Part : 8

279 34 4
                                    

"Woi tungguin gue!"

Bella tak bergeming ia tetap meneruskan jalannya, ia tak mendengar teriakan Reza lantaran suara ricuh di jalan sangat mendominan di telinganya.

Lalu Bella berjongkok dihadapan mahasiswa yang tertunduk lemah.

"Gimana masih sakit?" Ujar Bella ketika telah selesai mengobati salah satu mahasiswa yang kulitnya iritasi terkena gas air mata tadi.

Mahasiswa yang ditanya hanya menggeleng lemas. "Makasih kak" lanjutnya lirih.

Bella tersenyum lega "Sama-sama. Kakak tinggal ya, masih banyak yang butuh bantuan" lantas Bella memasangkan gelang pasien ke pergelangan mahasiswa tersebut. Pertanda, orang tersebut sudah ditangani. Di gelang tersebut juga dilengkapi kode-kode nomor yang jika orang tersebut butuh pertolongannya lagi tinggal menekan kode nomor tersebut di papan ponsel, dan secara otomatis langsung terhubung ke ponsel anggota tim kesehatan yang bertugas sekarang. Jadi nggak usah risau nih, kalo di obati sama mbak atau mas-mas almet kuning :).

Sejurus kemudian, Bella beranjak dan mencari pasien yang perlu mendapat pertolongannya di dalam kericuhan masa.

Saat Bella ingin menggendong tas ransel berisi obat P3K, tiba-tiba ia mendengar suara keras, dari bunyi dan suaranya saja ia bisa merasakan itu adalah suatu kejadian tragis dan mengenaskan.

DUKKK!

PRAKK!

Seketika Bella berhenti melangkahkan kakikanya. "Suara apaan tuh?"

"Woi! Tolongin gue!"

Bella tersentak kaget ketika ia melihat Reza yang sudah terkapar pasrah tak jauh dari jaraknya. Mau ngakak takut dosa. Pasalnya kaki Reza tersangkut disebuah kawat beruji hasil dari dobrak-kan para demonstran.

Bella berlari kecil menghampiri Reza lalu berkata "Lho? Masnya ngapain rebahan disitu sih, kurang puas tadi tiduran di aspal?"

Reza mendesis, "Pala kau kotak! Siapa yang lagi tiduran sih?!" Lanjutnya mulai gemas.

"Masnya lah, masa iya gue. Gue kan nggak nungseb" timbal Bella.

"Ini nih contoh orang yang kalo minum teh pucuk sampe ulet-uletnya sekalian di tenggak, Otaknya jadi ikutan mucuk!" Ucap  Reza sudah geram. "Tolongin gue kek mbak! Sakit nih" lanjutnya ngegas.

"Heh! Masnya sans kali, nggak usah ngegas" balas mulut Bella sama ngegasnya, namun tangannya berusaha membantu meloloskan kaki Reza dari kawat beruji tersebut.

"Shsshss~" desis Reza menahan tajamnya duri kawat yang menggores kulitnya. "Pelan-pelan dong mbak" 

"Bisa diem nggak?! Masnya pikir ngelepas ginian gampang? Makannya kalo jalan pake mata jangan pake kaki!" Omel Bella.

"Ini semua salah mbaknya nih , sesat gue ngikutin mbaknya. Tau gini gue mending ngikut abang gue" sesal Reza.

Bella memundurkan bahunya, jari telunjuknya ditujukan didepan mukannya sendiri, "kok jadi gue? Oooo gue ngerti,jadi dari tadi masnya ngikutin gue?" Bella menjeda, tangannya beralih menutup mulutnya yang menahan tawa.

"Pfttt--Buahahahaha" tawanya ambyar seketika.

Bella menghentikan tawanya, lantas ia mengulum bibirnya.

"Emang ya mas, kalo memang jodoh itu udah ditentukan, mereka selalu mendekat nggak bakal ngejauh" sambungnya memulai tingkah.

"Kayak masnya yang ngejar akuh, sampe rela nungseb ke kawat berduri" Bella mengedipkan matanya genit, membuat Reza ingin mual.

"Huek! Dih mbaknya PD nya segede gaban tuh. Seleraku tinggi kali mbak, nggak kek mbaknya. Cebong" Kata Reza.

Bella terkekeh tanpa berniat membalas perkataan Reza.

Mas-Mas Almet ijo : SARANGHAE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang