0.3 Way Back Home

335 34 0
                                    

Pengumuman Dumbledore saat sarapan tadi membuatku terbebas dari Detensi bersama Pansy. Seperti kata Draco yang Ia bisikan tadi.

Dan kini aku, berada di kamar Asrama untuk membereskan keperluan yang akan aku bawa untuk pulang hari ini. Aku merindukan Dad and Mom. Banyak sekali kisah yang ingin aku ceritakan pada Mom. Aku tidak sabar pulang.

"[Name] apa kau tidak akan membawa hadiah untuk orang tuamu?" Lucy menanyakanku lalu menatapku sebentar. Lalu kembali mengemas barang-barangnya.

"Jika ingin membawa hadiah, bawa ini saja" Susan yang baru saja masuk ke kamar menyodorkanku sebuah kotak yang dibungkus rapi. Aku menatapnya meminta ia memberi penjelasan.

"Coba buka saja, aku sengaja membelinya kemarin saat mendapat giliran pergi ke Hogsmeade" Jelasnya, aku membuka kotak itu. 'Apa ini' tanyaku dalam hati dan mengambil isi kotak itu.

"Sepasang sweater hijau dan kuning?" Kataku lalu menatap Susan. Ia hanya terkekeh pelan.

"Ayahmu Slytherin, dan Ibumu adalah Hufflepuff jadi itu cocok untuk mereka. Dan juga itu bukan sweater biasa, coba saja kau pakai yang kuning" Instruksi Susan membuatku penasaran, langsung saja ku coba.

"Apa kau merasakan sesuatu?" Susan berkata sambil terkekeh pelan, aku menatapnya bingung. "Lihatlah Sweater itu" Pekik Lucy yang sedaritadi hanya diam kini bersuara.

"Ha?" Aku melihat Sweater yang ku kenakan "Ada apa ini? Mengapa berubah menjadi Kuning garis Hijau?" Kataku heran.

"Apakah itu penanda Jodoh?!" Pekik Lucy senang, lalu dibalas tatapan geli oleh Susan. Aku terus memandangi Sweater ini untuk memahami apa yang sedang terjadi. Lalu kembali menatap Susan untuk mendapat sebuah petunjuk Sweater apa ini.

Susan tersenyum, sambil geleng-geleng dengan wajah geli.
"Itu trik bodoh, kalian ini benar-benar. Itu adalah Sweater yang bisa berubah sesuai warna yang kau mau." Aku menatap Susan heran,

"Maksudmu? Aku masih tidak paham, oh ayolah beri petunjuk atau jelaskan lebih rinci" kataku gemas karena tidak tau apa maksud perkataannya tadi. Susan menghela napas,

"Ku kira kau langsung paham maksudku, jadi Sweater itu adalah 'trik' untuk mengecoh atau mungkin bisa disebut bermain meramal. Karena kau mengambil Sweater kuning dan kau berada di Slytherin maka dia akan 'meramal' jodohmu. Dan iya, menurut sweater itu jodohmu ada di Slytherin. Tolong jangan berpikir ini nyata, karena ini hanya trik saja, untuk menipu tapi jika benar-benar Sweater ini mengungkapkan jodohmu maka dia akan berubah menjadi ada tulisan di dada kananmu bertuliskan House Mu di Hogwarts. Lalu merubah seluruh tampilan warna Sweater itu menjadi warna Asrama Jodohmu" Jelas Susan panjang lebar tanpa jeda. Aku terkikik karena melihatnya sedang mengambil nafas sebanyak-banyak.

"Apa kalian sudah mengerti?" Tanya nya dengan tatapan seperti berkata 'oh ayolah mengerti, aku tidak ingin mengulang penjelasan panjang itu lagi'
Aku dan Lucy saling bertatapan. Lalu tertawa bersama.

"Apa yang kalian tertawakan?"

"Kau." Aku dan Lucy saling beradu tatap kembali setelah bersamaan mengatakan satu kata tadi, dan kembali tertawa geli. Susan kini menatap sebal kedua saudari nya.

"Demi Merlin, Susan. Kau menjelaskan pada kami seperti membuat pidato dadakan saja. Tanpa jeda." Lucy kembali terkikik melihat wajah Susan yang malu.

"Baik-baik, kami berdua mengerti apa kegunaannya. Terima Kasih Nona Schild" Senyumku yang paling manis aku tunjukan pada Susan. Ia hanya memutar bola matanya malas.

"Sudah, cepat kalian bereskan barang bawaan kalian. Peter dan Edmund sedang menunggu kita di ruang rekreasi untuk berangkat ke stasiun bersama. Aku menunggu kalian dibawah saja bersama yang lain." Kata Susan lalu kami hanya mengangguk segera membereskan barang-barang. Setelah selesai kami berdua turun dari kamar menuju Ruang Rekreasi.

"Lama sekali membereskan barang, seperti ingin pindah sekolah saja." Suara protesan Edmund adalah yang pertama kali ku dengar saat sampai di ujung bawah tangga.

"Sudahlah Ed, yang penting masih ada waktu 30 menit sebelum Kereta berangkat" Lerai Peter, mungkin Ia tau aku dan Edward akan saling adu mulut jika tidak di lerai segera. Aku hanya menatap Edmund dengan tatapan 'diam saja kau'. Lalu Edmund menarik satu alisnya ke atas dan memutar bola matanya jengah.

"Ayo berangkat" Intruksi Susan untuk kami segera berangkat menuju Kereta Hogwarts Express.

Kami hanya mengangguk, Peter dan Edmund membantu membawakan koperku serta Lucy.

Saat kami sampai di depan Gerbong Kereta. Syukurlah belum berangkat, dan masih cukup banyak siswa yang menata barangnya. Padahal 15 menit lagi Kereta berangkat.

Setelah aku dan yang lain selesai memasukan barang ke dalam bagasi. Ada suara berbisik memanggil namaku. Aku awalnya menghiraukan, tapi lama-lama suara itu semakin terdengar kencang.

"[Name] Pevensie Regnard" Suara itu terdengar dari belakangku. Aku menoleh, dia Malfoy. Aku memandanginya meminta penjelasan mengapa Ia memanggilku.

"Ini untukmu, Darling. Aku tau kau akan segera merindukanku karena tidak bertemu selama 2 Minggu. Jaga Ferret jelek ini dengan baik." Katanya menyerahkan sebuah Ferret kecil berbulu putih dengan seringaiannya, aku melihatnya tersenyum lalu menerimanya.

"Ini khusus untukmu sebagai hadiah musim panas, berbahagialah selama liburan, Darling" Lanjutnya kali ini dengan berbisik ditelingaku.

Aku tersenyum memandangi Ferret ini. "Terima Kasih, Malfoy." Aku melihat matanya yang juga tengah melihat kearahku. Jadilah pandangan kami bertemu, Oh astaga ini canggung sekali.

"[Name] Cepat masuk ke gerbong! Jangan sampai kau tertinggal Kereta karena si Pirang bodoh itu!" Teriakan geram Edmund dari salah satu gerbong. Aku menoleh

"Iya-iya baiklah aku akan segera naik!" jawabku dengan teriakan, lalu melihat kearah Malfoy lagi yang kini menatap sengit Edmund. Aku terkikik pelan.

"Terima Kasih sekali lagi atas hadiah darimu Malfoy, aku pergi. Bye-bye" kataku lalu melambaikan tangan dan berbalik badan sedikit berlari kecil naik keatas gerbong. Malfoy? Dia juga masuk ke gerbong yang khusus Prefek kurasa.

Aku berjalan memasuki tempat dimana saudara-saudari ku berada. Aku duduk bersebelahan dengan Peter dan di depanku ada Lucy yang sedang memandangiku dengan tatapan menggodanya itu.

"Shut Up, Lucy" kataku sebelum Lucy melontarkan satu katapun, Ia hanya terkikik. Susan serta Peter hanya menggeleng-geleng melihat tingkahnya. Edmund? Dia memandangiku dengan sebal mungkin.

Kereta pun berangkat tepat setelah semua siswa masuk kedalam gerbong.

🐍🐍🐍


Author's Note : aduh maaf ya minggu kemarin ga update sama sekali. Kelupaan tau huhu. Ini gaje ya? Ih maaf😭 gatau kenapa jadi gaje gini 3 Chapter OOC semua, maaf banget! Semoga nanti Chapter selanjutnya aku usahain lebih nge-feel deh, sama jangan sampai OOC! Makasih ya udah baca!

· 5 Desember 2020 ·

OBSESSED [Draco Malfoy x Reader] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang