Menuju Sebuah Perjalanan

64 50 35
                                    

Seminggu pun berlalu. Setelah terakhir kali kami berkumpul di sebuah restoran. Dan menghabiskan sebuah malam yang begitu indah. Tersisa tiga hari, dimana kita akan berkumpul di sebuah stasiun di tengah tengah kota Bandung, dimana sebuah gerbong akan membawa kita ke sebuah kota yang berada cukup jauh dari rumah. Seminggu ini pun kulalui dengan memikirkan betapa indahnya liburanku nanti. Aku yang dapat berlibur bersama seseorang yang benar benar kusukai sejak lama. Seseorang yang begitu cantik, yang terus mengisi semua pikiranku, Sevila. Mulai dari memikirkan betapa indahnya wajahnya di bawah kabut misteriusnya gunung Bromo. Sampai memikirkan bagaimana caraku mengungkapkan isi perasaanku padanya yang telah lama kupendam selama ini. Tapi sayang, liburan ini bukan hanya milik kami berdua. Karena Niko selalu ada di sekitar kami berdua. Aku harus memikirkan momen yang tepat disaat aku dapat benar benar berdua bersama Sevila.

Bulan dan bintang mulai meredup. Mulai muncul sinar matahari yang mulai membangunkan tidurku dari sela sela jendela yang masih tertutup gorden. Seketika aku pun terbangun, begitu mendengar panggilan dari ibundaku.

"Tan bangun. Sarapan dulu ayo!" Teriak ibuku.

"Iya, Bu." Jawabku sembari mencoba bangun dari ranjangku.

Aku pun mulai beranjak dari tidurku. Bergegas menuju kamar mandi. Mulai membasuh mukaku yang masih terlihat ingin kembali ke dalam bunga tidurku. Aku pun bergegas turun dari kamarku menuju ruang makan keluargaku.

"Besok kamu jadi liburan ke Malang, Kak?" Tanya ibuku padaku begitu aku duduk di bangku meja makan.

"Jadi, Bu."

"Kamu baik baik disana, jangan macem macem, jangan aneh aneh, inget makan sama yang paling penting inget solat!"

"Iya, Bu. Ibu tenang aja Sutan udah gede sekarang udah lulus SMA. Pasti selalu inget sama ibadah."

Kami sekeluarga pun mulai menyantap makanan yang telah dihidangkan di meja makan oleh ibuku.

Setelah selesai sarapan, aku pun mulai mengemas barang barang yang akan aku bawa berlibur ke Bromo. Disaat sedang sibuk-sibuknya packing, tiba tiba ponselku berdering. Aku pun langsung mengangkat panggilan di ponselku.

"Halo, Tan." Terdengar suara yang begitu lembut keluar dari ponselku.

"Halo, Via. Ada apa yah?" Tanyaku.

"Besok kan kita bakalan berangkat ke Bromo. Kamu udah siap packing belum?"

"Tadi sih udah siap, tapi tiba tiba aja ada yang nelpon, jadinya gajadi deh siapnya?"

"Yah maaf atuh, kalo gitu lanjutin aja packingnya atuh. Aku matiin yah telponnya?"

"Ya jangan dong."

"Katanya ganggu lagi packing."

"Engga kok, cuma bercanda tadi mah. Emang ada apaan?."

"Besok kan kita kumpul jam 8 pagi. Jangan sampe telat yah! Cuma mau ngingetin aja."

"Oke siap." Jawabku semangat.

Aku pun mulai melanjutkan mengemas kebutuhanku untuk berlibur di Malang. Tak terasa, mentari sudah mulai terbenam. Menandakan bahwa malam sudah mulai menunjukan kegelapannya bersamaan dengannya bulan dan bintang yang mulai menebar pesonanya.

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Aku masih berkutat dengan bantal dan selimutku. Begitu sulitnya untuk dapat memejamkan mataku. Padahal besok akan ada hari yang begitu penting. Tapi aku tidak bisa memejamkan mataku. Terus saja memikirkan betapa indahnya hari esok, yang begitu ku impi impikan. Terus memikirkan betapa indahnya Bromo yang dihiasi senyumannya yang begitu memanjakan mata. Begitu tak terasanya waktu, disaat aku melirik jam di dinding kamarku. Waktu sudah menunjukan pukul 1 malam. Tandanya sekarang sudah memasuki hari yang baru, tanggal 30 Desember. Hari dimana kami akan berangkat dari Bandung menuju Malang, kota dimana gunung Bromo berada. Setelah begitu lama aku berkeliling di dunia imajinasiku, akhirnya aku pun tertidur dengan lelapnya. Mungkin karena terlalu letih memikirkan apa yang akan terjadi di Bromo nanti.

The Story From Bromo (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang