“Setelah lulus nanti, kamu beneran mau jadi guru?” tanya Gabrian sembari menyendokkan satu suap mie ayam ke dalam mulutnya.
Yang ditanya pun mengangguk. Sambil masih sibuk menuangkan beberapa sendok sambal ke dalam mangkuk mie ayam miliknya, “Iya. Aku suka aja. Emang inginku dari dulu. Kamu masih belum tau kedepannya mau gimana?”
Gabrian mengedikkan bahunya acuh,
“Entah. Setelah lulus, ya cari kerja. Kerja jadi apa saja. Asal tidak mencuri.”
“Bukannya kamu sudah pernah mencuri?”
Mengernyitkan alisnya bingung atas tudingan yang baru saja dilontarkan Metawin. Sejak kapan dirinya mencuri? Menatap kekasihnya yang berada dihadapan dengan tatapan heran,
“Hah? Kapan aku nyuri?”
“Lima bulan yang lalu. Kamu mencuri hatiku, mencuri perhatianku.” jawabnya yang langsung menimbulkan semburat kemerahan di kedua pipinya.
Aneh. Dia yang berucap, dia juga yang bersemu. Metawin merasa sedikit tergelitik ketika berujar sedemikian rupa, mengingat selama ini yang selalu melayangkan perkataan sejenis itu adalah Gabrian.
***
Sedikit kilas balik dari apa yang terjadi pada keduanya lima bulan silam,
Lima bulan lalu, pertemuan pertama mereka; —sebetulnya tidak bisa dibilang pertemuan pertama juga sih. Mengingat mereka yang memang berada dalam satu jurusan dan ditingkat yang sama, kadang kali bertemu dalam suatu event di kampus, atau bahkan tidak sengaja sepintas bertatap muka di lorong kampus. Namun tanpa ada tegur sapa dari keduanya karena memang tidak saling mengenal satu sama lain.
Dan lima bulan lalu, ketika semester baru di mulai, Metawin kalang kabut memberi sumpah serapah pada koneksi internetnya yang mendadak bermasalah di waktu yang tidak tepat. Di waktu dirinya sedang perang KRS untuk mendaftar mata kuliah yang akan diambilnya.
Sial, karena koneksi buruk internetnya, ia jadi tidak kebagian salah satu mata kuliah yang akan diambilnya. Kapasitas kelasnya sudah mencapai batas maksimum. Jika sudah begini ceritanya, mau tidak mau ia harus menemui bagian TU di kampusnya untuk mengurus hal itu.
Singkat cerita, setelah ia mendapat kelas dari mata kuliah yang diampu, akhirnya ia harus menerima dengan berat hati untuk tidak berada di kelas yang sama dengan teman-temannya. Ia harus berada di kelas lain yang menurutnya sangat asing; karena tidak ada seorang pun yang familiar dengannya. Membuatnya sedikit banyak menaruh rasa khawatir tidak bisa berbaur dengan yang lain.
Dan dihari pertama mata kuliah itu berlangsung, Metawin masuk ke dalam kelas, pandangannya mengedar ke segala sisi kelas itu yang terasa asing baginya.
Dengan memberanikan diri, ia duduk disebelah pemuda yang sedang sibuk mencatat apa yang dosen sampaikan. Matanya memandang serius ke depan. Hikmat mendengar ceramah dari dosen.
Dan sejujurnya, raut serius diwajah milik pemuda yang bahkan Metawin tidak tahu siapa namanya, bisa membuatnya terpana detik itu juga.
Sadar ditatap sedemikian rupa, pemuda itu menoleh ke arah Metawin. Membuat Metawin tersentak karena baru saja tertangkap basah memperhatikan pemuda itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/245766790-288-k326400.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda | BRIGHTWIN ✔
Fanfictacenda; (n.) things better left unsaid Katanya, jatuh cinta itu fitrahnya setiap manusia, dan bila Metawin jatuh cinta pada Gabrian yang tidak percaya pada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang ia percayai, apakah semesta akan merestui hubungan kedu...