E

699 82 0
                                    

Hari ini Mark berpakaian lebih rapi daripada biasanya. Ia bangun lebih pagi dan mungkin mandi lebih lama.

Taeyong meneleponnya tadi pagi-pagi sekali.

Dan taraa!

Ia ada di sini. Duduk manis memperhatikan Taeyong yang sedang sibuk mengecek adonan di dalam oven.

"Mark, kau yakin tidak ada yang terlewat?"

"Aku bahkan mendikte bahannya satu per satu untukmu tadi, Hyung. Percaya dirilah."

Yang lebih tua meremas celemeknya gugup, "Ini pertama kalinya aku membuat cake untuk Johnny, Mark. Bagaimana kalau rasanya tidak enak?"

"Apapun yang terjadi, Johnny Hyung pasti menyukainya."

Mark ingin tertawa. Tak berhasil memahami alasan di balik kekhawatiran Taeyong.

Kakak iparnya itu koki yang hebat. Pembuat kue yang hebat juga.

Desert buatannya terjual dengan cepat setiap kali Mark mampir. Hanya disisakan satu. Untuknya.

Efek cinta?

Mungkin.

Sesuai dugaan Mark, cake-nya matang dengan cantik. Dihiasi tulisan tangan rapi dari jemari lentik Taeyong dan macaron yang sempat dibeli Mark.

Keduanya berkeliling kemudian. Mencari berbagai macam peralatan pesta. Mulai dari balon warna warni sampai karton besar untuk dijadikan dekorasi.

Jujur, Mark malas melakukan ini untuk kakaknya.

Tapi ekspresi Taeyong menahan keinginannya untuk kembali ke apartemennya yang nyaman.

Kakak iparnya itu tampak senang sekali. Mark tidak tega merusak kabahagiaannya.

Suara mesin mobil Johnny terdengar tepat pukul lima sore. Taeyong nyaris terjatuh dari tangga karena terkejut.

Johnny harus berterima kasih pada Mark nanti. Mark menyelamatkan nyawa istrinya.

Pintu terbuka. Menampilkan wajah terkejut seorang Johnny.

"Ada apa ini?"

"Happy Birthday, Hyung."

"Apa-apaan ini? Apa aku sedang bermimpi?" ledek Johnny, "Ada Mark di rumahku!"

"Hyung..."

"Ini harus dirayakan!"

"Hyung!"

Taeyong mendekat. Menjadi penengah di antara mereka. Wajahnya sumringah menatap sang suami.

Johnny-nya tampan.

"Happy Birthday, Daddy!"

Ada jeda selama beberapa detik.

Satu.

Dua.

Butuh lima detik sampai akhirnya sebuah senyuman pecah di bibir Johnny.

Tubuh Mark yang juga masih gagal paham dirangkul erat.

"DUDE! I'M GOING TO BE A DAD!"

"Wait—WHAT?"



































Pesta selesai.

Rumah berantakan.

Bukankah sudah pasti?

Mengingat seberapa hyper kakaknya setelah mendapatkan kabar bahagia.

Karena Mark dan Taeyong sudah mempersiapkan semuanya, Johnny menawarkan diri untuk bagian merapikan.

Diterima dengan senang hati.

Buktinya sekarang kakak iparnya sudah bergelung nyaman dalam balutan selimut.

Mark bisa saja pulang. Namun kakinya tak bisa diajak berkompromi. Menariknya masuk lebih dalam.

Tanpa sadar menyusuri lorong dengan hati-hati.

Catnya baru. Seingat Mark, dindingnya biru ketika terakhir kali ia berkunjung.

Dua atau tiga bulan yang lalu.

Beberapa perabotan juga berpindah tempat.

Grand piano yang tadinya diletakkan di ruang keluarga kini ditempatkan dalam sebuah ruangan khusus.

Ruangan yang berhasil membuat langkahnya terhenti. Menatap lurus ke dinding.

"Hei Mark. Kau ingin aku antar pulang atau bagaimana?"

"Hyung memasangnya di dinding?"

Bingung, Johnny mengikuti arah pandang adiknya.

"Oh? Foto itu? Tentu saja."

"Mengapa?"

"Karena di sana kau terlihat bahagia, Mark. Kau tersenyum."

Benar juga.

Kapan terakhir kali ia tersenyum seperti itu?

Home [NCT Dream]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang