu siapa tapi yang jelas ada seseorang yang masuk ke dalam kelas dan aku yakin dia mendengar pertanyaanku barusan.
Aku berbalik menatap pintu kelas. Lalu aku menemukan sosok Bakugou dan juga Kirishima secara bersamaan.
Suasana macam apa ini?
Aku hanya bisa menelan ludah ku sendiri.
Sedangkan Kirishima menatap ku dengan tatapan yang benar-benar tidak bisa ku artikan. Sedangkan Bakugou menatapku dengan tatapan kosong.
Oh, demi apa pun. Aku pasti akan di ledakan oleh Bakugou. Batinku pasrah.
Hening dan keheningan ini terus berlanjut hingga beberapa menit kemudian. Tidak ada seorang pun yang berpindah dari posisi awalnya.
Bakugou benar-benar menatapku dengan tatapan kosong.
Lalu Todoroki hanya bisa memejamkan matanya seperti tidak mau tahu. Dan Kirishima mungkin dia juga sama bingungnya denganku saat ini.
Aku melihat jam kelas dan sebentar lagi masuk, pasti anak-anak akan segera berdatangan. Aku harus memecah keheningan ini.
"Huh Ka-"
"Jangan langsung pulang saat pulang sekolah nanti kalian bertiga," ujar Bakugou sambil berjalan tanpa menatap siapa-siapa yang berada didalam kelas ini.
"Oh b-baiklah," jawabku takut.
Dan benar saja saat Bakugou beranjak dari depan pintu kelas tiba-tiba Lida, Denki, Sero, Mina, dan juga Uraraka masuk ke dalam kelas.
Bakugou POV
SKIP. Saat pulang sekolah
Sudah lebih 20 menit kami bertiga masih ada didalam ruang kelas ini. Tidak ada yang mau membuka pembicaraan terlebih dahulu, termasuk aku yang meminta mereka untuk jangan pulang duluan.
Jujur ini baru pertama kalinya aku merasa takut seperti ini. Maksudku aku sedang berhadapan dengan ketiga orang yang membuat jantungku selama ini selalu tidak aman.
Tapi mau tak mau aku harus mengatakannya.
"Hmm..." aku mulai membuka pembicaraan dan berharap aku tidak membuat diriku sendiri merasa malu.
"Ya?" Tanya Kirishima dengan nada bingung.
"Aku... akan berkata jujur."
"Tentang?" Tanya Todoroki sambil mengakat sebelah alisnya.
"Aku menyukai kalian. Aku tidak ingin basa basi," ujarku jujur.
Mendengar perkataanku wajah mereka bertiga langsung berubah menjadi merah terutama Deku.
"Apa? Sudahkan?" Ujarku sambil mengambil tasku dan secepat mungkin pergi kearah pintu kelas.
"Hey," panggil Kirishima.
Aku memutar badanku lalu menatap mereka bertiga yang masih duduk dibangku mereka masing-masing.
"Bakugou, a-aku minta maaf," ujar Kirishima dengan wajah sedih.
"Untuk?" Tanyaku. Jujur aku tahu jawaban Kirishima nanti, tapi itu sebuah resiko bukan?
"Aku tidak bisa menerima hmm... cintamu itu," jawabnya, tepat dengan apa yang ku pikirkan.
"Aku j-juga," ucap Deku.
"Hmm... sepertinya aku juga," ujar Todoroki sambil menundukkan kepalanya.
Aku hanya bisa menatap mereka bertiga dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Cih, tidak masalah. Setidaknya perasaanku bisa menjadi lega," ujarku sambil berjalan meninggalkan kelas.
Normal POV
Sekarang didalam kelas hanya tersisa mereka bertiga.
"Aku melihat mata Bakugou seperti ingin menangis," ujar Kirishima dengan nada bersalah.
"Ya, tapi mau bagaimana lagi, kita kan hanya mengutarakan perasaan kita yang sebenarnya," balas Midoriya.
"Tidak. Ini terlalu cepat," ujar Todoroki tiba-tiba.
"Maksudnya?" Tanya Midoriya dan juga Kirishima secara bersamaan.
"Iya ini terlalu cepat. Kita bersekolah belum sampai satu semester, wajar bukan jika kita tidak menyukai Bakugou? Tapi bagaimana jika kita mengenal Bakugou cukup lama? Aku yakin kita juga memiliki perasaan yang sama seperti Bakugou," jelas Todoroki dengan sangat detail.
"Jadi maksudmu ini hanya masalah waktu?" Tanya Kirishima.
"Iya."
"Huh? Maksudmu kamu mau mengikuti percintaan gila ini?" Tanya Midoriya kaget.
"Memangnya kamu tidak mau?" Ucap Todoroki malah bertanya balik. Namun dengan pertanyaan yang sulit di jawab oleh Midoriya.
"Umm... baiklah aku ikut kalian saja," ujar Kirishima memecah keheningan.
"Iya, aku juga," ujar Midoriya.
"Oke terserah," ujar Todoroki cuek.
˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙˙
Dan saia gk jadi hiatus:)
Krn ku pikir klo aku hiatus dengerinnya omelan trs gk asik
Mending saia ngetik ye gk:v
KAMU SEDANG MEMBACA
My L♡vely School ♪END♪
Kısa HikayeBiasakan follow dulu sebelum membaca:v Cover by : Me Jika kedua insan yang saling mencintai itu sudah biasa tapi bagaimana jadinya jika seorang insan memperebutkan tiga orang pria sekaligus? Apa yang dipikiran oleh kalian? Serakah? Atau aneh? Siapa...