8.

2.2K 150 8
                                    

Ara tahu daddy itu manusia paling menyebalkan di muka bumi, daddy bisa seketika membuat mood Ara mendadak sangat buruk sekali. Ara benar-benar membencinya ketika daddy muncul di kampus dan tau-tau masuk begitu saja ke kelas Ara, menjemput Ara dengan paksa meskipun kelas Ara sedang berlangsung. Entah daddy kenapa bisa begitu, kata mama sih daddy terlahir kaya sejak masih dalam kandungan, membuatnya terbiasa  melakukan apa saja yang dia mau. Kata mama daddy sudah berniat dari dulu untuk membeli kampus Ara, biar daddy bisa seenak jidatnya melakukan kebijakan yang diinginkannya tapi mama menahannya, mama itu ya mama, sederhana dan apa adanya.

Oke, kembali ke daddy. Diluar dari kenyinyiranya satu itu, daddy memang ayah yang sempurna. Dia ayah dambaan untuk semua anak di muka bumi. Lihat saja di sore yang terang itu, Ara tadi menelfon daddy meminta di bawakan makanan dari Maroko hotel karena daddy kebetulan sedang ada rapat di Maroko hotel. Dan daddy betulan datang sambil membawa makanan yang di pesan Ara. Ara langsung buru-buru berhambur memeluk daddy, tidak peduli daddy belum berganti baju dan baru saja pulang.

"Dadddyyyyyyyy. Makasih banyak banyak." Ara menciumi pipi daddy seperti dia ini masih balita saja. Daddy dengan keji mendorong Ara menjauh darinya, bukannya menurut Ara malah berhambur kepelukan daddy lagi. "Daddy. Daddy. Daddy. I love you banyak-banyak." Daddy mendorong pundak Ara menjauhinya.

"Daddy belum ganti baju dan bersih-bersih, Ara." Katanya tegas. Ara langsung kicep dan menjauh dengan cemberut dari daddy. Daddy malah tertawa melihatnya begitu.

"Lihat bibirmu, pengen daddy karetin aja." Tuh lihat. Baru saja di puji, daddy nyinyir kembali. Memang nyinyir itu passion daddy kok.

Ara menoleh pada mama mengadu. "Daddy tuh, ma."

Mama menarik nafas panjang lalu berkata lelah. "Biarin daddy bersih-bersih dulu, kamu bantuin mama nata makanannya aja dulu." Meski cemberut Ara tetap menurut. Ara beralih membawa makanannya ke meja makan bersama mama, dia menata makanannya di piring ketika sosok Dante tiba-tiba saja melintas melewati pantry bersih itu, Dante memakai kos hitam dengan celana jins panjang. Ada kacamata hitam yang membuat penampilannya makin kece, otot bisepnya yang besar di biarkan terbuka. Ara menahan nafas melihatnya. 

"Dante, kamu udah makan?." Pertanyaan mama menghentikan langkah Dante. Dante menoleh melihat mama.

"Belum."

"Tristan tadi bawain makanan banyak, yuk makan bareng sini."

Dante mengangguk sedikit menyanggupi. "Saya akan menemui Tristan sebentar."

Mama hanya mengangguk. Lalu Dante pergi tanpa mengucapkan permisi sebagai bentuk kesopanan atau apapun, dia seperti bukan anak buah Daddy. Meskipun kelakuannya ngeselin tetap saja tidak ada yang menegurnya. Dante memang terbiasa begitu.

***

"Waaaaahhh~~ keren bangeeeeet." Saking terkesimanya Ara sampai melongo, menonton atraksi pesepeda yang ia tonton di YouTube. Daddy yang duduk di sampingnya, di kursi  penumpang mobil mengintip penasaran ke ponsel Ara lalu mencibir.

"Gitu aja di bilang bagus, Ara, Ara ck ck ck." Ara menoleh melihat daddy dengan tersinggung.

"Kok jadi daddy yang sewot sih?." Ara melihat daddy dengan tatapan 'apa urusannya sama elo?.'

"Anak dalam masa pertumbuhan seharusnya--."

"Daddy lupa, aku bahkan udah boleh nikah."

Daddy menaikkan alisnya, matanya jadi sedikit melotot. "siapa yang bilang?."

"Aku, barusan. Kenapa?."

"Memangnya kamu bisa menikah tanpa izin daddy." Sudut bibir daddy tertarik ke atas, tatapannya mengejek. "Jangan mimpi."

Daddy KampretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang