II

1.6K 296 47
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sring...

"Akh!" Aku memekik ketika cahaya keemasan yang sangat terang muncul dari buku milikku ketika kubuka halaman sampulnya. Cahaya yang sangat menyilaukan itu menerpa diriku, dan juga keadaan sekitar yang saat ini pun diselimuti cahaya yang memancar dari novelku.

'Apa yang terjadi?!' Ucapku dalam hati ketika berusaha menggerakkan kakiku untuk menjauh saat cahaya tersebut memancar semakin terang. Tubuhku terpaku ditempat, dan tidak bisa bergerak menghindar. Hingga semakin lama kepalaku terasa pusing, sangat pusing hingga semuanya menjadi gelap.

"Yak! Kenapa kau seperti ini, eoh?!"

Suara ini... Suara Baekbeom Hyung, tapi dimana?

Tidak ada apapun atau siapapun di tempat yang gelap ini.

"Gurae, aku harap kau bisa masuk kedalam sana! Agar kau tahu bagaimana bagusnya tulisanmu!"

.

.

.

"HAH! Hahh... Hahh..." Baekhyun membuka matanya dengan nafas yang tersengal-sengal, dan keringat yang membanjiri. Dirinya sangat bersyukur karena saat membuka matanya keadaan disekitarnya berubah terang kembali, namun Baekhyun menyadari ada yang aneh dengan kamar tidurnya setelah beberapa detik berlalu sejak membuka kedua matanya.

'Ini bukan kamar apartemenku!'
Batin Baekhyun setelah melihat sekeliling kamar yang ia tempati.

Pertama, Baekhyun sangat yakin dirinya tidak pernah memasang tirai kelambu putih pada keempat sisi ranjang tidurnya. Kedua, ranjang tidurnya tidak pernah terasa super empuk dan sangat lembut dan halus seperti sekarang ini walaupun harga tempat tidurnya juga tidak terbilang murah. Ketiga, dirinya juga tidak pernah memajang lukisan-lukisan tua di dinding kamar. Dan yang terakhir, Baekhyun sangat terkejut ketika menyadari bahwa ada seseorang yang tertidur disampingnya dengan lelap.

Seorang pria yang memiliki badan lebih besar darinya, dan mungkin juga lebih tinggi itu tidur menghadapnya dengan tangan pria itu yang melingkar erat di pinggangnya.

"Ah, kau sudah bangun."

Baekhyun tersentak dari lamunannya yang panik memikirkan dimana dirinya saat ini karena suara pria yang terbaring disampingnya, dan juga tangan yang lebih besar dari miliknya itu melingkar semakin erat.

"Si... Siapa kau?!" Pekiknya penuh keterkejutan, apalagi saat pria yang tidur disampingnya mengecup keningnya.

"Aku Richard. Duke Richard Richmond."

.

.

.

Ini hanya mimpi, dan satu hal yang membuat Baekhyun yakin bahwa semua ini hanyalah mimpi adalah bathrope yang ia kenakan saat ini. Ya, bathrope coklat muda yang selalu ia pakai seusai mandi masih membalut tubuhnya hingga saat ini dirinya berada di tempat asing yang bernama 'Tudor'. Yeah, setidaknya itulah yang dikatakan pria tinggi yang berdiri didepannya.

Duke Richard Richmond.

"Hahaha..." Pemuda Byun 25 tahun itu tidak bisa menahan tawanya saat pria didepannya terus saja mengenalkan diri sebagai Duke Richard Richmond.

"Aku harap kau bisa masuk kedalam sana!"

"Yak! Apa Baekbeom Hyung yang menyuruhmu?" Ujar Baekhyun saat kata-kata kakaknya yang tadi ia impikan terlintas. Baekhyun yakin jika ini ulah sang kakak yang sangat usil. Demi Tuhan, sekarang bukan April mop atupun hal ini terlalu berlebihan bila disebut kejutan ulang tahun karena hari kelahirannya masih lama.

"Siapa Baekbeom Hyung?" Coba lihat, Baekhyun rasanya ingin menampar sekali lagi pipi pria gila didepannya.

"Hei! Berapa banyak uang yang Byun Baekbeom berikan padamu untuk mempersiapkan semua ini?" Tanya Baekhyun lagi membujuk lelaki dihadapannya membongkar sandiwara yang sedang terjadi sekarang.

Uang yang kakaknya berikan pasti tidak sedikit ketika melihat semua dekorasi tempat ini yang terlihat mewah, dan tampak asli. Khususnya lapisan emas di seluruh barang-barangnya.

"Gurae, kau hentikan saja sandiwara ini, dan katakan pada Byun Baekbeom kalau aku setuju membuat season 2 'OVER'. " Tawar Baekhyun untuk yang terakhir dengan memberikan apa yang sangat kakak laki-lakinya itu inginkan darinya.

Baekhyun menyerah, dan pasrah mengikuti keinginan kakaknya karena jujur ini sudah sangat keterlaluan, dan mengerikan saat pria yang mengaku-ngaku didepannya ini memeluk, hingga mengecup keningnya.

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

Setelah beberapa saat hanya terdiam mendengarkan, dan mencerna apa yang Baekhyun katakan. Sang penguasa Richmond yang sangat terkenal itu akhirnya angkat bicara dengan melangkah maju, hingga Baekhyun mengaduh saat punggungnya terbentur dinding marmer dibelakangnya.

"Tapi sepertinya kudaku memang menginjak kepalamu." Baekhyun menelan ludahnya saat menyadari posisinya yang saat ini terkunci diantara dinding, dan lelaki didepannya. Ia semakin terpaku ketika telapak tangan kanan tersebut membelai rambut, dan mengelus keningnya lembut.

"Gavin Scott."

"Ap... Apa?"

"Bukankah ini milikmu?" Pandangan Baekhyun langsung beralih pada sebuah pisau lipat perak  yang pria itu keluarkan dari saku celananya.

Pisau lipat dengan mata pisaunya yang terbuat dari perak, dan pada pengamannya terukir sebaris nama dengan dua kata.

Gavin Scott

.

.

.

"Gavin! Gavin!" Seorang wanita berjalan di tengah kerumunan padat orang-orang yang berkunjung di pasar kota Richmond sore ini.

Rambut putih perak panjangnya bergerak ke kiri, dan ke kanan mengikuti gerakan kepalanya. Mata biru safir gelapnya berusaha menyapu setiap sudut pasar yang sangat ramai ini tanpa terlewatkan satu titikpun dari pandangannya. Sedangkan mulutnya tidak berhenti meneriaki nama adik laki-lakinya, Gavin yang menghilang ketika ia sibuk menjual hasil panen ladang pada pedagang pasar.

Hari sudah semakin sore saat wanita bergaun biru lusuh itu menatap kearah langit yang saat ini sudah mulai menggelap, dan itu artinya sudah 5 jam lamanya waktu yang ia habiskan mengelilingi pasar kota berkali-kali.

"Gavin!" Panggilnya lagi. Dirinya masih belum menyerah, dan tidak akan pulang sebelum menemukan sang adik. Ia tidak bisa membuat kedua orang tuanya khawatir.

"Kakak Alice!" Wanita itu menghentikan langkahnya, dan berbalik saat namanya dipanggil. Alice. Ya, begitulah orang-orang memanggilnya. Sulung dari dua bersaudara keluarga petani Scoot.

"Apa kalian sudah menemukannya?" Tanya Alice penuh harap pada 4 orang anak kecil teman sang adik yang sekarang berdiri di depannya.

"Maaf. Kami belum menemukan kak Gavin."

.

.

.


Catatan: Komentar jika kalian memiliki pertanyaan, kritik, saran, dan pendapat tentang cerita ini!

Possibility (Chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang