"Serah lu, Dav."
Perkataan itu membuat Davina terdiam.
Seharusnya perkataan 'Terserah.' dan 'Gpp.' Itu hanya kaum hawa. Para lelaki tidak patut mengenakannya. Mungkin, diperuntukkan untuk Marvel, adalah pengecualian.
Davina ingat perkataan itu, awal dari kandasnya hubungan mereka hanya karena permasalahan sepele.
Seharusnya, cewek minta dingertiin, bukan malah malah ikut diambekin! Menyebalkan.
Hanya saja, perasaan Davina saat ini lebih tanggung daripada dahulu, yang sering menangisi cowok brengsek--emang mereka melihat pengorbanan para cewek? Itulah prinsip Davina sekarang. Tidak akan mudah dengan rayuan para lelaki buaya darat.
"Dav? Mata lo berair?" tanya Marvel menepuk bahunya.
Tidak dirasa, mereka telah sampai di area parkiran, Marvel barusaja memposisikan parkiran yang terdekat dari falkultasnya.
Davina menghela nafas dalam memperlihatkan sekitar sambil mengedipkan mata berulang kali, menyerka airmatanya yang tiba-tiba keluar tanpa dirasanya.
"Cengeng!"
Buru-buru Marvel beranjak pergi. Karena merasa lengan tangannya dicengkaram erat dengan tangan dingin dan bekeringat, Marvel sontak menoleh ke arahnya.
Davina hanya mengelengkan kepala dengan bahan mulai berkeringat sedangkan Marvel--lelaki itu tidak tau harus berbuat apa.
"G-guee ...."
"Sakit?" Davina mengeleng.
Marvel masih terdiam dengan wajah datarnya. Lelaki itu tidak paham dengan kode-kode cewek. Membosankan.
Jika Marvel, seorang fucek boy, mungkin ia telah mengumpat, "Gue gak paham kode-kode cewek! Gue bukan kode pos!"
Dari jaman gajah duduk, sebelum jaman nurbaya, prinsipnya cewek selalu benar.
Jika bertentanangan dengan kode cewek mulai A-Z meski dijabarkan dalam kamus sekalipun, para lelaki tidak akan mengerti, meski berulang kali mempelajarinya.
Para lelaki itu pun menjawab, "Lah kalau lo gak bilang, giamana gue, mau ngerti? Para human?"
Tiba-tiba Davina menyengkram bagaian perutnya dengan salah satu tangan yang bergelut mecengkaram lengan Marvel.
Gadis itu menyerit hingga Marvel tergopoh. "Dav, tahan dulu ya! Jangan buat anak disini," celatuk Marvel mendapat peletakan majalah mengenai wajah mulusnya.
"Gue ya, gak mau ya, hamili anak lo."
Meski dalam keadaan darurat, kegunaan mulut Davina masih berguna dengan epik. Selanjutnya perkataannya belahan, belahan namun terasa diiringi dengan jeritan kecil.
"Gue ...."
Marvel menuntutnya untuk menghela nafas terlebih dahulu dengan gerakan tangan sebelum gadis itu mengeluarkan perkataan selanjutnya.
Satu ....
Dua ....
Tiga ... seperempat
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] hi. EX
ChickLit[ COMPLETED ] #ExUnivers 🍒 Davina Deolinda. Siswi Falkultas Ekonomi Universitas Airlangga. Hidupnya jauh dari kata 'Extrim'. Tampannya pula tak secantik Chelsea Islan. Bahkan gadis itu menyebut dirinya 'Kentank'. Percintaannya pula tak seindah...