6.

2.2K 145 2
                                    

Ara terbangun dari tidurnya, dia melenguh malas. Tengah malam terbangun karena ingin pipis. Kenapa sih nggak dari tadi aja pengen pipisnya?! Meski sangat malas karena mengantuk tapi kantong kemihnya tidak bisa diajak kerja sama, andaikan saja Ara boleh mengompol dan daddy yang baik hati itu tidak akan mengejeknya habis-habisan, Ara sudah pasti akan mengompol betulan sekarang. Tapi itu semua hanya terjadi dalam mimpi, jangan HARAP!
Maka yang dilakukan Ara adalah mengambil remote di atas nakas, menekannya lalu seketika kamar Ara yang semula gelap gulita berubah terang benderang. Semua lampu-lampu menyala, Ara menyibak selimutnya dan dengan sempoyongan karena sangat mengantuk kaki pendek itu berjalan dengan mata terpejam.

Karena saking ngantuknya Ara tidak sadar sampai terpeleset. "Aduh!." Pekiknya kesakitan. Ara meringis, menyentuh bokongnya yang mencium lantai dengan naas. Seketika kantuknya menghilang, Ara meringis menahan sakit. Lalu ketika tersadar, Ara langsung siaga. Dia berdiri tertatih, mengingat-ingat dia ada dimana, salahkan saja daddy, bikin rumah kok sebesar lapangan bola. Bikin orang pusing aja! Lalu samar-samar dengan sisa-sisa mata yang masih mengantuk Ara melihat di bawah sana, di bawah tangga, Ara tidak mungkin salah, dia mengingat jelas meskipun orang itu berpakaian hitam-hitam dengan tudung yang menutupi wajahnya tapi Ara tidak mungkin salah mengenali, itu Dante.

Dante berjalan sedikit sempoyongan membelah ruang tengah yang besar, ditangan kirinya ada dua botol alkohol dengan satu botol yang tinggal separuh, di tangan kanannya ada rokok yang masih menyala, Ara tidak mungkin salah melihat di tangan kanan Dante, dia membawa bubuk putih, Ara terkesiap, apa itu drugs? Tidak mungkin Dante membawa garam atau terigu, lagipula buat apa. Sosok itu duduk di kursi tengah, meletakkan botol alkohol dan bubuk putih itu di atas meja. Dengan tanpa dosanya Dante mengangkat kedua kakinya ke atas meja, kalau sampai daddy tahu kelakuan Dante ini, daddy pasti akan mengamuk.

Ara masih mengamati Dante dengan siaga ketika sosok itu berkali-kali menenggak alkoholnya, diperhatikan dengan seksama Dante ini terlihat kacau, dia seperti tidak sedang baik-baik saja, seperti ada beban berat yang membuatnya jadi seperti ini. Ekspresinya seperti putus asa, ada kekecewaan di matanya tapi yang sangat terlihat adalah kesedihan itu. Dia seperti bukan Dante yang biasa di lihat Ara, seperti bukan Dante yang biasa bisa diandalkan. Dia seperti pesakitan yang butuh pertolongan. Ara tidak pernah melihat Dante seperti ini sebelumnya dan melihatnya begini membuat Ara terdorong mendekatinya. Entah dorongan dari mana, Ara memutuskan turun dari tangga dan duduk di samping Dante. Rupanya Dante terlalu mabuk sampai tidak mengenali Ara.

Ara tersenyum, meski sedikit berat melihat betapa kacaunya Dante. "Hai." Suara Ara terdengar parau, Ara berdehem membenarkan suaranya. "Hai." Sapanya lagi dengan lebih baik. Dante melihatnya, tatapannya benar-benar linglung.

"Elo tau, hari ini adalah hari peringatan kematian bokap gue."  Dia  tertawa, tertawa seperti orang teler. "Bopak gue meninggal dalam kecelakaan ketika mengejar gue yang kabur ke New York. Itu.... Sepuluh tahun yang lalu dan gue... Masih merasa berdosa sampai saat ini." Dante tertawa lagi, menertawakan dirinya sendiri. "Lucu ya, gue sekarang masih hidup, punya kehidupan baru dan baik-baik saja sedang bokap gue harus mati karena gue!." Suaranya terdengar marah, marah pada dirinya sendiri. Dante menenggak alkohol itu. Melihat Ara beberapa lama, seperti bersusah payah mengenali Ara, dia berkali-kali mengernyit, menggeleng dan mengingat-ingat tapi nyatanya sekeras apapun Dante tidak berhasil, alkohol membawa kesadarannya pergi. "Elo dengerin gue baik-baik, gue ini jahat. Gue ini pembunuh. Gue ini anak sampah yang nyusahin orang tua dan nggak tahu terimakasih. Elo pergi jauh-jauh deh dari gue... Gue bukan orang baik." Ara menggeleng dan tersenyum sedih.

"Orang jahat macam apa yang selalu tolongin aku kalo aku di gangguin  daddy."

"Gue udah.... Jadi anak yang sangat buruk."

"Mungkin ayah kamu seneng lihat kamu dari atas sana, Dante sekarang hidup dengan baik. Punya kehidupan baru dan punya banyak orang-orang yang peduli sama Dante, Dante bisa bertahan sampai sekarang dan jadi orang yang selalu diandalkan daddy."

Daddy KampretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang