Hydrangea

25 3 9
                                    

Aksama Nabastala, Harsa Kampana, Dama Janardana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksama Nabastala, Harsa Kampana, Dama Janardana. Kami bertiga hanya terkekeh melihat nama kami berada di urutan tiga terbawah di hasil ujian tengah semester mata kuliah Sosiologi. Dengan nilai rata rata delapan dan hanya kami bertiga yang mendapatkan nilai tujuh membuat kepala kami otomatis kembali pada kejadian dua minggu lalu sewaktu kami mendemo fakultas akibat skandal perselingkuhan yang dilakukan seorang ketua prodi. Perselingkuhan sampai kapanpun akan selalu jadi urusan pribadi, namun ketika yang melakukan adalah seorang ketua prodi dan dilakukan di dalam lingkungan kampus, membuat kami akhirnya bergerak.

Masih untung kami bertiga mendapat nilai tujuh di ujian tengah semester, ketua prodi yang jadi kordinator mata ajar ilmu sosiologi itu seharusnya sudah tidak bisa melakukan apapun di ujian semester akhir. Modal IPK sempurna sejak semester pertama dan rencana agar bisa lulus lebih cepat tidak mungkin harus hancur akibat urusan lendir seperti ini.

"gue ke Fakultas Sastra bentar ya, lu berdua duluan aja, ketemu di starbuck kan?" tanpa menunggu aku dan Harsa mengiyakan Dama berlari menuju parkiran dan menghilang seketika.

"tumben banget jadi sering ngilang tuh anak" harsa masih memandang ke arah perginya Dama, ku kenakan kembali topi yang semula ku gantungkan di tali tasku. Seiring dengan ponsel kami berdua yang berbunyi serempak. "Kale ngapain lagi bikin rapat dadakan?" tangan harsa menunjukan layar ponselnya, di sana ada notif dari grup BEM, Kale yang sudah hampir setahun ini menjabat sebagai presiden memang dikenal dengan kinerjanya yang luar biasa walaupun kadang ajakan rapatnya selalu saja terasa tak tepat waktu.

"lu mau ikut rapat?" aku menatap Harsa. Sore ini kami sudah ada janji bertemu dengan sebuah badan amal untuk menyalurkan bantuan yang sudah kami kumpulkan dari seluruh mahasiswa UI, untuk membantu para korban banjir bandang di Sukabumi.

"lu cariin alesan ya, gue ada janji sama Ryo" dengan senyum selebar cengiran seekor kuda Harsa minta ditinju tepat di rahangnya.

"ini kenapa temen temen gue mulai jadi bucin satu persatu sih?" ingin rasanya menahan harsa namun ia kepalang berlari cepat menuju parkiran dan dalam hitungan detik mobilnya meninggalkan halaman kampus.

Tinggal aku yang berdiri sendirian di depan auditorium fakultas hukum, setelah menimbang selama beberapa detik akhirnya ku putuskan untuk tidak mengikuti rapat BEM siang ini, ketika serombongan mahasiswa tingkat satu fakultas kedokteran berjalan di pelataran dan mengarah ke arahku, satu geng yang ku kenal betul karena ada dia di sana, minus ryo yang sepertinya sudah duluan pergi bersama harsa.

"kalian duluan ya, gue ke toilet bentar, nanti nyusul.." ia melambaikan tangan pada tiga orang temannya yang lain. Autumn Flynn, atau teman temannya biasa memanggil Altaf, Ataf, atau si Happy Virus karena pembawaannya yang memang sangat ceria. Nico, Jay dan Johnny berjalan ke arahku teman – teman altaf yang barusan dibiarkannya untuk pergi lebih dulu, mereka mengangguk rikuh mungkin suasana OSPEK beberapa minggu yang lalu masih terbawa hingga saat ini.

Lelaki dari SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang